Tak ditakdirkan bersama..

Aku tidak tahu apa alasan Pak Dimas tidak pulang ke Kota R hari ini.Padahal dijadwal nya dia harus nya pulang karena akan ada meeting besok pagi.Aku tidak berani berspekulasi alasan dia batal pulang karena dia mengkhawatirkan kondisiku.

Tadi sebelum Pak Wiryo pulang ke kota R, dia sempat mengingatkan untuk menjemput nya besok pagi-pagi kesini untuk mengantar nya meeting ke kota R.

"Pak Dim,jalan-jalan sore yuk! udah lama kita nggak jalan-jalan." Aku memasang emot sedih diakhir pesan ku.

"Badan lagi nggak fit nggak usah angin-anginan,nanti tambah sakit."Dia menolak ajakan ku.Aku malas membalas pesannya lagi.Aku menidurkan kepalaku diatas tanganku yang kuluruskan di atas meja kerja ku.

Tidak berapa lama notifikasi masuk ke ponsel ku.Dengan malas aku membuka nya.

"Jangan merajuk,Ntar malam aku masakin omlete mau nggak?"Aku tersenyum membaca pesannya.

"Mauuuuuuuu......!!"Aku segera membalas nya.

Aku tidak tahu kenapa aku bisa sebahagia ini bila berdekatan dengan Pak Dimas.Aku jadi semakin yakin untuk mengakhiri hubungan ku dengan Indra.Masa bodoh dengan perasaannya,toh aku juga harus memikirkan perasaan ku juga.Kita juga tidak bisa untuk selalu menyenangkan semua orang.Daripada aku harus terus berpura-pura,lebih baik ku akhiri saja.

Malam ini Pak Dimas jadi chef dadakan,dengan apron dipinggang nya dia mulai beraksi.Memotong cabai,bawang,daun bawang,kentang,wortel dan bahan lainnya yang tidak terlalu kuperhatikan.

Ternyata ada benar nya,kalau kadar ketampanan lelaki itu meningkat saat dia lagi masak.Aku tidak bisa berhenti tersenyum memandang hasil masakannya.Ini bahkan tidak jauh beda dengan telur dadar yang sering dimasak ibu ku.

"Kenapa senyum-senyum?" Dia bertanya sambil mencicipi masakannya.

"Trus ini apa bedanya dengan telur dadar?" Aku balik bertanya.

"Tampilannya saja yang sama,namun rasanya pasti beda,coba aja kalau nggak percaya."Dia bicara sambil berlalu ke wastafel untuk mencuci peralatan masak yang tadi digunakannya.

Setelah kucicipi memang rasa nya lumayan enak .

"Sepertinya bapak ada bakat terpendam jadi chef,masakan bapak lumayan enak."Aku sedikit memuji nya biar dia senang.Setidak nya ini apresiasi dariku karena dia sudah rela bercapek ria memasak untukku.

Kami makan malam bertiga,karena tak berapa lama Merryana keluar dari kamar dan ikut bergabung dengan kami di meja makan.Suasana yang begitu menyenangkan.Karena aku jauh dari orang tua dan saudara,merekalah sekarang yang kuanggap keluarga ku.

Selesai makan Merryana langsung kembali kekamar.Mungkin memang bawaan wanita hamil selalu cepat lelah dan mengantuk.Aku dan Pak Dimas memilih menonton televisi.

"Kenapa bapak hari ini nggak pulang ke Kota R?besok pagi kan bapak ada meeting disana?" Aku membuka percakapan diantara kami.

"Nggak apa-apa."Jawaban singkat dari nya.

"Kasian Pak Wiryo nya loh kalau mesti bolak balik." Aku masih penasaran dengan alasannya.

"Kamu sudah minum obat?Mungkin kamu kena magg karena makan nggak teratur."Dia malah mengalihkan pembicaraan kami.

Aku hanya menghela nafas dan tak ingin melanjutkan pertanyaan ku,walaupun aku masih penasaran.

Jam 7 pagi kulihat Pak Dimas sudah berangkat ke Kota R dengan Pak Wiryo.Mungkin Pak Wiryo berangkat dari Kota R dari jam 5.Karena perjalanan dari kota R ke kota C kurang lebih dua jam itu pun kalau jalanan lengang.

Perut ku masih kurang nyaman,sehabis sarapan aku minum obat yang kemarin ku beli di apotik.Di kota ini apotik hanya ada dua.Praktek pribadi dokter umum pun hanya ada dua.Ada satu klinik umum dan satu klinik bersalin.Dan ada juga puskesmas daerah.Untuk mendapat kan rumah sakit yang lebih besar kita harus menempuh perjalan hampir 1 jam.Namun disepanjang jalan lintas ini telah banyak dibangun ruko-ruko.Aku yakin 5 tahun kedepan kota ini akan maju.

Ponsel ku berdering,ku lihat nama papa muncul dilayar.Kenapa papa selalu menghubungi ku disaat yang tepat.Seolah-olah dia tahu kalau anak gadis nya lagi butuh perhatian.Mungkin itu lah yang dinamakan ikatan batin.Aku lebih sering cerita ke Papa untuk setiap masalahku.Papa lebih sering memberikan solusi yang masuk akal ketimbang ibu ku.

Papa menanyakan keadaan ku.Aku tidak bisa berbohong kalau magg ku lagi kambuh.Papa menyarankan aku mengambil cuti dan pulang untuk memeriksakan diriku lebih lanjut.Papa juga bilang kalau kemarin Indra datang kerumah.Dia hanya bersilaturahmi karena sudah lama tidak datang.Aku mengakhiri percakapan dengan papa dan berjanji akan segera meminta ijin cuti untuk pulang.

Malam hari ketika menonton televisi aku bilang padaq Pak Dimas kalau aku ingin mengajukan cuti selama tiga hari.Alasan aku cuti karena ingin memeriksakan kesehatan ku.Pak Dimas menjelaskan kalau aturan perusahaan belum satu tahun bekerja belum bisa mengajukan cuti.Namun karena ini menyangkut kesehatan,mungkin perusahaan akan memberikan toleransi.

Pembahasan cuti aku anggap selesai.Aku nekat bertanya ke arah yang lebih pribadi.

"Menurut bapak hubungan kita ini seperti apa?"

Dia menghentikan memainkan gadget nya,lalu menatapku sedikit terkejut.

"Maksud nya?"Dia balik bertanya,seolah-olah menyuruh ku memperjelas pertanyaan ku tadi.

"Hmmm....ya maksud aku bapak apa pernah sedekat ini dengan orang lain? yaa...dengan kedekatan yang seperti ini bisa dibilang kalau hubungan kita itu harusnya lebih dari teman."Aku sedikit ragu menjelaskannya,bahkan nada suaraku kurendahkan,namun aku yakin dia dapat dengan jelas mendengar nya.

Setelah menghela nafas dia memposisikan tubuh nya menghadapku.

"Ren,dengar.. jangan pernah bercanda dengan hidupmu."aku sedikit mengernyit mendengar kalimat yang diucapkannya.

"Aku nggak pernah bercanda,aku serius nanya ini ke bapak."

"Maksud saya,jangan coba-coba menempatkan dirimu dalam kesulitan dimasa depan.Dan jangan juga menyulitkan orang lain dengan perasaan mu." Deg..aku merasa tertohok mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut Pak Dimas.

Bahkan aku sudah sangat mengerti kalau Pak Dimas tidak pernah menginginkan hubungan yang lebih diantara kami.Pun harus nya mulai detik ini aku menyerah untuk memperjuangkan perasaan ku.Setidak nya apa yang diucapkan Pak Dimas benar.Toh kalau Pak Dimas menerima perasaan ku akan ada kesulitan yang menanti kami didepan.Ternyata benar kalau lelaki lebih menggunakan logika daripada perasaannya.

Namun entah mengapa aku merasa sangat kecewa.Aku menyesal karena telah punya keberanian yang begitu besar untuk menanyakan perihal kejelasan hubungan kami.Padahal sedari awal aku sudah memutuskan menyimpannya untuk diriku sendiri.Bukan hanya Indra yang ku khianati,bahkan aku kini mengkhianati diri ku sendiri.Lalu bagaimana aku harus melalui hari esok.

"Saya anggap pembicaraan ini nggak pernah ada,dan senin kamu bisa cuti.Besok kamu bisa ajukan form cuti nya."Setelah berbicara dia berlalu dan naik kekamar nya.

Aku merasa diabaikan untuk yang kedua kali nya.Aku merasa sakit,bukan karena penolakannya namun lebih kepada kenyataan kalau kami memang tidak ditakdirkan bersama.

Episodes
1 Dimas Sudjatmiko Halim
2 Kebaikan dipagi hari
3 Batal mengagumi
4 Malam minggu dengan Pak Dimas Sudjatmiko
5 Aku Telah Kalah
6 Tak Seperti Romeo dan Juliette
7 Sop yang manis..
8 Tak ditakdirkan bersama..
9 Kopi Original vs kopi creamer
10 Kita akhiri dengan cara yang baik
11 Hanya perhatian kecil
12 Seperti digigit ribuan semut
13 Tragedi saos cabai
14 Seperti musim yang selalu berubah..
15 Perih tapi tak berdarah..
16 Seperti memeluk pohon kaktus
17 Tolong berhenti bersikap baik kepadaku
18 Pundak yang hangat
19 Berita duka kepergian kakek
20 Saya orang yang baik..
21 Sampai mana mampu bertahan
22 Dia cantik kan?
23 Seandainya jadi seorang istri..
24 Terikat cinta pertama
25 Masih ingin terus mencobanya..
26 Masa depan ku ingin bersamamu
27 Ini benar-benar cinta..
28 Tawaran dari Maliq
29 Pria di kereta itu aku
30 Ingin menua bersamanya.
31 Merasa jadi wanita yang beruntung
32 Kenapa dia harus sebaik ini..
33 Aku tak mungkin berpaling
34 Ada banyak hati yang harus dijaga
35 Aku menerima tawarannya
36 Dia menangis untukku
37 Dia hanya singgah sementara
38 Rindu yang tak berujung
39 Perjalanan terakhir
40 Shareena Hashi,aku mencintai mu
41 Selamat tinggal Dimas Sudjatmiko Halim
42 Rezeki bertemu dengan orang-orang baik
43 Aku masih merindukannya
44 Lebih sulit melupakan daripada mencintai
45 Merasa terberkati
46 Itukah kamu?
47 Hidup yang penuh berkah
48 Pengalaman pertama di kantor polisi
49 Ada sebagian hal yang harus direlakan
50 Pertemuan di kereta
51 Kangen ngobrol dengan kamu
52 Dia berencana melamarku?
53 Dia berubah
54 Seperti orang asing
55 Proyek gagal
56 Ayo kita menikah
57 Shareena Hashiku sudah dewasa.
58 Lelaki yang ku ingin kan
59 kecewa..
60 Kabar yang menyesakkan
61 Pernikahan tanpa restu
62 Pengantin yang benar-benar baru.
63 Pujian dari ayah mertua untuk masakan pertamaku.
64 Siang pertama
65 Penyakit lama datang lagi
66 Wanita dan seorang anak kecil
67 menerka-nerka...
68 Mencintai 70% saja.
69 Apa dia berniat menikah lagi dimasa depan?
70 Apa kamu hamil?
71 Aku merindukan nya..
72 Merasa sendirian
73 Dia sudah kembali
74 Melepas Rindu..
75 welcome baby Davino..
76 Kehilangan...
77 Setuju bercerai..
78 Mereka terlihat mirip sekali
79 Kisah yang belum usai..
80 The End..
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Dimas Sudjatmiko Halim
2
Kebaikan dipagi hari
3
Batal mengagumi
4
Malam minggu dengan Pak Dimas Sudjatmiko
5
Aku Telah Kalah
6
Tak Seperti Romeo dan Juliette
7
Sop yang manis..
8
Tak ditakdirkan bersama..
9
Kopi Original vs kopi creamer
10
Kita akhiri dengan cara yang baik
11
Hanya perhatian kecil
12
Seperti digigit ribuan semut
13
Tragedi saos cabai
14
Seperti musim yang selalu berubah..
15
Perih tapi tak berdarah..
16
Seperti memeluk pohon kaktus
17
Tolong berhenti bersikap baik kepadaku
18
Pundak yang hangat
19
Berita duka kepergian kakek
20
Saya orang yang baik..
21
Sampai mana mampu bertahan
22
Dia cantik kan?
23
Seandainya jadi seorang istri..
24
Terikat cinta pertama
25
Masih ingin terus mencobanya..
26
Masa depan ku ingin bersamamu
27
Ini benar-benar cinta..
28
Tawaran dari Maliq
29
Pria di kereta itu aku
30
Ingin menua bersamanya.
31
Merasa jadi wanita yang beruntung
32
Kenapa dia harus sebaik ini..
33
Aku tak mungkin berpaling
34
Ada banyak hati yang harus dijaga
35
Aku menerima tawarannya
36
Dia menangis untukku
37
Dia hanya singgah sementara
38
Rindu yang tak berujung
39
Perjalanan terakhir
40
Shareena Hashi,aku mencintai mu
41
Selamat tinggal Dimas Sudjatmiko Halim
42
Rezeki bertemu dengan orang-orang baik
43
Aku masih merindukannya
44
Lebih sulit melupakan daripada mencintai
45
Merasa terberkati
46
Itukah kamu?
47
Hidup yang penuh berkah
48
Pengalaman pertama di kantor polisi
49
Ada sebagian hal yang harus direlakan
50
Pertemuan di kereta
51
Kangen ngobrol dengan kamu
52
Dia berencana melamarku?
53
Dia berubah
54
Seperti orang asing
55
Proyek gagal
56
Ayo kita menikah
57
Shareena Hashiku sudah dewasa.
58
Lelaki yang ku ingin kan
59
kecewa..
60
Kabar yang menyesakkan
61
Pernikahan tanpa restu
62
Pengantin yang benar-benar baru.
63
Pujian dari ayah mertua untuk masakan pertamaku.
64
Siang pertama
65
Penyakit lama datang lagi
66
Wanita dan seorang anak kecil
67
menerka-nerka...
68
Mencintai 70% saja.
69
Apa dia berniat menikah lagi dimasa depan?
70
Apa kamu hamil?
71
Aku merindukan nya..
72
Merasa sendirian
73
Dia sudah kembali
74
Melepas Rindu..
75
welcome baby Davino..
76
Kehilangan...
77
Setuju bercerai..
78
Mereka terlihat mirip sekali
79
Kisah yang belum usai..
80
The End..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!