"Sebenarnya gue......" Eliana menggantungkan kalimatnya dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada Fika.
Fika menatap intens dia begitu seirus menunggu jawaban dari Eliana, Eliana pun semakin bingung apakah dia harus mengatakan yang sebenarnya ataukah dia harus berbohong lagi? Kedua tangan Eliana saling meremas dia tidak tahu lagi bagaimana mengatakannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi sama lu dan si bos? Bilang aja gue udah nunggu lu dari tadi buat jelasin semuanya. Biar gue gak salah paham sama lu!"
Eliana menatap Fika dia melihat kedua mata Fika yang begitu peduli pada dirinya saat ini melebihi keluarganya sendiri.
"Gue...sama dia...ada hubungan yang harus diselesaikan Fik" ucap Eliana, lalu di meremas kedua tangannya.
"Maksud lu apa El?"Fika mengerutkan keningnya dia tidak mengerti.
"Jadi gue tunangan sama dia, karena kejadian waktu itu kak Imel yang ngejebak gue tetapi dia gak pernah bilang yang sebenarnya" tutur Eliana.
Seketika mata Fika membulat mendengar ucapan Eliana dia tahu masalah Eliana di jebak tetapi dia tidak tahu jika Eliana bertunangan dengan Vikram.
"Gue minta sama lu jangan bilang sama siapapun, karena tuanangan yang sesungguhnya bukan gue, tetapi Merliana" ucapnya lemas.
"Apa... Kenapa jadi bisa dia El? Seharusnya lu 'kan yang jadi tunangannya bukan dia" Fika sedikit membentak karena emosi mendengar penjelasan Eliana yang sebenarnya.
"Sstt lu gak bisa jaga rahasia ya!"
"Eh..maaf gak ada maksud El, gue jadian sama lu ternyata lu cuma jadi pelampiasannya aja" ucap Fika menatap sendu.
Eliana menghembuskan nafasnya dia juga berfikiran sama seperti Fika, tetapi apa mau di kata Eliana sudah bertunangan dengan Vikram dan terlebih lagi sudah menandatangani surat tersebut karena Eliana tidak punya pilihan.
"Iya udah lebih baik kita pulang saja," ucap Eliana bangun dari duduknya.
"El, lu yakin mau pulang ke kontrakan sendirian? Gue temenin ya?"tawar Fika, dia tidak tega melihat Eliana yang sekarang.
"Tidak, kau pulang saja Fik, gue baik-baik aja" tersenyum kecut.
"Yakin?"
"Iya"
Eliana tidak mungkin mengatakan kepada Fika jika dia tinggal bersama dengan Vikram, jadi Eliana berbohong kepada Fika, karena dia dan Fika berbeda arah pulang setelah keluar dari cafe Eliana memesan taxsi begitu juga dengan Fika.
Beberapa menit kemudian Eliana masuk ke dalam kontrakannya yang sederhana dia menaruh tas sembarangan dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Malam hari perut Eliana sudah demo karena lapar lalu dia melihat makanan di dalam kulkas ternyata semua bahan di dalam kulkas telah habis dan mau tidak mau dia harus pergi keluar. Sebenarnya Eliana sangat malas untuk keluar tetapi perutnya masih saja demi minta makan akhirnya Eliana pun keluar untuk mencari makanan.
Setelah berkeliling akhirnya Eliana memutuskan untuk memakan nasi goreng lalu dia sampai di tempat nasi goreng dan memesannya. Setelah siap dengan lahapnya dia memakan nasi goreng tersebut.
Di rasa sudah kenyang Eliana pun melangkahkan kakinya untuk pulang karena jaraknya tidak terlalu jauh Eliana memutuskan untuk berjalan kaki saja, entah kenapa saat berjalan seperti ada orang yang mengikutinya Eliana menoleh ke belakang tetapi tidak ada satupun yang dia lihat.
Eliana mula mempercepat langkah kakinya begitu juga yang ada di belakangnya mengikuti setiap pergerakan Eliana, Eliana berjalan dengan langkah cepatnya entah perasaannya saja atau memang jalanan sudah sepi tidak seperti biasanya. Apakah ini keberuntungan baginya atau kesialan baginya? Persetan dengan semua ini! Eliana memacu langkahnya dengan cepat.
Belum sampai rumah di depan sudah ada beberapa orang yang menghalanginya membuat Eliana terkejut sekaligus menghentikan langkahnya.
"Ka...ka..kalian siapa?"tanya Eliana gugup.
"Tidak peduli siapapun kami, karena kami akan mengajarimu sampai bisa sayang" ucapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Lagi dan lagi sudah kedua kalinya Eliana di hadapkan dengan situasi seperti ini bahkan jumlahnya lumayan banyak.
"Ja...jangan mendekat" Eliana perlahan-lahan memundurkan langkah.
Namun di sayangkan di belakang Eliana ada sekelompok orang yang sama dan membuat Eliana semakin ketakutan.
"Kalian jangan menyentuhku, kalau tidak.."belum selesai mengatakannya, seseorang sudah memotong ucapannya.
"Kau akan berteriak begitu hahaha, kau fikir kami bodoh haha tidak akan ada yang menolongmu jadi lebih kau menurut saja pada kami" ucapnya dengan tatapan laparnya.
Lalu anak buah yang lainnya pun segera memegang kedua tangan Eliana dan membuatnya harus berteriak meminta tolong.
"Tolong aku... lepaskan aku!" Eliana berusaha untuk melepaskannya.
Namun tenaga pria lebih kuat di banding dengannya, lalu mereka membawa Eliana ke pojokkan dan mereka melentangkan tubuh Eliana.
Eliana sangat ketakutan dia menggelengkan kepalanya serta air mata yang sudah membasahi wajah cantiknya.
****
Sementara di ruangan seseorang sedang menatap foto seorang gadis cantik dia menatap dalam foto tersebut.
"Kau ada dimana sebenarnya,"menatap intens foto tersebut.
Entah kenapa hatinya merasa gelisah seperti merasakan sesuatu yang begitu menyakitkan, di memegang dadanya yang terasa sesak. Entahlah apa yang dia rasakan saat ini yang pasti hatinya begitu gelisah.
"Ada apa denganku? Kenapa hatiku begitu gelisah dan juga terasa sesak" gumamnya.
Lalu dia menatap foto tersebut dengan rasa sesak di dadanya." Semoga kau baik-baik saja dimana pun kau berada karena kita bersaudara jika kau dalam bahaya aku bisa merasakannya, semoga dugaanku salah selama ini"
Dia mengecup foto tersebut lalu terdengar dering ponselnya dan dia mengambil ponsel tersebut dan menjawab dari si penelefon.
"Ada apa?"ucapnya datar.
"Tuan besok jadwal anda akan metting dengan perusahaan ternama di kota A, apakah anda akan menghadirinya tuan?"tanya seseorang di sebrang sana.
Menghembuskan nafas kasarnya." Baiklah, aku akan datang dan kau Atur tiket penerbangannya"
"Baik Tuan"
Dia pun menutup panggilan tersebut lalu dia menatap kembali foto tersebut dan seorang wanita paruh baya menghampirinya.
"Nak, sudahlah kau jangan bersedih lagi, jika dia masih hidup kau pasti bisa menemukannya" ucap wanita paruh baya tersebut.
"Bu, apa kau percaya kepadaku jika dia masih hidup?"menatap intens.
Wanita paruh baya tersebut tidak begitu yakin jika dia masih hidup ataupun sudah tiada.
"Mungkin dia masih hidup nak, tetapi ibu sudah lelah mencari keberadaannya yang entah ada dimana kini dia sekarang" menundukkan wajahnya.
"Bu sudahlah, kau jangan bersedih lagi, aku akan berusaha mencarinya kemanapun dia berada Bu" mengusap lembut tangannya.
"Iya nak"
Dia memeluk wanita paruh baya tersebut dengan erat beberapa detik kemudian dia pun melepaskannya.
"Sudahlah Bu, kau beristirahatlah karena besok aku harus ke kota A untuk metting dengan perusahaan ternama itu" tuturnya, dia bangun dari duduknya.
"Baik nak, semoga kau bisa menjalan kerja sama dengan perusahaan itu"
Keduanya pun masuk ke dalam kamar masing-masing lalu dia pun segera memejamkan matanya.
****
Seseorang pun mencegkram kuat tangannya dan membuat sang pemilik merintih kesakitan.
"Akh lepaskan! Siapa kalian?"dengan memahan sakit di tangannya.
"Tidak peduli siapa aku, yang pasti kau berani menyentuhnya"dengan tatapan dinginnya.
"Kalian, lanjutkan!"tintanya.
Lalu seseorang yang berpakaian serba hitam tersebut pun segera menjalankan tugasnya tanpa ampun, dia pun menghampiri seorang gadis yang kini penampilannya sudah berantakan.
"Sudah aku bilang kau itu harusnya mendengarkan ucapanku, heh diam-diam kau pulang lagi ke kontrakanmu ini" melepaskan kas yang dia pakai dan memakaikannya kepada gadis itu.
Dia pun menundukkan kepalanya."Maaf"
Dia pun menghembuskan nafas kasarnya lalu menarik tangannya untuk masuk ke dalam mobilnya, sedangkan yang lainnya sedang mengurus preman tersebut.
Di dalam mobil dia tidak bisa mengatakan apapun tenggorokannya seperti tercekat, dia menatap datar ke arahnya.
"Kenapa kau pulang, ke kontrakan lagi? Harus berapa kali aku mengatakan hal ini padamu" kesalnya.
"Untuk apa kau mengatakan hal itu, aku dan kau hanya sebatas rekan kerja saja" dengan tangan gemetar.
"Eliana...apa kau pernah berfikir hah! Apa artinya aku bagimu?"dengan sorot mata yang tajam, lalu mencengkram tangan Eliana.
Ya dia adalah Eliana, gadis yang di selamatkan oleh Vikram karena pada saat pulang ke rumahnya dia mendapat kabar dari para pelayan di rumahnya jika Eliana belum pulang.
"Lepaskan! Kau mau tahu artimu bagiku apa? Dengan sorot mata yang tak kalah tajam juga."Kau adalah seseorang yang berhati dingin, tidak mempunyai perasaan dan juga kau sudah memiliki tunangan, kau bahkan tidak mau melepaskan aku!"dengan air mata yang menetes, membasahi wajah cantiknya.
Vikram tercengang mendengarkan ucapan Eliana yang begitu emosi, lalu dia menarik Eliana ke dalam pelukkannya.
"Maafkan aku, aku hanya tidak ingin kau terluka El"memeluk erat.
"Lepaskan aku!" Eliana berusaha melepaskan pelukannya dia memukul dada bidang vikram, tetapi Vikram memeluknya begitu erat.
"Sudahlah aku tahu kau sedang emosi"mengusap lembut punggung Eliana.
Merasa lelah dengan tangisan juga berontak Eliana pun tertidur di pelukkan Vikram, mobil sudah sampai di rumah mewah miliknya lalu Vikram menggendong tubuh Eliana yang sudah terlelap.
Para pelayan membungkuk hormat kepada Vikram, lalu Vikram hanya melewatinya saja,enaiki satu persatu anak tangga dan masuk ke dalam kamar miliknya. Vikram perlahan-lahan menurunkan Eliana yang ada di dalam pelukkannya ke ranjang miliknya.
Lalu dia menyelimuti tubuh Eliana juga Vikram pun mengusap lembut sisa air mata yang ada di wajah cantiknya.
"Maafkan aku El, aku tidak ingin kau terluka"mengusap lembut puncak kepala Eliana.
Setelah puas mengusap lembut rambut Eliana yang berantakan lalu dia mengecup kening eliana dengan penuh sayang.
Setelah selesai Vikram bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Dua puluh menit kemudian Vikram keluar dari dalam kamar mandi dia segera memakai pakaiannya lalu Vikram pun menaiki ranjang tersebut dia begitu candu kepada aroma tubuh Eliana dan memeluknya dengan erat.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments