Pagi ini suasana begitu ramai di ruang keluarga semua orang sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing karena hari ini adalah hari pernikahan Imel dan Edward.
Sementara Eliana hanya termenung di kamarnya luka di hatinya masih terasa menyakitkan baginya, kekasih yang selama ini selalu setia bersama tetapi kini malah mengkhiantinya bahkan dia bersedia menikah dengan kakaknya tanpa ada penolakan apapun. Bulir bening pun jatuh membasahi pipinya, terasa sesak di dadanya dan membuat bahunya ikut berguncang juga napas yang tidak beraturan.
Dia menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak di dengar oleh orang lain, saat bersamaan terdengar suara pintu di ketuk.
Tok tok tok
"Nona kecil, semua orang sudah bersiap akan berangkat, apakah Nona kecil sudah siap," ucap Bi Yuti di balik pintu.
Panggilan Eliana sewaktu dia masih kecil Bi Tuti selalu memanggilnya dengan sebutan Nona kecil, karena Imel adalah Nona besar. Sebenarnya Eliana bukan anak kandung dari keluarga Wijaya dia hanya anak adopsi dari panti asuhan.
Karena dulu Imel selalu meminta adik untuk menemani dia bermain bersama, awalnya memang Imel sangat menyayangi Eliana tetapi setelah mereka tumbuh besar bersama Imel pun berubah sikapnya menjadi sinis kepada Eliana. Karena Eliana lebih cantik di bandingkan dengan Imel, termasuk Edward kekasih Eliana yang sudah lama berpacaran dengannya, dengan mudahnya Imel bisa menggantikan posisi Eliana sampai pada tahap ini.
"Baik Bi, aku segera turun," membuka pintu dan tersenyum manis.
Bi Yati menatap Eliana dia melihat mata Eliana yang sembab akibat menangis karena kejadian kemarin, Bi Yati sangat menyayangi Eliana seperti anak kandungnya tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia hanya seorang pembantu.
Menuruni anak tangga dan melangkah lebih dulu, lalu Imel memanggilnya."Adik, berangkatlah bersama Ayah dan Ibu, mereka pasti sudah menunggumu,"
Tidak mengatakan ataupun menoleh sedikit saja Eliana melanjutkan lagi langkah kakinya, sudah terlanjur sakit di hatinya karena Imel masih saja tidak mengakui jika dia yang menjebaknya.
Imel yang melihat Eliana acuh tak acuh padanya pun menjadi kesal dan mengepalkan tangannya."Berani sekali dia mengabaikanku, lihat saja nanti kau pasti di permalukan oleh semua orang,"
Imel pun melangkahkan kakinya menuju mobil pengantin yang sudah di siapkan, dan akan pergi menuju gedung pernikahan.
...*****...
Beberapa menit kemudian mobil pun telah sampai di gedung pernikahan dan para tamu undangan telah berdatangan dan mereka saling berbisik saat melihat kedatangan Eliana.
"Bukankah dia yang akan menikah, kenapa berganti menjadi kakaknya?"
"Apa kau tidak tahu, menurut gosip yang beredar dia itu selingkuh dengan pria lain sehari sebelum menikah,"
"Benarkah, gadis macam apa seperti itu sebelum menikah."
"Sudahlah nanti dia akan mendengarnya,"
Eliana yang mendengar para tamu undangan sedang membicarakan dirinya, dia hanya acuh tak acuh dan tersenyum getir melangkah masuk ke dalam gedung.
Acara demi acara telah di lewati proses ijab kabul pun telah selesai dan kini bukan Eliana yang bersanding dengan Edward tetapi Imel. Dia menatap ke arah pelaminan dimana dia hanya menatap dengan mata berkaca-kaca.
Dia mendongkakkan kepalanya agar air matanya tidak tumpah, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang-orang. Melangkah keluar lalu dia berjalan menyusuri koridor gedung dan keluar lalu dia duduk di taman kursi panjang.
Menatap lurus ke depan menghembuskan nafasnya saat ini Eliana sedang sendirian lalu seseorang menepuk bahunya dan membuat Eliana terkejut.
"Eli, maafkan aku, jika kau marah dan kesal maka hukumlah aku. Tetapi aku minta padamu jangan sampai kau membenci kakakmu," ujarnya dengan wajah sendunya.
"Heh! Sekali berkhianat tetap akan berkhianat, kau tidak perlu mengajariku Ed opps," menutup mulutnya."Maksudku kakak ipar," tersenyum sinis.
Sebenarnya hati Eliana terasa sakit saat Edward dengan mudahnya mengatakan jangan membenci Imel, seakan ini adalah kesalahan yang di lakukan oleh Eliana.
Melangkahkan kakinya tetapi Edward langsung menarik tangan Eliana."Eli, memang ini kesalahanku yang begitu percaya dengan ucapan Imel."
Eliana menghempaskan tangan Edward."Jangan pernah menyentuhku lagi Edward, karena bagiku kau hanya sisa sampah yang di pungut oleh kakakku,"
Edward menatap kesal ke arah Eliana lalu dia mencegkram tangan dengan kuat.
"Eli, jangan pikir kau bisa lepas dari perbuatanmu saat ini, heh sungguh menjijikan," Edward mencibir Eliana."Kau hanya anak adopsi dari keluarga Wijaya, aku sudah menyesal mengenalmu,"
Eliana menatap geram dengan ucapan yang di katakan oleh Edward lalu dia pun menampar Edward, Imel pun terkejut dengan tindakan Eliana yang berani menamparnya.
Plak...
"Eli....apa yang kau lakukan hah, kenapa kau menampar Edward," menghampirinya dengan sorot mata tajam.
Eliana terkejut sedangkan Edward tersenyum penuh kemenangan. Imel pun menjambak rambut Eliana sehingga dia meringis kesakitan.
"Akh.. lepaskan kak, ini sakit!"keluh Eliana.
"Heh! Kau bilang sakit, ini belum seberapa Eli, kau harus ingat jika kau itu hanya anak adopsi bukan bagian dari keluarga Wijaya. Kau tidak pantas menjadi Nona dari keluarga Wijaya," menghempaskan Eliana.
Eliana hanya bisa menahan sakit akibat jambakanyang di lakukan oleh Imel. Lalu Eliana tersenyum getir mendengar penuturan dari Imel.
"Heh, akhirnya aku tahu ternyata kalianlah yang menjebakku, sungguh naif sekali." air matanya sudah mentes membasahi pipinya.
"Heh, jika kau sudah tahu maka jangan mengganggu kehidupan kami lagi," ujar Edward menatap sinis.
"Dia tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi," suara seseorang.
Suara seseorang itu pun mengejutkan semuanya dan Eliana pun menoleh dia tidak mengenalinya, tetapi seseorang tersebut berjalan menghampiri Eliana lalu menyetil keningnya.
"Aduh.. sakit!" keluh Eliana.
"Kenapa kau diam saja saat di permalukan oleh mereka!" tunjuknya pada Imel.
Seketika wajah Imel pun pucat dia tahu betul seseorang yang ada di hadapannya ini tidak mudah untuk menyinggungnya, jangan menyinggungnya apa lagi menatap wajahnya yang selalu datar seperti itu.
Dan membuatnya bergidik ngeri, Eliana tidak tahu harus mengatakan apa, persetan! Dia memang tidak mengenalinya dan dari mana datangnya pria tersebut.
Eliana mengendikkan bahunya dia acuh tak acuh dan membuatnya semakin kesal, Tuan Muda tersebut menghembuskan nafas kasarnya melihat Eliana acuh tak acuh padanya.
"Kau..."ucapannya menggantung, dia memijat pelipisnya.
"Sudahlah Tuan tidak perlu di permasalahkan, ini adalah keluargaku jadi anda tidak perlu ikut campur," ucap Eliana dengan sinisnya.
Dia pun mengeram kesal kepada Eliana yang benar-benar mengacuhkannya, lalu menarik pergelangan tangannya dan membuat Eliana menoleh lagi.
"Ada apa Tuan? Kenapa kau menarik tanganku?" Eliana mengerutkan keningnya.
"Kau fikir urusan kita sudah selesai, tidak semudah itu sayang!" tersenyum dingin.
Sedangkan Imel dan Edward bingung dengan seseorang yang ada di hadapannya saat ini, mereka berdua saling pandang begitu juga dengan tamu undangan yang lainnya pun saling menatap tidak percaya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Emma The@
Itu pasti pria yang udah merenggut kesucian El
2021-12-18
1
Farida Wahyuni
suka. lanjut lagi. aku nemu judulnya di fb loh kaka.
2021-11-22
1