Setelah selesai dengan sarapannya kini Eliana sudah sampai di kantornya dia memang satu mobil dengan Vikram tetapi saat di pertigaan Eliana meminta turun agar tidak menimbulkan gosip terbaru.
Melangkah masuk ke dalam dan Fika sudah sedari tadi menunggu kedatangan Eliana.
"El, ini dokumen yang harus lu urus, gue lagi banyak kerjaan nih terus lu juga jangan lupa minta tanda tangan dari si bos ya," ucap Fika lalu dia memberikan beberapa dokumen kepada Eliana.
Belum sempat bernafas Eliana sudah di buat banyak kerjaan." Haish...Fik, banyak banget ini kerjaan gue aja belum selesai di tambah lagi"
"Gue juga banyak El, iya udah kita lembur aja biar cepet selesai,"
"Baiklah,"
Mereka pun mengerjakan dokumen tersebut lalu jam makan siang pun mereka berdua lewatkan tetapi Fika pun tidak begitu bodoh dia langsung memesan makanan lewat aplikasinya.
"El, gue ke depan dulu ya!"
Fika melihat jam di pergelangan tangannya karena sudah seharusnya makanan yang dia pesan sudah datang.
"Iya, gue tunggu di sini" jawab Eliana yang masih fokus pada layar laptop.
Fika bangun dari duduknya lalu melangkah keluar tanpa di sadari oleh Fika ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan mereka, dia melihat Eliana sedang sibuk bekerja.
"Kenapa kau tidak makan siang," ucapnya dengan sedikit kesal.
Eliana terkejut dengan suara seseorang yang tidak asing baginya, lalu dia pun menoleh ke belakang dan tersenyum kecil.
"Banyak sekali pekerjaan ini, dan mungkin aku pulang terlambat hari ini,"jawab Eliana lalu dia memutar lagi kepalanya ke depan laptopnya.
"Aku tidak peduli itu urusan kau, lagi pula aku juga ada hal penting yang harus di urus" melihat jam di pergelengan tangannya."Ingat jangan sampai membuat masalah untukku" melangkah keluar dari ruangan.
Eliana menghembuskan nafas kasar entah otaknya pun berputar kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dimana saat dia bertemu dengan Merliana.
Rasa sesak menusuk di dadanya genangan air di pelupuk matanya hampir pecah, dia pun mendingkakkan kepalanya agar bulir tersebut tidak berjatuhan.
"Apa yang kau pikirkan El, dia adalah tuanangan orang lain," gumam Eliana.
Tak butuh waktu lama Fika pun datang dengan membawa makanan tersebut lalu mengajak Eliana ke pantry, mereka berdua pun makan bersama.
...****...
Sementara Merliana sudah dandan secantik mungkin untuk memikat pria yang dia sangat cintai, dia menatap dirinya dari pantulan cermin yang ada di hadapannya sesekali dia tersenyum kecil melihat penampilannya saat ini.
"Entah kau mencintaiku atau tidak, aku tidak peduli yang paling penting aku bisa menikah dan masuk ke keluargamu Vikram," menghembuskan nafas kasarnya."Sedari kecil saat kita bertemu aku sudah jatuh cinta padamu, aku tidak akan membiarkan gadis lain merebutmu,"
Di rasa sudah cukup lalu Merliana pun bangun dari duduknya dengan membawa tas dia keluar dari dalam kamarnya, menuruni anak tangga dan melangkah keluar lalu Merliana masuk ke dalam mobil dia akan ke rumah utama keluarga Vikram.
Tak butuh waktu lama mobil Merliana pun sudah sampai dengan gayanya yang begitu anggun dia pun membuka pintu mobil dan melangkah masuk begitu saja karena para pelayan mengetahuinya jika Merliana adalah tuanangan Vikram.
Merliana mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ingin dia temui saat ini, lalu salah satu pelayan pun menghampirinya.
"Selamat datang nona, ada yang bisa di bantu" membungkuk hormat.
"Dimana tuan dan Nyonya saat ini"
Ada di taman belakang, nona"
"Baiklah,"
Melangkah menuju taman belakang dan Merliana pun sumngriah, dengan cepat dia menghampiri kedua orang tua Vikram.
"Bibi apa kabar" ucap Merliana lalu mengulurkan tangannya.
Tentu saja kedatangan Merliana di sambut hangat oleh Nyonya Eras Vikram." Merlin, kau kemari sayang, tetapi Vikram belum kembali dari kantornya"
"Tidak apa-apa bibi, aku akan datang kemari karena merindukan bibi dan juga paman," lalu duduk." Paman bagaimana keadaanmu apakah kabar paman baik-baik saja" tenya Merliana sopan.
"Kabar paman baik-baik saja, kalian lanjutkan saja mengontrolnya aku akan masuk ke dalam"
Setelah kepergian suaminya barulah Merliana pun menceritakan yang sebenarnya dengan memasang wajah sedihnya.
"Bibi, apakah aku ini tidak cantik? Kenapa Vikram suka padaku? Apa yang harus aku lakukan bibi!" Isak tangis Merliana pun mulai terdengar.
Nyonya Eras yang tidak tega melihat Merliana seperti itu pun segera menarik tubuh Merliana ke dalam pelukkannya.
"Sayang kau jangan bersedih lagi, bibi pastikan kau akan menikah dengan Vikram nak" mengusap lembut rambut Merliana.
"Benarkah bibi? Aku sangat senang mendengarnya tetapi bibi tidak berbohong padaku 'kan!"
"Tidak sayang"
Senyum di wajah Merliana pun mengembang dia sangat yakin jika dia bisa menikah dengan Vikram, lalu Merliana pun menganggukkan kepalanya.
Tidak terasa waktu pun sudah sore Nyonya Eras dan Merliana pun sudah banyak menceritakan tentang Vikram di saat dia masih kecil.
...*****...
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore yang berarti semua para karyawan sudah berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing. Tetapi tidak dengan kedua gadis yang masih berkutat di meja kerjanya, sesekali Eliana pun meregangkan ototnya karena rasa pegal mulai melanda.
Melihat hal itu Fika pun bangun dari duduknya, dan membuat Eliana menoleh ke arah Fika.
"Lu mau kemana Fik?"
"Gue bikin teh dulu El, lu tunggu di sini"
Fika melangkahkan kakinya menuju pantry lalu dia membuka lemari tempat menyimpan gelas, Fika pun mengambil dua cangkir untuk membuat teh dan juga capuccino untuk dirinya.
Setelah selesai Fika pun memutar badannya tetapi dia dikejutkan oleh seseorang yang sedari tadi berdiri di belakangnya saat membuat minuman.
"Ekh..."ucap Fika terkejut, dan hampir saja kedua cangkir tersebut akan jatuh.
Seseorang yang melihat hal itupun segera menarik pergelangan tangannya agar tidak terkena air panas.
Namun sayangnya dia yang menyelamatkan dan dia pula yang tetesan terkena air panas, melihat hal itu Fika pun segera meminta maaf.
"Maaf tuan Ronal, sa...saya ti..tidak sengaja" ucap Fika, lalu dia menundukkan kepalanya karena ketakutan.
Ronal pun menghembuskan nafas kasarnya ingin rasanya dia memarahi gadis yang ada di hadapannya saat ini juga, tetapi dia juga tidak tega melihat tubuh gadis itu yang sudah gemetaran.
"Sudahlah, lain kali harus harus hati-hati, jangan sampai cereboh" menepuk bahu Fika.
Tentu saja membuatnya tegang bahkan tenggerokkannya pun susah mengucapkan kata-kata. Setelah Ronal pergi, dia pun menggelengkan kepalanya seolah menghilangkan rasa kantuknya.
"Ya ampun, stop Fika jangan mikir yang aneh-aneh" menarik nafasnya lalu melangkahkan kakinya.
Setelah sampai di ruangannya lalu dia menaruh teh ke meja Eliana, sesaat Eliana melihat wajah Fika yang seperti ketakutan.
"Fik, lu kenapa?"
"Hah! Gue? Emang gue kenapa El"menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Haish"menepuk keningnya."Lu kenapa wajah lu tegang gitu!"
"Masa sih El, coba gue liat di cermin kecantikan gue" lalu merogoh ke dalam tasnya.
Eliana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Fika seperti itu. Sementara di ruangan Vikram kini dia sedang memegang ponselnya dia mengirim pesan kepada Eliana.
Ting....
Dering ponsel Eliana pun mengalihkan tatapan dan dia melihat ada motif pesan lalu dia pun mengambilnya dan membaca pesan itu.
Kau sudah pulang?
Eliana pun membalas pesan tersebut.
Aku pulang terlambat, dokumen belum selesai.
Vikram pun segera membalas pesan tersebut.
Baiklah aku akan menunggumu.
Eliana melihat pesan dari Vikram tanpa ingin membalasnya, dia hanya menghembuskan nafasnya lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
Sekitar pukul tujuh malam Eliana dan Fika pun menyelesaikan pekerjaannya, keduanya saling meregangkan ototnya.
"Akhirnya pekerjaan pun selesai ya El" ucap Fika mulai merapikan satu persatu dokumen tersebut.
"Iya Fik, ayo Fik kita pulang hari sudah semakin malam"
Kedua pun keluar dari ruangan tersebut dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam pintu lift, tetapi sebelum masuk di depan pintu sudah ada Vikram dan Ronal yang sudah lebih dulu.
"El tunggu deh, itu bos tampan ngapain ya dia pulang malam bareng kita?"menahan tangan Eliana.
Eliana pun menoleh ke arah Vikram.
"Lu mikirnya aneh-aneh aja sih Fik, dia 'kan pemilik perusahaan ini, jadi itu urusan dia Fik," jawab Eliana acuh tak acuh.
"Maybe"
Kedua pun melangkah mendekati pintu lift dengan posisi Eliana dan Fika di depan sementara Vikram dan Ronal berada di belakang mereka.
Suasana pun canggung Eliana sebisa mungkin acuh tak acuh dan mencoba bersikap tenang.
Ting...
Pintu lift pun terbuka Eliana dan Fika keluar lebih dulu dan di susul oleh Vikram dan Ronal, sampai di luar lobi Fika pun menuju parkiran.
"El, lu bareng siapa?"tanya Fika, karena Eliana tidak tinggal lagi di kontrakan Fika.
"Gue bisa naik taxsi Fik," elak Eliana, agar Fika tidak mengetahui jika dia tinggal di rumah Vikram.
"Hah! Udah malam El, lagian udah gak ada taxsi, lu bareng gue aja" ajak Fika.
"Gue gak apa-apa, Fik, gue bisa sendiri" ucap Eliana yang semakin gugup di buatnya.
"Ta.." belum selesai Fika mengatakannya, Eliana sudah memotongnya lebih dulu.
"Udah malam, mendingan lu cepetan pulang," mendorong tubuh Fika.
"Iya udah gue pulang dulu, kabari gue ya kalau lu perlu sesuatu"
"Iya Fika bawal"
"Enak aja lu ngatain gue bawal"
Eliana hanya terkekeh melihat wajah Fika yang kesal dengan ucapan Eliana, Fika pun menaiki motornya dan melaju menuju keluar dari perusahaan tersebut.
Tak butuh waktu lama sebuah mobil mewah milik Vikram pun berhenti tepat di depan Eliana. Ronal pun keluar dari dalam mobil lalu dia membungkuk hormat kepada Eliana dan langsung membukakan pintu mobil untuknya.
Di dalam mobil Eliana tidak mengatakan apapun sampai di rumah mewah milik Vikram, begitu juga dengan Vikram dia hanya menatap datar. Keluar dari dalam mobil Eliana langsung melangkah masuk ke dalam rumah tersebut.
Sesampai di kamarnya Eliana pun menghempaskan tasnya begitu saja dan dia pun langsung bergegas menuju kamar mandi karena badannya sudah terasa lengket.Sementar Vikram pun menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments