Pagi ini Vikram pun sudah sampai di kantornya karena ada jadwal metting dengan para kliennya saat masuk ke ruangannya dia terkejut melihat kedatangan seseorang yang sedang asyik bermain di kursi kebesarannya.
"Kau.. kenapa kau datang kemari" ucap Vikram dengan nada tidak suka.
"Vik, kenapa kau begitu terkejut. Tentu saja aku datang kemari untuk mengunjungi calon suamiku, memangnya apa lagi" dengan senyum manisnya.
"Sudah aku katakan, jika aku sudah mempunyai tunangan. Jangan sampai aku memaksamu"
"Heh! Naif sekali, selama bertahun-tahun kau menyukainya tetapi dia pernah membalas perasaanmu?" Cibirnya lalu bangun dari duduknya, dia menghampiri Vikram.
"Terima kasih kau selalu peduli padaku sampai bertahun-tahun ini, tetapi aku akan tetap menikah dengan Eliana karena dia adalah tunanganku sekarang" ucapnya dingin.
"Vikram kau jangan naif, selama bertahun-tahun kau menyukainya. Apakah kau tidak pernah memikirkan perasaanku saat ini!" Dengan nada kesalnya.
"Maaf Merlin, di hatiku sudah ada Eliana jadi lebih baik kau pulang saja karena aku harus metting hari ini" menunjuk ke arah pintu dengan dagunya.
Kesal! Itulah yang di rasakan Merliana saat ini dia pun menghentakkan kakinya keluar dari ruangan Vikram, tarikkan nafas yang tidak beraturan serta mata yang menatap tajam entah siapa yang dia lihat.
"Aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi Vik, jika aku tidak bisa maka Eliana pun tidak bisa"
Merliana pun melangkahkan kakinya keluar dari perusahaan Vikram dengan wajah yang begitu kesal. Merliana pun masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju cafe tempat yang selalu dia kunjungi di saat pikirannya sedang kacau.
Mobil sudah terparkir dan Merliana pun keluar dari dalam mobil, lalu terdengar dering ponselnya Merliana merogoh tasnya tanpa melihat jalanan dan alhasil dia pun menabrak seseorang saat panggilan telefon itu berakhir.
"Awww.."rintihnya."Matamu dimana hah, sampai jalan pun menabrakku jika aku keguguran bagaimana!" Ucapnya dengan sinis.
"Kau yang seharusnya punya mata, aku sedang mengambil ponselku seharusnya kau yang menghindar, malah menyalahkan orang lain," ucapnya enteng.
"Kau berani sekali, kau bahkan tidak tahu siapa aku 'kan"
"Aku tidak peduli, untuk tahu siapa kau"
Merliana pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe tetapi seseorang menahan tangannya dan menariknya.
"Kau harus minta maaf padaku"cecarnya.
"Jangan mimpi"
"Aku akan memanggil security, agar kau di usir"
Merliana pun merasa risih dengan seseorang yang ada di hadapannya, lalu ada seorang pria menghampiri kedua orang tersebut.
"Imel apa yang kau lakukan hah, kau sedang hamil masih saja berkeliaran cepat pulang" ucapnya kesal terhadap Imel.
Imel menoleh dan mengembangkan senyuman karena suaminya menghampirinya dengan gaya sombongnya dia pun bertingkah manja.
"Sayang, dia sengaja mendorongku, untuk saja anak kita baik-baik saja" ucap Imel dengan wajah memelasnya.
"Kau tidak perlu menyalahkan orang lain cepat pulang,"ucapnya, lalu menarik sedikit tangan Imel."Maaf nona istriku ini sedang hamil maafkan sikapnya" ucap Edward membungkuk sopan.
"Tidak masalah, tetapi kau harus mendidik istrimu dengan benar" melangkahkan kakinya meninggalkan kedua orang tersebut.
"Ed, kenapa kau meminta maaf padanya, yang salah itu dia bukan aku" bentak Imel.
"Cukup membuat malu saja, cepat pulang!"
Edward meninggalkan Imel yang sedang mendengus kesal dengan langkah malas dia pun mengikuti langkah Edward yang kebetulan telah janji temu dengan klien.
...****...
Siang hari cuaca begitu panas dan membuat Eliana harus meneguk air minum entah sudah ke berapa kalinya dia harus ke pantry lagi.
"El, jam makan siang, ayo kita makan bersama" ajak Fika.
"Hah! Kau duluan saja, aku akan menyusul nanti, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan"
Fika pun melangkahkan kakinya lebih dulu."Baiklah El, gue tunggu ya!"
"Iya Fik"
Eliana sebenernya bukan masalah pekerjaan melainkan Vikram sudah mengirim pesan kepada Eliana untuk makan siang bersama. Setelah Fika pergi Eliana pun segera bergegas menuju pintu lift karena Vikram sudah menunggunya.
Tak butuh waktu lama pintu lift pun terbuka lalu Eliana melangkah dengan cepat dan menghampiri mobil tersebut,sebelum masuk Eliana pun melihat sekelilingnya dia takut jika ada yang melihatnya.
Di rasa aman Eliana pun bergegas masuk tetapi dari kejauhan ada seseorang yang menatap Eliana masuk ke dalam mobil pria raut wajahnya pun berubah dia kesal kepada Eliana yang begitu tega kepadanya.
Sampai di Restaurant Eliana dan Vikram pun kelaur dari dalam mobil lalu masuk ke dalam sebelumnya Ronal sang asisten telah memesan ruangan VIP untuk Vikram.
Eliana pun duduk karena makanan telah di tata dengan rapi di meja makan.
"Kenapa kau mengajakku kemari?"tanya Eliana.
"Menurutmu" jawab Vikram santai.
Eliana menghembuskan nafas kasarnya dia tidak mengerti dengan maksud Vikram." Vik, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu"
Seketika tangan Vikram berhenti saat memegang sendok." Katakanlah"
"Lebih baik kita batalkan saja pertunangan ini, dan kau bisa mencari gadis yang lebih baik dariku" ujar Eliana dengan menundukkan kepalanya,kedua tangannya saling bertautan.
Kening Vikram berkerut dia tidak mengerti dengan ucapan Eliana.
"Apa maksudmu El, kau adalah tunanganku saat ini jadi kau jangan berfikir yang aneh-aneh," kesal Vikram.
"Tetapi bagaimana dengan Merliana? Dia tunanganmu yang sebenarnya 'kan!" Eliana menatap mata Vikram entah keberanian darimana Eliana bisa mengatakan hal seperti itu.
Raut wajah Vikram berubah menjadi suram dan dia meletakan garpu dan bangun dari duduknya.
"Sudah aku katakan kau jangan berfikir yang aneh, tidak peduli siapapun dia. Karena tunanganku saat ini adalah kau jadi kau jangan pernah menguji kesabaran ku" melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
Sementara Eliana menahan sesak di dadanya seakan Vikram enggan melepaskan dirinya, tetapi Eliana pun bingung harus bagaimana jika Merliana tahu kalau dia adalah tunangan Vikram.
Dengan langkah malasnya Eliana pun mengikuti langkah Vikram yang sudah masuk ke mobil lebih dulu di dalam mobil tidak ada yang membuka suara. Vikram menatap ponselnya sedangkan Eliana melihat ke kaca jendela mobil banyak pemandangan yang dia lihat.
Seperti biasa Eliana selalu di turunkan agak jauh dari kantornya agar tidak ada yang melihat, Eliana pun keluar dari dalam mobil tanpa mengatakan sepatah katapun.
Mobil melaju masuk ke dalam perusahaan Eliana melangkahkan kakinya masuk ke dalam, sampai di ruangannya di sana sudah ada Fika yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.
"Hai Fik, lu udah lama ya" tanya Eliana agar Fika tidak mencurigainya.
Fika tidak menjawab dia fokus dengan laptopnya, Eliana menghembuskan nafas kasarnya lalu duduk di kursi dan mengerjakan pekerjaannya.
Sementara Vikram di ruangannya dia sedang memarahi pegawainya yang menurutnya tidak bekerja dengan benar.
"Bagaimana kau bisa mengerjakannya dengan benar hah, buat ulang jika sampai sore ini belum selesai bereskan barang-barangmu dan kau di pecat" ucapnya datar.
"Ba..baik Tuan, saya permisi dulu"
Dia pun keluar dari ruangan Vikram dengan penuh keringat bercucuran di pelipisnya, lalu Ronal pun masuk ke dalam ruangan Vikram dia melihat raut wajah sahabatnya itu terlihat kesal.
"Ada masalah apa Vik?"tanya Ronal yang langsung duduk di sofa.
"Tidak apa-apa, apakah ada dokumen yang harus aku tanda tangani?"tanya Vikram balik, dia mengabaikan pertanyaan dari Ronal.
"Ada nih" Ronal menyodorkan dokumen tersebut.
Dengan cepat Vikram menandatanganinnya lalu dia pun segera mengusir Ronal keluar dari ruangannya.
"Pergilah, aku masih banyak pekerjaan"usirnya.
"Baiklah jika kau ada masalah katakan saja" jawab Ronal melangkahkan kakinya.
Vikram pun menghembuskan nafas kasarnya lalu dia melonggarkan sedikit dasinya yang melingkar di lehernya, dia masih kesal dengan ucapan Eliana.
"Akh menyebalkan sekali,"mengacak-acak rambutnya frustasi.
Sudah pukul lima sore dan sudah waktunya untuk pulang tetapi sedari tadi Fika diam saja dia tidak mengatakan apapun atau sekedar bertanya pada Eliana. Dan membuat Eliana pun semakin bingung dengan sikap Fika yang terlihat acuh tak acuh padanya.
"Fik, sebenernya lu kenapa? Kalau lu ada masalah cerita aja sama gue!"ujar Eliana yang menatap Fika.
"Gue benci sama orang yang gak jujur sama gue" ketus Fika.
Eliana mengerutkan keningnya dia tidak mengerti dengan ucapan Fika." Maksud lu apa Fik, gue gak ngerti"
"Kalau gak ngerti gak usah nanya!" Bangun dari duduknya
Sebelum melangkahkan kakinya Eliana sudah menarik tangan Fika yang akan pergi meninggalkannya.
"Tunggu Fik, lu kenapa jadi ketus sama gue? Kalau gue punya salah lu gak bisa bilang ke gue?"
Fika menghembuskan nafas kasarnya."Sekarang gue tanya sama lu, lu ngapain masuk ke mobilnya si bos? Atau lu pacaran sama tuh bos, terus lu gak pernah cerita apapun sama gue. Ini yang namanya sebagai teman"
Eliana terkejut dengan ucapan Fika yang sudah tahu jika Eliana masuk ke dalam mobil Vikram, dengan nafas berat Eliana menghembuskannya dia pun tidak tahu harus bagaimana mengatakannya kepada Fika.
Di satu sisi Eliana sebenarnya ingin sekali memberitahu dia, tetapi Eliana selalu mengurungkan niatnya karena Eliana tidak ingin menambah masalah lagi bagi Vikram.
"Gue bisa jelasin, tetapi gak di sini ayo gue bakal jelasin ke lu, kita tempat biasa" Eliana bangun dari duduknya dan melangkah lebih dulu.
Fika pun mengekor di belakang Eliana sampai di lobi Fika dan Eliana pun menuju cafe tempat biasa. Tidak butuh waktu lama cafe dan kantor pun jaraknya tidak terlalu jauh. Masuk ke dalam cafe dan duduk lalu pelayan pun menghampirinya.
"Silahkan kak, pesanannnya?" Ucap pelayan tersebut.
Eliana pun membuka buku menu dan dia memesan minuman begitu juga dengan Fika, selesai mencatat pesanan pelayan pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Susana menjadi hening tidak ada yang mengatakan apapun, tak butuh waktu lama pelayan pun membawa nampan yang berisi pesan Eliana dan Fika.
"Silahkan kak!"
"Terima kasih kak,"
Pelayan pun menganggukkan kepalanya dan melangkaheninggalkam mereka, tetapi lagi dan lagi suasana masih hening.
Eliana menarik nafasnya lalu perlahan-lahan dia pun mulai membuka suaranya.
"Sebenernya gue...."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments