Edward pun telah siap dengan kata-kata yang dia rancang agar dia bertemu dengan pemilik grup VV, setelah beberapa kata dia ucapkan tetapi tidak belum ada kata yang pas untuknya. Sudah berkali-kali dia mencobanya, dan akhirnya dia pun telah selesai.
"Baiklah, semoga kedatanganku akan di sambut oleh pemilik perusahaan VV grup." ujar Edward, bangun dari duduknya.
Dia melangkah keluar dan menghampiri sekertarisnya."Jika ada yang mencariku, katakan saja aku ada metting di luar,"
"Baik Tuan,"
Edward pun melangkahkan kakinya menuju pintu lift dan masuk ke dalam, tak butuh waktu lama kini Edward sudah di depan lobi lalu dia menyuruh supirnya agar ke perusahaan yang sudah dia katakan.
Cuaca saat ini cukup panas dan membuat Edward terasa panas, tetapi tidak menghalangi langkah kakinya untuk mencapai apa yang dia inginkan. Tak butuh waktu lama mobil pun telah sampai di perusahaan yang populer di kalangan dunia binsnis, menghembuskan nafas kasarnya lalu Edward pun memegang gagang pintu mobil dan mendorongnya.
Edward keluar dan melangkah masuk ke dalam dia menuju Resepsionis, dan bertanya kepadanya.
"Apakah aku bisa bertemu dengan Presdir kalian?"tanya Edward.
"Apakah Tuan sudah membuat janji?"tanya Resepsionis sopan.
"Belum, tetapi aku temannya" ujar Edward meyakinkan.
"Maaf Tuan, tidak bisa jika anda tidsk mempunyai janji,"
"Tetapi aku temannya, katakan saja kepadanya jangan merepotkanku seperti ini," menggelengkan kepalanya.
'Astaga, bukankah ini kesalahan dia, kenapa menyalahkan ku'.batin Resepsionis tersebut.
Dengan malas Resepsionis pun memegang gagang telefon dia akan memberi tahukan jika ada yang ingin bertemu dengannya. Tetapi sangat di sayangkan entah mungkin karena jodoh atau cinta sejati, Eliana pun melewati lobi dan menghampiri lobi dengan cepat edward memcengkram tangan Eliana.
"Eli, katakan kepada Presdir, aku ingin bertemu"Edward mencengkeram tangan Eliana.
Eliana terkejut dan dia menepis tangan edward tetapi Edward menahan tangannya dengan kuat sehingga mengakibatkan tanda di tangan Eliana.
"Lepaskan, ini sakit!"ujar Eliana berontak.
"Katakan kepada Presdir, aku ingin bekerja sama dengan perusahaannya," kesal Edward.
"Kau bahkan tidak pantas bekerja sama dengan perusahaan ini, pulanglah Presdir tidak akan bertemu denganmu," menghempaskan tangan Edward.
"Eli, kenapa kau berubah setelah tidur dengan pria tidak jelas itu,"cibir Edward.
Karena Edward pun tidak mengetahui siapa pria yang tidur dengan Eliana, seseorang pun berdehem dan mengejutkan keduanya.
"Siapa yang kau maksud pria tidak jelas Tuan Edward?" tanya seseorang dengan nada dinginnya.
Eliana menoleh begitu juga dengan Edward dia menelan salivanya saat tahu siapa Presdir pemilik perusahaan VV grup.
"Tuan,"Eliana membungkuk hormat.
Dia pun mengabaikan Eliana dan menghampiri Edward, sehingga Edward pun di buat gugup, serat telapak tangan yang terasa berkeringat dingin.
"Tuan Edward, kenapa kau terlihat gugup? Ada apa ini? Apakah orangku mengganggumu?"menatap ke arah Eliana.
Yang di tatap pun memalingkan wajahnya, sementara Edward tersenyum canggung.
"Tu..tuan Vikram, sa..sa..saya ingin bertemu dengan anda" tutur Edward yang terlihat gugup.
"Oh..ingin bertemu denganku, heh boleh saja tetapi..."Vikram menggantungkan ucapannya, lalu di merangkul Eliana." Apakah orangku ini setuju? Jika dia tidak setuju maka kau harus pergi dari sini," ucapnya datar.
Eliana membulatkan matanya dia tidak percaya dengan ucapan Vikram begitu juga dengan Edward.
'Sial, dia hanya gadis adopsi saja harus meminta persetujuannya'.batin Edward.
Edward tidak mengatakan apapun dia hanya menatap Eliana dan mengepalkan tangannya, Vikram hanya menatap datar ke arah Edward.
"Bagaimana kakak ipar,"tersenyum sinis.
Edward pun menarik nafas dalam-dalam, baru dia pun menjawabnya."Baiklah,"
Vikram hanya acuh tak acuh,Eliana menoleh arah Vikram ingin rasanya dia menengelamkan Vikram ke dasar laut dan mencincangnya. Eliana menarik nafasnya lagi agar rasa kesal di hatinya bisa reda
"Silahkan Tuan Edward"
"Terima kasih Eliana"
Vikram pun melepaskan rangkulannya."Baiklah orangku sudah setuju, ayo ke tunanganku"
Vikram melangkah lebih dulu meninggalkan kedua orang itu, Eliana meninggalkan Edward yang mengekor di belakangnya.
Sampai di ruangan Vikram, lalu Edward duduk di sofa dan Eliana pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tetapi Vikram memanggilnya.
"Kau mau kemana?"tanyanya dingin.
"Aku akan keluar dan mengerjakan pekerjaan Tuan" jawab Eliana membungkuk sopan.
"Kemarilah,"titah Vikram.
Eliana menoleh dan dia diam saja tidak bergerak sama sekali dan tentu saja membuat Vikram mendengus kesal.
"Ck ck cepat kemari kenapa kau diam saja,"
Eliana pun mendekati ke arah Vikram dengan langkah malasnya, jarak yang tidak terlalu jauh Vikram pun menarik tangan Eliana dan dia duduk di pangkuan Vikram. Eliana terkejut begitu juga dengan Edward, Eliana meronta-ronta tetapi Vikram mengabaikannya.
"Apa yang kau lakukan ini di kantor,"bisik Eliana.
"Tidak peduli, dimana pun berada ini adalah kantorku, dan kau tidak berhak mengaturku," ucapnya dingin.
Eliana mengerucutkan bibirnya, Edward menatap kesal ke arah Eliana dia mengira Eliana seperti wanita yang tidak punya harga diri.
"Tuan Vikram yang terhormat, mengapa anda sampai repot membawa orang sudah di pakai oleh orang lain," cibir Edward.
Eliana pun mengepalkan tangannya dia tidak terima dengan ucapan Edward, Vikram yang melihat Eliana mengepalkan tangannya dia pun mengusap lembut sehingga Eliana pun menoleh dengan tatapan bingungnya.
"Tuan Edward anda tidak perlu mengatakan hal yang tidak penting kepada orangku," jawab Vikram datar.
"Maafkan atas sikapku yang tidak sopan tuan Vikram, tetapi saya mengatakan yang sebenarnya."membungkuk hormat.
'Membuatku naik darah' batin Eliana.
Eliana pun menatap sinis ke arah Edward dia benar-benar di buat kesal jika saja tidak ada Vikram sudah pasti Eliana akan melemparnya ke kutub Utara, namun sayang harapannya harus di kubur dalam-dalam.
Vikram tersenyum kecil menanggapinya karena dia tahu siapa orang yang di maksudnya. Sedangkan Eliana sedari sudah tidak bisa menahannya.
****
"Halo, bagaimana pencariannya apa kau sudah menemukan dia?"
"Maafkan kami, sampai hari ini kami belum menemukan kabar apapun"
"Dasar kalian, tidak bisa di andalkan cepat cari sampai ketemu. Jika belum menemukannya maka kalian semua bersiap-siaplah untuk aku kirim ke kutub Utara"
Tanpa mendengar jawaban dari seseorang di sebrang sana, dia langsung membanting ponselnya.
"Aakhh, harus kemana lagi aku mencarimu"mengacak-acak rambutnya frustasi.
Dia pun melangkahkan kaki menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah mencari seseorang.
"Sepertinya aku harus turun tangan sendiri untuk mencarinya"
Bangun dan dia pun memakai jaketnya untuk mencarinya, karena sudah bertahun-tahun dia belum bisa menemukan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Kau mau kemana nak?"
"Aku mau mencari dia Bu, aku sangat yakin dia pasti masih hidup"
"Kau mau mencari kemana? Mungkin saja dia sudah tiada!"
"Bu hentikan! Kami bersaudara kembar tidak mungkin dia tiada. Aku pasti merasakannya"
"Tapi nak.."
"Cukup Bu, jangan menggangguku lagi, kejadia itu membuatku merasakan sakitnya saat kehilangan dia"
Dia pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah mewah tersebut dan melajukan mobilnya entah kemana.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments