Vikram pun tersenyum tipis mendengar ucapan dari Edward dia menarik nafasnya dalam-dalam, sementara Eliana sudah seperti meriam yang akan siap menembaknya kapan saja.
"Tuan Muda Edward, anda begitu memahami orangku ini ataukah anda pernah menjadi mantan yang terindah baginya?"
Edward pun mengepalkan tangannya tetapi dia tetap bersikap sabar di hadapan Vikram, karena dia tidak ingin merusak suasana saat ini.
"Apakah, bisa langsung ke intinya saja jangan membuang waktu lagi" menarik nafas lalu menghembuskannya."Tujuanku datang ke perusahaanmu adalah ingin mengajak kerja sama dengan perusahaanmu"
Vikram menatap datar ke arah Edward, lalu Eliana pun sudah tidak sabar menghadapi sikap Edward yang manis dari luar busuk dari dalam.
"Tuan Muda Edward kenapa anda ingin bekerjasama dengan perusahaan ini? Apakah perusahaan Tuan Edward sedang mengalami kebangkrutan," tersenyum mencibir.
"Kau..."tenggorokan Edward seperti tercekat, dia tidak mampu mengatakannya lagi.
Dan mengingat jika ada seseorang yang mendukung Eliana, Eliana tersenyum sinis melihat ekspresi dari Edward yang sudah bisa dia tebak.
"Jadi Tuan Edward, apa keuntungan dari perusahaan ku ini jika aku membantumu," tanya Vikram.
"Tuan, jika bekerja sama maka perusahaanmu akan semakin berkembang pesat di seluruh dunia Tuan, dan kau pun akan semakin di kenal banyak orang," usul Edward.
'Dasar bodoh, kenapa aku bisa jatuh cinta padanya'.batin Eliana.
Vikram hanya tersenyum saja menanggapinya lalu dia menyuruh Ronal untuk membuat surat kerja sama.
"Ronal, kau urus semuanya" titah Vikram.
"Baik Tuan,"
Edward pun tersenyum sinis ke arah Eliana dan membuat Eliana geram dan juga kesal. Tetapi dia lebih kesal lagi kepada orang yang ada di sebelahnya.
Tak butuh waktu lama Ronal pun kembali ke ruangan Vikram dengan membawa map coklat yang berisi surat kontrak kerja sama. Ronal memberikannya kepada Vikram lalu dia menerimanya.
"Silahkan Tuan Edward di lihat dulu point apa saja yang perlu anda ingat," ujar Vikram.
Dengan cepat Edward pun menjawabnya."Tidak perlu Tuan Vikram, ini adalah kerja sama kita"
Edward pun langsung menanda tanganinnya dengan senyum manisnya, lalu menyerahkan kembali kepada Vikram. Mereka berdua pun berjabat tangan, setelah selesai dengan tujuannya Edward pun memutuskan untuk pulang.
Setelah Edward pergi barulah Eliana beraksi dia ingin menjambak, mencakar pria yang ada di hadapannya ini.
"Kenapa kau setuju untuk bekerja sama dengannya, dia orang yang sangat licik? Apa kau ingin perusahaanmu hancur begitu saja,"
Pletak!!
"Sakit, Vikram!"mengusap keningnya.
"Kau berisik sekali, oh aku mengerti atau kau sedang khawatir padaku," memegang dagu Eliana.
Dengan cepat Eliana memalingkan wajahnya."Si..siapa yang peduli, sudahlah aku akan kembali bekerja," melangkahkan kakinya.
Vikram yang melihat Eliana gugup hanya tersenyum kecil, Ronal masih setia menemaninya, seketika raut wajahnya pun berubah menjadi datar kembali seperti biasanya.
"Kau suruh seseorang untuk mengawasi Edward, jika sudah waktunya maka kejutan pun akan di mulai," ucapnya dingin.
"Baik Tuan,"
...******...
Saat ini Eliana sedang makan siang bersama dengan Fika, lalu ada seorang gadis menghampirinya dengan pakaian yang kurang bahan menurut Fika. Dia sama sekali tidak menyukai seseorang yang kini sudah merusak acara makan siangnya bersama Eliana.
"Eli...."panggilnya, lalu melambaikan tangannya.
Eliana pun menoleh karena namanya di panggil dan tersenyum ke arah gadis tersebut, dia pun melangkahkan kakinya menghampiri Eliana dan duduk.
"Eli, apa kau masih mengingatku?" Lalu tangannya pun melepaskan kacamata hitamnya.
Seketika Eliana terkejut dia tidak percaya dengan seseorang yang ada di hadapannya, dia adalah teman masa kuliahnya dulu dia adalah Merliana seorang gadis cantik dan juga seksi.
"Merlin, kau semakin cantik saja,"puji Eliana.
"Kau pun sama Eli, bagaimana kabarmu sekarang?"
"Kabarku baik-baik saja, oh iya Merlin kenalakan ini temanku Fika dan Fika ini Merliana,"ucap Eliana memperkenalkan keduanya.
Keduanya pun saling melempar senyuman entah senyuman macam apa yang membuat keduanya saling memancarkan aura tajam dari sorot mata keduanya, Eliana pun segera membuyarkan tatapan keduanya agar tidak terjadi perang dingin.
"Merlin, apa kau mau memesan sesuatu, aku akan panggilkan pelayan," ujar Eliana, dia mencairkan suasana.
"Oh tidak perlu Eli, aku cuma mau bilang kalau aku adalah tunangan Vikram," sahut Merliana dengan senyum mengembang di wajahnya.
Deg.....
Seketika Eliana terkejut dengan ucapan dari Merliana dia hanya tersenyum canggung menanggapinya.
'Ternyata tunangan yang sesungguhnya adalah Merliana'.batin Eliana.
Eliana pun terdiam sehingga Merliana pun memegang tangannya."Eli, besok ada reuni apakah kau akan datang?"
"Hah! Benarkah Merlin? Baiklah aku akan datang"
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, sampai jumpa"
Merliana pun bangun dari duduknya pergi meninggalkan Eliana bersama Fika, setelah kepergian Merliana yang sudah menjauh Fika pun mulai membuka suaranya.
"El, lu bakal datang ke acar reuni?"tanya Fika dengan meneguk green Tea.
"Mungkin Fik, memangnya kenapa Fik?"tanya Eliana.
Fika pun menarik nafasnya."Menurut gue, lu gak usah datang El,"
"Fika, jangan berfikir yang aneh-aneh deh,"melihat jam di pergelangan tangannya."Ayo kita kembali ke kantor, dari pada di marahin sama bos berwajah es batu itu" ujar Eliana.
Mereka berdua pun melangkah keluar, setelah membayar tagihannya dan sampai di kantor Eliana pun menuju ruangannya.
...*****...
Sementara di perusahaan seseorang sedang tersenyum puas dia berputar-putar di kursi kebesaranya.
"Akhirnya aku bisa bekerja sama dengan perusahaan itu, dan aku bisa membujuk Eliana untuk kembali lagi ke sisiku, hahahaha"ucapnya lalu tertawa.
Pintu pun di buka dan seseorang pun masuk ke dalam ruangannya siapa lagi jika bukan Imel dengan raut wajah kesalnya dia menghampiri Edward.
"Ed, berikan aku uang" ucapnya.
Edward mengerutkan keningnya mendengar ucapan dari Imel karena baru dua hari yang lalu dia meminta uang dan sekarang memintanya lagi.
"Mel, fikiranmu hanya uang dan uang saja, kepalaku pusing Mel, setiap hari kau hanya menanyakan uang saja" mendengus kesal.
"Edward, aku ini istrimu wajar saja jika istri meminta uang kepada suaminya,"
"Perusahaan ini hampir bangkrut Mel ulah siapa hah! Ini semua karena kau, yang selalu saja boros dan meminta uang terus," Edward menuju ke arah Imel.
Imel membulatkan matanya dia sama sekali tidak menerima penghinaan dari Edward."Ed jika bukan karena aku mengandung anakmu, aku tidak Sudi menikah denganmu!"
Edward bangun dari duduknya dan menatap tajam ke arah Imel, persetan! Jika bukan karena Imel sedang mengandung anaknya sudah di pastikan dia akan meninggalkan. Edward mendengus kesal lalu duduk di sofa, sementara Imel tidak ada rasa takut terhadap Edward.
'Pria tidak tahu diri, jika bukan karena warisan aku tidak sudi menikah denganmu'.batin Imel.
Sepersekian detik emosi Edward pun bisa terkontrol kembali. Lalu dia menyuruh Imel untuk pulang ke rumah, karena kepalanya terasa pusing setiap kali Imel meminta uang padanya.
"Lebih baik kau pulanglah dan beristirahat," ucap Edward, sambil memijat pelipisnya.
Imel menghembuskan nafas kasarnya lalu menghentakkan kakinya keluar dari ruangan Edward.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Kalingga putra pramayoga
Lanjuuuuuuuuuuut....
2021-10-23
0
Ress
terima kasih kak seru 😀 ternyata Imel cuma pengen hartanya aja
2021-10-23
0