Dua hari telah berlalu kini Eliana pun telah bekerja kembali, selama dua hari berada di rumah Vikram Eliana seperti tahanan yang sedang di penjara tidak boleh melakukan ini tidak boleh memakan itu dan masih banyak lagi yang membuat kepala Eliana serasa mau pecah.
Sore ini setelah pulang bekerja Eliana akan pergi bersama Fika untuk membawa barangnya untuk sementara Eliana akan tinggal di rumah Fika sampai dia mendapatkan kontrakan.
"Nona, apa Nona yakin akan tinggal bersama dengan teman Nona?"
"Iya bi, aku tidak ingin merepotkan semua orang, apalagi Tuan Muda sudah baik kepadaku," ucap Eliana yang tidak enak hati.
"Baiklah, jika itu keputusan Nona, bibi tidak akan melarang lagi"
"Terima kasih Bi, dan maaf selama dua hari ini selalu merepotkan bibi"
"Tidak apa-apa Nona ini sudah tugas bibi,"
Bi helen pun membantu Eliana membawa barang ke depan karena taxsi sudah menunggunya, Elina memeluk Bi Helen, ada rasa sedih saat berpisah tetapi tidak mungkin Eliana harus tinggal bersama dengan Vikram.
Setelah koper masuk ke dalam bagasi mobil, Eliana melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam mobil. Kendaraan roda empat itu meninggalkan rumah mewah milik Vikram.
Selama perjalanan Eliana diam saja bukan berati dia menyesal tetapi dia harus memikirkan bagaimana kehidupannya, apa lagi saat ini dia sudah tidak mempunyai tempat tinggal.
Tidak terasa taxsi pun telah sampai di depan rumah Fika lalu Eliana pun keluar dan supir taxsi mengeluarkan koper miliknya.
"Terima kasih pak,"
"Sama-sama Nona"
Sebelum masuk Eliana menarik nafasnya lalu dia pun mengetuk pintu rumah Fika.
Tok tok tok
"Sebentar"teriaknya.
Dia pun segera membuka pintu dan langsung memeluknya dengan erat membuat Eliana kesulitan bernafas.
"El, akhirnya Lu datang juga"
"I..iya Fik, lepasin gue gak bisa nafas nih"
"Astaga maafin gue El,"
Eliana menganggukkan kepalanya lalu Fika membantu Eliana membawa koper miliknya dan mereka duduk di ruang tengah kontrakan Fika tidak besar dan tidak terlalu kecil juga, tetapi cukup untuk mereka berdua.
"El, minum dulu nih Lu pasti capekkan"memberikan segelas air.
"Terima kasih Fik,Lu memqng sahabat gue yang paling the best deh"mengacungkan jempol.
Fika pun hanya tersenyum mendengar ucapan Eliana dan mereka pun tertawa bersama.
...*****...
Di rumah utama kini Vikram pun datang menemui kedua orang tuanya karena semalam dia tidak datang, dengan wajah datarnya Vikram duduk lalu Nyonya Eras pun menegur Vikram.
"Darimana saja kau anak tengik, semalam kemana kau tidak datang hah!" kesal Nyonya Eras.
"Aku sibuk tidak ada waktu" ucapnya enteng.
Sementara Tuan Robert Valdes hanya diam saja karena dia sudah mengenal sifat anaknya yang sama sepertinya.
"Bibi tenanglah, kau jangan emosi mungkin Vikram sedang sibuk. Aku tidak apa-apa"tersenyum manis.
"Haish.. entalah bibi sudah lelah menghadapi anak ini, tetapi untung saja kau mau bertahan Merlin"mengusap lembut punggung tangan Merliana.
"Karena aku mencintai Vikram bibi"
Mereka berdua pun tersenyum bersama sedangkan Vikram menatap datar, lalu Nyonya Eras mengajak suaminya untuk pergi meninggalkan Vikram dan Merliana, tinggallah mereka berdua lalu Merliana pun membuka suaranya.
"Vik, kau kemana semalaman? Aku menunggumu" ucap Merliana.
"Kau tidak perlu naif, jika kau menyukai adikku maka aku tidak akan ikut campur"bangun dari duduknya.
"Vikram tunggu dulu, apa kau tidak ingin menikah denganku?"tanya Merliana penasaran.
"Tidak peduli apa yang kau katakan, jika tidak ada hal lain aku pergi dulu" melangkah meninggalkan Merliana.
Merliana mengepalkan tangannya dia merasa kesal kepada Vikram yang selalu mengacuhkannya.
"Jangan salahkan aku Vik, karena kau selalu menolakku" gumamanya.
Vikram masuk ke dalam mobilnya lalu Ronal pun melajukan mobil menuju Villa milik Vikram, melihat raut wajah kesal Vikram membuat Ronal enggan bertanya karena bisa saja dia yang akan menjadi bahan pelampiasan amarahnya.
Kendaraan roda empat sampai lalu Vikram keluar dari dalam mobil dan di sambut oleh Bi Helen, Ronal kembali ke Apartemennya. Vikram melangkah masuk lalu dia mengedarkan pandangan seperti mencari seseorang.
"Dimana dia?"tanya Vikram.
Bi Helen tidak berani menjawabnya karena Eliana tidak memberi tahukan kepada Vikram jika dia akan tinggal di rumah temannya. Vikram menoleh dan menatap Bi Helen yang sedari menundukkan kepalanya.
"Ada apa Bi? Kenapa kau diam saja?"selidik Vikram, dia menyipitkan matanya.
"Maaf Tuan, Nona Eliana memutuskan untuk pergi ke rumah temannya" ujar Bi Helen sopan.
"Tidak apa-apa Bi"
Melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dia pun melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya, dan merogoh saku celananya lalu menelefon Ronal agar dia menyuruh seseorang untuk mengawasi Eliana.
Setelah selesai menelefon, Vikram pun menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang serasa lengket akibat bekerja seharian ini.
...*****...
Malam pun tiba kini Edward sedang frustasi di ruang kerjanya karena sahamnya semakin anjlok, dia pun mencoba menelefon ke beberapa klien yang mau bekerja sama tetapi mereka semua menolaknya.
Saat Edwar sedang berfikir lalu terlintas di fikirannya jika dia akan mencoba untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan VV grup perusahaan yang terkenal di seluruh dunia.
"Sebaiknya, aku harus mencoba menjalin kerja sama dengan perusahaan itu,"gumamnya.
Edward pun menaiki ranjangnya karena hari sudah malam dan dia sudah bertekad akan menjalin kerja sama dengan perusahaan tersebut.
Pagi telah datang kini Edward telah rapi ddngan stelan jasnya dia pun menuruni anak tangga, lalu dia melangkah keluar akan bergegas ke kantor tetapi Imel memanggilnya.
"Ed, kau sarapan dulu, aku sudah siapakan makanan kesukaanmu" tutur Imel.
"Aku sibuk perusahaan sedang dalam masalah, lain kali saja" jawab Edward acuh tak acuh.
Imel mengepalkan tangannya dia kesal dengan sikap Edward yang acuh tak acuh padanya. Edward masuk ke dalam mobilnya dan melajukan ke perusahaan.
Sepersekian detik mobil Edward sudah sampai di perusahaan miliknya lalu dia menuyuruh Rama untuk membuat janji dengan perusahaan VV grup.
"Rama, kau atur aku untuk bertemu dengan CEO VV grup"
"Baik Tuan"
Edward masuk ke dalam ruangannya lalu dia pun menyampirkan jas di kursi kebesarannya, dia menopang dagu dan berfikir kata-kata apa yang pantas dia ucapkan jika saatnya tiba.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments