Ronal saat ini sampai di ruangan Eliana dan dia mengedarkan pandangannya lalu Fika pun menghampirinya.
"Tuan, kau mencari siapa?"tanya Fika sopan.
"Apakah di sini ada yang bernama Eliana? Jika suruh dia ke ruangan Presdir."ucapnya dingin.
"Ba...baik Tuan" jawab Fika gugup.
Tanpa mengatakan apapun Ronal kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Sementara Fika mengusap dadanya karena melihat ekspresi dari wajah Ronal biasa saja.
"Kau melihat siapa?"
"Dia tampan tetapi sangat dingin sikapnya,"
Fika pun menoleh lalu dia terkejut saat Eliana di dekatnya."Astaga El, lu bikin jantung gue mau copot aja."
Eliana hanya tersenyum mendengar ucapan dari Fika."Maaf Fik, tadi siapa?"
"Lu di suruh ke ruangan Presdir," jawab Fika, lalu dia menggoda Eliana."Cie....di cariin Presdir tampan, hayo ada apa nih? Kayanya ada benih nih!"
"Fika, lu ngomong apaan sih, aneh-aneh aja deh.Iya udah gue keruangan Presdir dulu"
Eliana pun melangkahkan kakinya menuju ruang Presdir sampai di depan pintu langkah Eliana terhenti karena saat ini detak jantung berdetak sangat cepat juga tangannya terasa dingin akibat gugup. Sebelum masuk dia mencoba menarik nafasnya dalam-dalam agar tidak gugup, Eliana mulai mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Masuk" ucap seseorang dari dalam sana.
Perlahan-lahan Eliana mendorong pintu dia menyembulkan kepalanya lalu masuk ke dalam dan berjalan perlahan. Sementara sang Presdir sedang membelakangi Eliana jadi Eliana tidak dapat melihat wajahnya.
"Tuan, apakah ada pekerjaan untukku?" tanya Eliana ragu.
Dia masih tidak menjawab dan membuat Eliana bingung harus memulainya darimana, dia pun manggilnya lagi.
"Tuan, apakah ada hal yang bisa aku kerjakan atau tidak, jika tidak ada aku akan kembali ke ruanganku"
Eliana membalikkan badannya baru satu langkah dia sudah di panggil lagi oleh Presdir."Eliana Chelsea Wijaya,"
Deg......
Langkah kaki Eliana terhenti kakinya seperti lemas dan tidak bertenaga saat dia memanggil namanya dengan lengkap.
'Sepertinya aku mengenal suara ini, jangan-jangan...batin Eliana.
"Kemarilah"
Dengan susah paya Eliana menelan salivanya dan dia masih diam saja tidak bergerak sedikit pun, hal itu membuatnya berdecak kesal.
"Ck ck ternyata begini sikap seorang karyawan jika di panggil oleh atasannya" berdecak kesal.
Mau tidak mau Eliana pun membalikkan badannya lalu dia tersenyum canggung.
"Pre...Presdir ternyata anda,"menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Kita bertemu lagi, ternyata kau Presdir baru itu," ujar Eliana semakin gugup.
'astaga aku gugup sekali, kenapa pula harus dia sekarang aku harus bagaimana.batin Eliana.
Dia menggigit bibir bawahnya karena benar dia yang hadir di pesta pernikahan kakaknya, Vikram menatap datar ke arah Eliana.
"Aku mengira bukan kau, tetapi benar saja kau hanya seorang anak adopsi saja, tidak perlu sungkan" ucap Vikram datar.
Eliana kesal kepada Vikram dia menatap tidak suka lalu masuklah Ronal dengan membawa berkas di tangannya.
"Tuan ini yang kau minta" memberikan kepada Vikram.
"Berikan padanya"titah Vikram.
Ronal pun memberikan berkas tersebut kepada Eliana lalu Eliana menerimanya dan mengerutkan keningnya saat membuka lembaran berkas tersebut.
'Apa maksudnya ini, pernikahan kontrak? Apa dia ingin menikah denganku yang benar saja'.batin Eliana.
"Tuan apa maksudnya ini?"tanya Eliana yang masih bingung.
"Kau masih tidak mengerti atau kau ingin skandalmu tersebar luas heum" memperlihatkan ponsel ke arah Eliana.
Eliana terkejut dan hampir saja matanya mau melompat keluar lalu Vikram pun mengambil ponselnya kembali.
"Jadi bagaimana?"
Eliana memasang wajah suram juga tangannya mengepal dia tidak tahu harus berbuat apa di hadapan Vikram saat ini. Selain kata-katanya yang tajam dia juga menyimpan bukti foto-foto Eliana saat di hotel.
Eliana menatap datar ke arah Vikram."Jika aku menandatanganinnya apa kau akan membantuku?"
"Tergantung, jika kau mau aku bisa menjamin skandal tentang dirimu akan aman dan tidak ada yang tahu," ucap Vikram, lalu menopang dagunya.
Sejenak Eliana berfikir keras dia memikirkan bagaimana nasibnya jika orang yang ada di hadapannya benar-benar menyebarkan foto-fotonya.
Sepersekian detik Eliana pun mulai memantapkan hatinya lalu dengan tangan gemetar dia mengambil berkas tersebut dan melangkah duduk di sofa.
Cukup lama Eliana menatap berkas tersebut, sedangkan Ronal sudah meletakkan ballpoint di meja dekat berkas yang sedang Eliana tatap.
"Apa kau masih ragu dengan ucapanku"tanya Vikram."Jika kau ragu batalkan saja, tetapi aku tidak bisa menjamin skandalmu dan mungkin keluargamu sudah menyiapkan koper untukmu keluar dari keluarga Wijaya," bangun dari duduknya, lalu menghampiri Eliana.
Eliana pun mengambil ballpoint tersebut lalu dia akan menandatanganinnya, tetapi tangannya teras lemas lalu Eliana mencoba bertahan dan menelan salivanya. Dengan cepat Eliana menandatangi nya lalu dia meletakan ballpoint tersebut di meja.
Vikram hanya tersenyum puas, sedangkan Eliana menyandarkan tubuhnya di sofa dan menarik nafasnya. Vikram yang melihat hal itu pun lalu dia mengusap lembut kepala Eliana.
"Sudah, tidak apa-apa!" mengusap lembut.
Eliana terkejut lalu dia bangun dari duduknya dan membungkuk hormat.
"Maaf Tuan, aku bersikap tidak sopan"
"Lupakan, kembalilah bekerja,"
Eliana menganggukkan kepalanya lalu melangkah keluar dari ruangan dan bukannya kembali tetapi Eliana pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya, karena hari ini pikirannya sangat kacau.
"Jadi ini bukan mimpi, aku dan dia sudah menikah tetapi ini hanya pernikahan kontrak saja," menatap dirinya di depan cermin.
Eliana pun memutar kran air lalu dia membasuh wajahnya entah sudah berapa kali dia membasuh wajahnya sampai buku kuku tangannya mulai keriput.
Setelah puas Eliana kembali keruangannya dengan langkah gontai seakan dia tidak bersemangat.
Bukannya menuju ruangannya tetapi dia malah untuk pergi ke pantry hanya sekedar membuat teh manis untuk menghilangkan sedikit rasa terkejutnya dia mencoba mengingat siapa yan pernah bersamanya. Tetapi sangat di sayangkan Eliana tidak begitu jelas melihat wajah seseorang, jika dia tahu sudah pasti Eliana akan melemparnya ke dasar laut dan memberi makan ikan di laut.
Menghembuskan nafas kasarnya sembari meneguk sedikit demi sedikit teh,tetapi semakin lama maka teh tersebut sudah habis di teguknya, tinggal tetes terakhir yang tersisa Eliana tersenyum kecut melihat gelas yang sudah habis dia minum.
Menghembuskan nafasnya, kadang kala ingatannya selalu ingat dengan perlakukan sang kakak yang sudah menjebaknya, begitu juga dengan calon suaminya yang kini sudah menjadi kakak iparnya. Miris sekali nasibnya! Setelah ini cobaan apa lagi yang menghampirinya tidak terasa air mata Eliana pun menetes kembali.
"Aku tidak boleh lemah, mulai saat ini aku Eliana akan menjadi wanita yang pemberani,"ucapnya pada diri sendiri.
Setelah perasaannya tenang dia pun kembali ke ruangannya lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Farida Wahyuni
suka ceritanya. jadi tambah penasaran nih.
2021-11-22
0