Restu

Melihat anak semata wayangnya datang bersama seorang laki-laki papa dan mama langsung menghentikan aktifitasnya, dan beranjak mendekati talia.

"Haii sayang, diantarin siapa nihh pulangnya?" mama bertanya sambil melihat ke arah kaab berdiri.

"Kenalkan tante, om saya kaab" kaab memberi salam seraya menjabat tangan mama dan papa.

"Ohh ini yang kamu ceritakan waktu itu?" kali ini papa yang bertanya.

Talia senyum dan tersipu malu, ini pertama kali ia pulang di antar seorang lelaki. Biasanya lelaki yang mengantar dan menjemputnya hanya papa seorang .

"Ayo, ayo masuk dulu" mama mempersilahkan tamu yang merupakan kekasih anak semata wayangnya untuk masuk. "Duduk dulu ya nak kaab, talia kamu minta bik sumi ambilkan minuman sama camilan ya?"

Seperti permintaan mama Talia beranjak ke dapur, tak lama ia kembali bersama bik sumi yang membawa nampan berisi minuman dingin dan makanan ringan.

"Kaab kalau boleh om tau, apa yang kamu suka dari talia?" bramanto memulai introgasinya, ia akan mengintrogasi kaab dan tetap selektif dengan teman lelaki anak gadisnya itu.

Kaab yang di tanya seperti itu reflek melihat ke arah talia yang kini duduk di sebelah kanannya. Sambil mengatakannya kaab memandang talia "Kalau di tanya seperti itu, jujur saya tidak tau alasan saya menyukai talia om. Yang pasti bagi saya talia wanita yang baik dan tulus, wanita yang dapat menjaga dirinya demi pendamping hidupnya kelak, wanita yang giat dan gigih meraih cita-citanya. Banyak yang saya kagumi dari sosok talia om, saya tidak bisa menyebutkan semuanya" sungguh kaab mengatakan itu dari lubuk hatinya yang terdalam. Selama berpacaran dengan talia, ia memang melihat perbedaan talia dengan wanita-wanita lainnya yang selama ini ia pacari. Mereka rata-rata hanya mengejar uang kaab, atau dengan mudahnya berakhir di ranjang menyerahkan diri mereka untuk memuaskan nafsunya. Talia berbeda, ia tidak matre dan talia selalu tau batasan pergaulannya, sehingga kaab menjaga dan menghargai itu.

Di puji seperti itu membuat pipi talia memanas, kaab memujinya di depan mama dan papa, rasanya ia ingin sekali memeluk kekasihnya itu.

"Tentu saja, saya sebagai papanya selalu dengan tegas mengatakan kepada talia bahwa kehormatan wanita ada pada harga dirinya. Jangan sampai seorang wanita kehilangan mahkotanya sampai ia menikah kelak"

"Ya saya yakin, talia menjadi wanita yang kuat dan hebat seperti ini karena om dan tante selalu ada di sampingnya dan mendukungnya" kaab mengatakan itu untuk memuji bramanto dan lusiana.

"Kamu ini, bisa aja kaab mengambil hati kami. Tak heran talia bisa jatuh hati denganmu" mama mengerti maksud perkataan kaab.

"Boleh saya tau siapa nama panjangmu?" tanya papa

"Kaab hamdan, om"

Hamdan? seperti tidak asing di telinga bramanto. Ia seperti pernah mendengar, tetapi lupa tepatnya siapa.

"Apa pekerjaan orang tuamu kaab?" bramanto masih mengintrogasi kaab, sepertinya banyak sekali yang akan ia tanyakan.

"Papa saya seorang pembisnis om, bila saya lulus nanti papa meminta saya melanjutkan bisnisnya. Karena papa sudah sakit-sakitan, sudah tidak mampu menjalankannya seorang diri"

"Ohh bagus itu, kamu harus belajar yang giat. Sehingga mampu menjadi pembisnis yang sukses. Papamu pasti bangga punya anak sepertimu"

Kaab tersenyum mendengar pujian itu.

Yahh.. papa pasti bangga bila ia bisa lulus dengan cepat dan membantu bisnisnya, tapi papa pasti kecewa bila ia tidak bisa menuruti kemauannya yang satu itu. Pikiran kaab jauh menerawang, ia teringat wajah marah papa bila ia tak bisa melaksanakan perintahnya, kaab tak sanggup melakukan itu, sungguh ia tak mampu.

"Saya harap kamu bisa menjaga talia kaab, saya setuju dengan hubunganmu dan talia. Asalkan kamu tidak macam-macam dan latar belakang keluargamu dari keluarga baik dan terpandang"

Bahagia sekali rasanya hati kaab mendengar itu, ia senang papa bramanto mengijinkannya bersama talia. Talia juga terlihat bahagia ia tak menyangka papanya akan merestui hubungannya. Kini ia bebas bila ingin jalan dengan kaab tak perlu main umpet-umpetan lagi.

"Terima kasih om, tante. Saya akan menjaga talia, dan berusaha tidak mengecewakan om dan tante."

"Iya sama-sama kaab, tante sama om tinggal dulu ya? kalian lanjutkan saja ngobrolnya"

"Iya tante, sekali lagi terima kasih" kata kaab

Papa dan mama meninggalkan mereka, mama sengaja memberi ruang kepada kaab dan talia untuk bersama, karena mama juga pernah muda, Pasti mengerti.

"Kaab aku senang sekali akhirnya hubungan kita bisa terbuka, aku gak perlu cari-cari alasan lagi bila ingin pergi sama kamu" talia yang dari tadi hanya diam mendengarkan sekarang akhirnya bersuara, ia sudah menahan untuk mengekspresikan rasa bahagianya itu di depan mama dan papa.

"Iya sayang, aku juga senang, tapi papa memang tegas banget ya? aku bener-bener di introgasi tadi, hehehehe"

"Yahh begitulah papa kaab, makanya aku selalu menghindar membawa teman lelaki. Baru kamu yang aku bawa ke rumah untuk di kenalkan ke mama dan papa"

"Ohh ya? seriusan? aku yang pertama?"

"Iya kaab, selama ini teman lelakiku ya hanya teman-teman kampus biasa. Mereka juga gak pernah ke rumahku. Sebisa mungkin kalau ada urusan atau tugas kampus ya ketemunya di tempat lain"

"Aku harap aku yang pertama dan terakhir untukmu ya lia" sungguh kaab mengatakannya dengan tulus, secercah harapan di hatinya muncul. Semoga ini awal yang baik untuk hubungannya dengan talia.

Talia tersenyum lembut, ia memang tidak salah menilai kaab. Ia pria yang baik, kini talia semakin yakin dengan kaab, yakin dengan hubungan mereka.

Tak lama dering ponsel kaab terdengar, terlihat di layar Papa memanggil

"Talia aku keluar sebentar ya, ada telpon" kaab beranjak dan melangkah keluar untuk mengangkat telpon dari papanya

"Hallo pa.."

"Kamu.. cepat pulang sekarang"

"Tapi pa, kaab sekarang sedang.."

"Tidak ada tapi tapian, papa bilang sekarang juga kamu pulang"

Telpon langsung terpurus begitu saja, dari nada bicara dan cara papa memutuskan telponnya, sepertinya ia sedang marah.

"Siapa kaab?" tanya talia saat kaab memasuki ruang tamu kembali.

"Papaku talia, sepertinya aku harus pulang sekarang"

"Ada apa kaab? apa papamu baik-baik saja?" talia terlihat kawatir melihat kaab tergesa-gesa ingin pulang.

"Papa baik lia, hanya saja ada urusan yang mesti aku sesesaikan, aku pamit ya. Bilangin sama papa dan mama kamu, aku terburu-buru"

"Ia kamu hati-hati kaab, gak usah ngebut"

Talia mengantarkan kaab sampai pintu depan. Setelahnya ia langsung menginjak gas, memacu kendaraannya secepat mungkin, tak ingin papanya menunggu lama dan akan membuatnya semakin marah.

Terpopuler

Comments

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

tinggalkan jejak lagi nih support selalu

2022-01-08

0

Alya lii

Alya lii

bahagianya thor akhirnya...

2021-12-27

1

Santai Dyah

Santai Dyah

kaab itu siapa ya thor

2021-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!