Rahasia Andin

Sepulang dari kampus talia langsung melajukan mobilnya ke apartemen andin. Sedari tadi ia sudah khawatir akan ke adaan sahabatnya itu. Saat di jalan menuju apartemen andin, talia mampir ke rumah makan padang karena perutnya sudah keroncongan lagi. Semangkok bakso yang ia makan bersama kaab di kantin tadi hanya cukup mengganjal perutnya. Memang talia kalo makan banyak, tapi herannya bodynya tetap oke gak kaya adonan kue donat, ngembang.

Tak lupa ia membelikannya untuk andin, karna nasi padang dengan lauk rendang adalah makanan ke sukaan andin.

Sekalian saja ia pergi ke Indo***ret yang letaknya di sebelah rumah makan padang untuk membelikan andin beberapa cemilan untuk stok di rumahnya.

Semua sudah terbeli, talia melanjutkan perjalannya ke apartemen andin.

Ting tong.. Ting Tong.. Ting Tong..

Talia memencet bel, tak ada jawaban.

Dia mencoba lagi tetap tak ada yang membukakan pintu..

Kerena khawatir talia langsung saja memasukan passcodenya, ia sering berkunjung ke apartemen itu, jadi andin memberikan passcode kepada sahabatnya.

Pintu apartemen terbuka, suasana sangat sepi. Seperti tidak ada penghuninya.

"Andin... Andin..."

Tetap tidak ada jawaban.

Talia menaruh barang belanjaannya di dapur.

Di dapur talia tidak menemukan sosok andin.

Mencoba mencari ke ruangan lain, tetap tidak menemukan sosok andin. Terakhir talia melangkahkan kakinya ke kamar andin.

Tidak ada andin di situ, yang terdengar hanya suara gemericik air di kamar mandi.

Mungkin andin sedang mandi pikirnya, Talia memutuskan untuk menunggu di kamar sahabatnya itu. Ia kemudian mendudukan dirinya di tepi ranjang.

Lama menunggu, sudah 20 menit andin tidak kunjung keluar. Talia berinisiatif mengetuk pintu kamar mandi. "Andin.. loe di dalam kan? Din.. ini gue talia. Loe mandi lama amat ya, ga mandi kembang 7 rupa kan loe?"

Tidak ada jawaban

Talia mencoba menarik gagang pintu, untung pada saat itu pintu tidak di kunci. Betapa terkejutnya ia mendapati andin yang pingsan di bawah guyuran shower.

Dengan cepat talia mematikan kran shower, dan mengangkat setengah tubuh andin. Menepuk-nepuk pipinya untuk menyadarkannya.

"Din.. din.. bangun din.."

Andin tak memberi respon, sekuat tenaga talia membopong andin menuju tempat tidurnya. Mengambil asal baju di lemari andin dan memakaikannya. Di selimutinya tubuh andin yang lemah tak berdaya itu.

Talia mencoba memegang kening andin. "Panas sekali, semoga loe gak papa din"

Talia yang panik dan di rundung kecemasan segera menghubungi dokter yang biasa di panggil ke rumahnya. Sambil menunggu kedatangan dokter talia mengambil air hangat di baskom untuk mengompres kening andin. Dengan telaten talia melakukan itu.

Tidak butuh waktu lama dokter datang. Dokter arkan dengan perwakan tinggi, kulit agak kecoklatan dan masih terlihat seperti berumur 30 tahunan. Talia langsung mempersilahkan dokter masuk untuk segera memeriksa ke adaan andin.

"Andin.." ujar dokter itu saat melihat seorang wanita terbaring di ranjang.

"Dokter kenal dengan andin?" tanya talia.

"Ya, kenal.. saya sangat mengenalnya" Sendu terlihat di mata dokter itu.

Dokter arkan memeriksa andin dengan hati-hati. "Dugaan sementara, dan di lihat dari kondisinya Andin menderita Sinkop vasovagal. Tapi kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut bila ia masih terus-terusan pingsan"

"Apa itu dok? apa berbahaya?"

"Kondisi gampang pingsan, pemicunya banyak. Apa andin akhir-akhir ini mengalami tekanan emosional?"

"Setau saya tidak, andin gak ada menceritakannya belakangan ini."

"Apa hubungannya dengan orang tuanya baik-baik saja?"

"Dokter tau?"

Dokter arkan hanya mengangguk

"Memang setau saya andin tidak akur dengan ke dua orang tuanya, sebab itu lah ia memilih tinggal sendiri. Tapi belakangan ini dia gak ada membahas dan menceritakan apa pun".

Huufh.. dokter arkan menghela nafas "Sinkop sebenarnya bukan termasuk ke dalam kondisi medis yang berbahaya. Namun, jika dibiarkan dan berlanjut, kondisi ini dikhawatirkan bisa menjadi gejala dari kondisi kesehatan yang lebih serius. Pingsannya di akibatkan detak jantung dan tekanan darah turun dengan drastis. Sehingga aliran darah ke otak berkurang. Kamu apanya andin?" Tanya dokter arkan.

"Saya sahabatnya dok"

"Talia saya minta tolong lebih di perhatikaan lagi kondisi andinnya, ajak ia bicara cerita tentang beban pikirannya"

Talia menyanggupi permintaan dokter arkan, memang sebagai sahabat itu kewajibannya. Talia jadi merasa bersalah terhadap andin belakangan ini sibuk dengan urusannya sendiri.

"Ini obatnya, tolong pastikan andin meminumnya. dan jangan sampai ia stres . Bila ada apa-apa cepat hubungi saya"

"Terima kasih dokter arkan, saya pasti akan lebih memperhatiakan andin lagi. Mari saya antar ke depan"

Dokter arkan beranjak, dalam hati kecilnya masih khawatir dengan kondisi gadis itu. Bagaimana pun Andin adalah cinta pertama arkan waktu andin masih duduk di bangku SMP di kota Y. Sebelum ia pindah ke kota XX mengikuti mamanya.

Talia kembali ke kamar andin, di lihatnya andin sedang duduk bersandar. "Andin loe sudah sadar? gue panik banget tau ga. Loe kenapa sih? bikin jantung gue mau copot aja"

"Copot tinggal pasang aja kali" jawab andin sekenanya.

"Enak aja loe, emang jantung mainan apa"

Andin hanya nyengir kuda" Ohh iya loe kenal sama arkan?" tanya Andin.

"Dokter yang tadi? itu dokter pribadi di rumah gue. Udah sering ke rumah ya kenal lah.. Ech emang loe tadi ngeliat? bukanya belom siuman?"

"Liat gue, dengar juga pembicaraan kalian. gue uda sadar dari dia meriksa gue. Cuma males buka mata aja"

"Jangan bilang loe naksir lagi sama tuh dokter cakep?"

"Dulu.. sudah lama sebelum gue pindah ke sini" jawab andin

"Ohh ya? Jadi dokter arkan orang dari masa lalu loe? kok loe gak pernah cerita din?"

"Loe ga pernah nanya lia, trus ngapain gue cerita. lagian gue pikir gak bakal ketemu dia lagi"

"Ya sudah sekarang loe makan ya, baru minum obat. Gue uda belikan nasi padang ke sukaan loe.

Loe utang dua cerita sama gue."

"Ech kapan ngutangnya? cerita apaan?"

"Ada masalah apa loe? kenapa bisa pingsan di kamar mandi? dan bagaimana hubungan loe sama dokter arkan dulu?"

"Itu mahh 3 bukan 2 lia. loe ga bisa ngitung?"

"Ya.. terserah loe lah, yang penting loe bahagia."

Talia beranjak mengambil nasi padang yang tadi ia beli dan sebotol air mineral. Menunggu andin makan dengan sabar layaknya emak-emak yang sedang merawat anaknya sedang sakit.

"Loe gok mokon lia?" andin berbicara dengan mulut masih penuh.

"Telan dulu itu nasi, baru ngomong." talia berkata sedikit sewot.

Yang di bilangin hanya nyengir-nyengir

"Gue uda makan tadi di warungnya, habisin ya.. gue mau ke toilet dulu"

"Pasti habis lah, kaya gak tau perut gue aja"

"Iya gentong, hahahaha" sambil beranjak ke kamar mandi talia mengatakannya.

Saat talia tak terlihat andin merenung, apa harus ia menceritakannya kepada talia. Ia tidak ingin membuat sahabat terbaiknya khawatir dan cemas memikirkan dirinya. Cukup ia saja lah yang menanggungnya, karena ini semua memang salahnya.

Terpopuler

Comments

Ama

Ama

hadir kk


#AmalliaPenaAutoon

2021-12-30

0

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

sukakk

#PenaAutoon

2021-12-29

0

Titislia

Titislia

semangat berkarya kak

2021-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!