Saat pria itu sudah tidak terlihat, barulah talia menyadari sesuatu. Ia menepok jidatnya sendiri karena menyadari kebodohanya itu.
"kenapa lagi lia?" tanya andin yang heran dengan sikap talia.
"Gue lupa nanya namanya dan minta kontaknya din, gimana kalau dia gak hubungi gue"
"Ya ampun gue kira apaan, tunggu aja semoga dia menghubungi loe. Keliatannya juga orangnya baik kok. Pasti dia hubungi loe deh"
"Yahh semoga aja din, soalnya itu buku penting banget. Mana edisi terbatas. Di toko yang paling besar di kota ini aja sisa satu itu. Kalau gue cari di toko lain pasti gak bakalan ada itu buku"
"Loe juga sih terlalu terpesona sama tampangnya yang ganteng itu makanya sampai gak kosen kan, jadi lupa deh minta kontaknya"
"Yee.. sembarangan loe. Gue uda punya kaab ya"
"Iya, iya, bucinnya kaab"
"Ya sudah deh ayo kita pulang. Udah sore, loe juga perlu istirahat din"
"Yukk cabut"
*****
Di Apartemen Andin
Talia baru saja pergi mengantarkan andin ke apartemennya, Saat akan masuk ke lift hand phone andin berbunyi. Terlihat di layar nomer telpon yang tak dikenal
"Ya hallo.. " kata andin
Tak ada respon dari seberang sana
"Hallo, siapa ya?" ulang andin
"Din, ini gue" sahut suara di seberang sana
Deg.. jantung andin berdetak, ia tau suara siapa ini.
"Loe di mana din?"
"Ini lagi di lift apartemen, Kenapa?"
"Gue ada di depan apartemen loe"
Deg deg deg..
lagi suara jantung andin makin berdetak tak karuan saat tau orang itu menunggunya di depan pintu apartemen
"Din.. loe dengar gue kan?" tanyanya saat tak ada respon dari andin.
"Yaa, tunggu sebentar. Gue ke sana"
Dan di sini lah dia sekarang berdiri tepat di pintu apartemennya, tak percaya siapa yang datang mengunjunginya.
"Din, bengong aja. Gue gak di suruh masuk?" tanya pria itu
"Ahh.. ehh.. iya.. sory, sory.." andin gelagapan, kemudian dengan segera memasukkan kode dan membuka pintu apartemennya.
"Masuk dulu, gue ambilin minum ya" andin berkata dan segera ke dapur
Tak lama ia terlihat dan membawa 2 gelas minuman dingin serta beberapa camilan
"Gimana kondisi loe? udah enakan?" tanya pria di hadapan andin yang tak lain adalah dokter arkan
"Iya uda mendingan, makasih ya. Berkat loe"
"Sudah sewajarnya, gak perlu berterima kasih din, itu tugas gue sebagai dokter"
"Itu apaan Kan?" andin bertanya saat melihat bungkusan yang di bawa arkan.
"Nahh sampai lupa gue, ini gue bawain makanan kesukaan loe" arkan menyerahkan bingkisan itu.
Andin menerimanya, dan membuka bingkisan itu yang ternyata adalah nasi padang.
Andin menatap arkan, kemudian tersenyum. Pria dihadapannya ini tak sedikit pun melupakan ke sukaannya.
"Di makan ya? loe pasti belum makan" kata arkan dengan senyumnya yang lembut.
"Loe tau aja Kan gue memang laper banget, tadi habis nemanin talia ke toko buku. Gak ada mampir makan"
Andin berdiri, berjalan ke dapur dan mengambil piring dan sendok.
"Loe harus lebih perhatian sama diri loe sendiri din, jangan sampai telat makan" arkan mengatakannya saat andin sudah kembali ke ruang tamu.
"Iya, tadi sampe lupa. Saking asiknya hehehe"
"Lho kok sendoknya 2?" tanya arkan saat melihat andin membawa 2 sendok, padahal nasi padangnya cuma 1 bungkus.
"Makan bareng ya? masa loe cuma liatin gue makan aja"
"Gak usah din, gue memang sengaja bawain buat loe. Gue uda makan tadi"
Andin memanyunkan bibirnya "Ya udah kalau gitu, gue juga gak mau makan" kenapa dia jadi manja gini, apa karena hormon ibu hamil?
Huffftt.. arkan mengalah "Iya iya gue ikut makan, tapi loe yang harus makan banyak"
Senyum sumringah langsung terlihat di bibir andin, ia membuka bungkusan nasi padang itu. Mengambil sendokan pertama, dan di arahkannya kehadapan arkan
"Aaaaakkk" katanya
Arkan yang melihat itu langsung saja membuka mulutnya lebar-lebar dan menerima suapan dari andin.
"Suapin aku juga ya Kan?" kata andin kemudian.
Arkan melakukan hal yang sama, mengambil nasi padang ke sendok dan menyuapkannya ke andin.
"Uda lama makan gak di suapin loe Kan" kata andin, pipinya langsung memerah. Bisa-bisanya ia mengatakan itu, dan bisa-bisanya ia minta arkan menyuapinya.
Aaacchhhkkk kenapa tingkahnya jadi seperti ini, tak seperti biasanya dia bersikap manja, seperti bukan dirinya.
Mereka saling suap-suapan hingga nasi padang itu habis. Moment yang sangat andin rindukan. Dahulu mereka sering melakukan ini.
Saat selesai makan mereka melanjutkan ngobrol renyah, seputar apa saja yang mereka lakukan selama tidak bertemu, serta menceritakan kesibukan masing-masing.
Andin tiba-tiba menutup hidung dan mulutnya, dia merasa mual.
Kenapa begini, kenapa mesti saat bersama arkan?
"Kenapa din?" arkan kemudian merasa tak enak dan mencium aroma bajunya "gue bau ya?"
Andin hanya menggeleng, kemudian lari ke belakang
Huuueekkk huuueekkk
Keluar sudah isi perut andin, nasi padang yang baru ia makan semuanya ia muntahkan. Entah apa penyebabnya yang membuat ia mual. Apa ini yang dikatakan dokter itu, karna pengaruh hormon ibu hamil.
Arkan mengira andin mual karena bau tubuhnya yang tak enak. Melepaskan jasnya, kemudian menciumnya, tidak ada yang salah "gak bau, masih wangi parfum"
Meletakkan jasnya di sofa ruang tamu, kemudian berjalan mencari andin. Ia sungguh tak tega melihat keadaan wanita itu, baru saja makan, belum ada 5 menit makanan itu keluar lagi.
Andin baru saja keluar dari kamar mandi kemudian mendudukan dirinya di tepi ranjang.
Arkan yang melihat itu, ikut duduk di sisi andin.
"Loe masih sakit din? kita ke rumah sakit ya?"
Andin hanya terdiam, ia bingung hendak berkata apa pada arkan.
Tangan arkan terjulur memeriksa dahi andin "Gak panas kok" katanya
"Gue gak sakit Kan" jelas andin
"Jelas-jelas loe muntah tadi din, ayo gue antar ke rumah sakit ya?" arkan terlihat khawatir.
"Gak Kan, gue.. bilang gue ga sakit. Gue mau istirahat aja, kita ngobrol lagi lain kali ya?"
"Gak din, gue gak akan ninggalin loe sendirian dengan keadaan sakit gini. Kalau loe gak mau ke rumah sakit, biar gue yang meriksa loe"
Gue bilang gue gak papa Kan, cuma butuh istirahat. Loe pulang aja"
"Kalau gitu gue tunggu di sini, loe baring aja. Istirahat ya?"
"Kan.. please! gue mau sendiri"
"Din loe pikir gue gak kepikiran kalau ninggalin loe sendiri di sini? yang ada gue gak bisa tidur nanti"
Meyerah sudah andin bersebat dengan arkan. Ia akan mengatakan yang sebenarnya terjadi agar lelaki ini bisa pergi meninggalkanya.
"Gue hamil Kan" akhirnya kalimat itu terlontar dari mulut andin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Alya lii
boleh dikenalin sama Arkan ga thor🤭
salam WHAT I THINK ❤
2021-12-27
2
Santai Dyah
wah dokter arkan yang bntu
2021-11-27
1
Santycan
mau donk 1 kya dr arkan 😍
2021-09-29
11