Jujur

"Gue hamil Kan" akhirnya kalimat itu terlontar dari mulut andin.

Arkan terdiam mencoba mencerna perkataan andin.

Andin sudah menyiapkan mental akan reaksi arkan. Pasti ia akan kecewa dan pergi meninggalkannya. Andin tau dari cara arkan menatapnya masih ada rasa cinta untuknya di hati arkan, tapi setelah arkan tau ia hamil entahlah apakah arkan masih mencintainya.

"Sudah berapa lama?" tanya arkan

Andin mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk. Ia tidak mengira reaksi arkan seperti ini. Di hayalannya arkan akan marah-marah dan pergi.

" 5 minggu, Waktu gue pingsan di kamar mandi itu gue baru tau"

Tanpa di duga arkan memeluk andin, memeluknya dengan erat seakan tak ingin melepaskannya.

Melepaskan rindu yang selama bertahun-tahun lamanya ia pendam.

Tumpah sudah air mata andin, ia tak dapat menahannya.

Ia menangis sesungukan di pelukan arkan.

Arkan hanya bisa memeluknya, dan mengelus punggung andin dengan sayang.

"Saat loe pindah tanpa kabar, gue nyariin loe kemana-mana din, loe tau selama ini gue nungguin loe kembali. Loe pergi begitu aja tanpa kabar, asal loe tau selama ini gue tersiksa nungguin loe din"

Mendengar itu andin malah menangis sejadi-jadinya. Ia kembali mengingat kejadian dulu, saat di mana ia dipaksa pindah oleh mamanya, tanpa sempat memberi kabar ke arkan yang saat itu menjadi kekasihnya.

"Maaf.. maafin gue Kan, maaf" kata andin yang masih dengan tangisannya.

Arkan masih tetap memeluk andin, membenamkan kepalanya di tengkuk leher andin. Akhirnya ia menemukan wanita yang di carinya selama ini, tapi keadaannya sudah tak memihaknya. Wanita ini sudah hamil dengan pria lain. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Setelah beberapa saat, andin terlihat agak tenang, arkan melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa cairan bening di sudut mata andin. Ia cukup tau, bahwa wanita di hadapannya ini sangat menderita.

"Maaf arkan, mungkin terlambat untuk memberi alasan kenapa gue gak kasih loe kabar. Waktu itu mama buang hp gue ke laut saat kami menyebrangi lautan dengan kapal. Mama nyuruh gue membuang semua kenangan di kota Y. Itu sebabnya gue gak bisa ngabarin loe. Semua kontak teman-teman di kota Y lenyap bersama hp gue yang terjun ke laut"

Arkan mendengarkan, dan memegang kedua tangan andin lembut.

Andin sedikit tersentak, ia tak mengira arkan akan melakukan itu. Tangan pria ini sangat besar, tangan yang dari dulu selalu melindunginya.

"Gak perlu alasan din, masih bisa ngeliat loe aja gue sudah senang" senyum tulus terpancar di wajahnya.

Andin ikut tersenyum, ada yang menjalar hangat di hatinya.

"Siapa yang nglakuin ini ke loe?" tanya arkan

Andin menundukkan kepalanya lagi, seolah ia malu menceritakannya kepada arkan.

"Gak papa din, cerita aja sama gue" arkan meyakinkan

"Mantan pacar gue, bima"

"Terus? dia uda tau?"

Andin mengangguk, tak ada kalimat yang keluar dari bibirnya. Sungguh ia enggan membahas masalah ini dengan arkan.

"Apa dia mau tanggung jawab?"

Kali ini andin menggeleng, ingin rasanya ia berkata stop kepada arkan. Tidak usah membahasnya lagi, karena ia sangat malu, malu karena terkesan murahan di depan arkan.

Kali ini genggaman tangan arkan semakin erat, seakan menyalurkan kekuatannya kepada andin.

Memberikan rasa hangat dan tenang, jujur andin luluh di perlakukan lembut seperti ini.Tapi ia merasa tak pantas menerima perlakuan ini dari arkan. Arkan lelaki baik, sangat baik. Ia yang hina dan murahan ini tak pantas rasanya menerima semua perhatian arkan.

Tangan arkan terjulur memegang pipi andin dan sedikit mengangkat kepala andin agar melihatnya.

Arkan berkata dengan lembut "Din, kalau loe gak keberatan, gue mau jadi ayah dari anak ini"

Sontak andin membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang telah ia dengar.

Hatinya bergetar hebat, tak di sangka arkan akan mengatakan hal itu. Terbuat dari apa hati pria ini? Bagaimana mungkin mau dengan dirinya yang hina, andin merasa tak pantas mendapatkan itu. Arkan yang orang terpandang, apa kata orang nanti? Andin tak mau kalau sampai arkan di cemooh masyarakat karena menikahi wanita hamil di luar nikah.

"Gak arkan, loe pantas mendapatkan wanita yang lebih baik" andin kembali menunduk, air matanya kembali menetes.

"Bagi gue loe yang terbaik din, loe tau? selama ini selama bertahun-tahun gue nungguin loe din. Gue masih beeharap melihat loe kembali. Berharap bisa merajut kasih lagi dengan loe"

"Gak dengan ke adaan gue yang sekarang Kan, loe liat.. gue bukan andin yang dulu lagi. Gue uda hamil, gue gak mau loe ikut menanggung kesalahan gue"

"Kasih gue kesempatan din? gue sayang sama loe, dulu dan sekarang"

"Gak.. gue gak mau. Gue tau loe kasihan aja sama gue Kan. Gue bisa kok besarin anak ini sendirian. Gue gak pantas"

Arkan menempelkan jari telunjuknya di bibir ranum andin "Hhhsstttt jangan ngomong gitu din, gue beneran masih sayang sama loe, gue yakin loe bisa rasakan itu. Dan anak ini juga butuh sosok seorang ayah, akan sangat berat membesarkannya sendiri"

"Tapi Kan.. loe cowok baik dan sukses, loe pantas mendapat yang baik juga. Gak dengan gue, gue uda bekas orang Kan, gue.. gue.."

Arkan mendekatkan wajah mereka, lalu ia memiringkan kepalanya dan membiarkan bibir mereka menyatu. Arkan tak ingin mendengar penolakan andin yang hanya merendahkan dirinya sendiri.

Andin hanyut akan suasana, kemudian memejamkan matanya. Kedua tangannya yang berada di atas pahanya saling meremat satu sama lain, apalagi begitu arkan menggerakkan bibirnya, memangut lembut dan memberi hisapan-hisapan pelan.

Arkan memberikan selipan lidah agar andin membuka mulutnya, seolah mengerti andin mengikuti permainan arkan. Membuat lidah arkan menyerobot masuk dan membelit miliknya di sana.

Tanpa sadar andin mengangkat tangannya, menuju tengkuk leher arkan. Andin membalas semua yang arkan lakukan. Sudah lama sekali ia tidak merasakan kehangatan pria itu.

Cukup lama mereka saling memungut samapai akhirnya arkan melepaskan pungutannya, ia tak mau sampai lepas kendali. Andin menatap arkan masih dengan mata sendunya, seolah kehilangan.

"Kasih aku kesempatan ya din?" arkan berkata lembut, ia sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Andin yang sudah terbuai oleh permainan arkan tadi akhirnya menganggukkan kepalanya.

Arkan tersenyum, wanita ini adalah cinta pertamanya. Cintanya sejak dulu, hingga sekarang.

Cintanya tak pernah pudar, walau sudah beberapa tahun lamanya. Hanya andin yang ada di hati arkan, tak pernah ada wanita lain yang menggantikan tempat andin di hatinya.

Ia berjanji dan bertekat pada dirinya sendiri, akan membahagiakan wanita ini. Cukup sudah andin menderita dalam hidupnya.

Terpopuler

Comments

Alya lii

Alya lii

thor.. Arkan boleh digadaiin buat a ga😅

#penaautoon

2021-12-27

2

Santai Dyah

Santai Dyah

andin hamil sama siapa ya thor

2021-11-27

1

Nadia Permata

Nadia Permata

mau arkan nya dong...

2021-11-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!