"Lia, loe kemana aja sih? uda jam segini belum balik-balik? mama loe nelponin gue nyariin loe" kata Andin yang terdengan sedikit panik di seberang sana.
Gawat, Talia sampai lupa. Di lihatnya jam omega pemberian Andin di pergelangan tangannya. Ternyata sudah pukul 22.30 wita. Pantas saja mama mencarinya.
"Terus loe bilang apa ke mama Din?" tanya gadis itu tidak kalah paniknya.
"Gue bilang tadi habis jalan bareng sama gue, loe kecapean terus lagi tiduran di kamar gue, karena kata mama Lusi dari tadi nelponin loe gak nyambung-nyambung. Ini aja gue berapa kali nelpon loe baru bisa nyambung. Pesan mama loe, kalau loe dah bangun di suruh cepat pulang, karena mama dirumah sendirian. Papa loe harus nginap di luar kota karena urusan pekerjaan, bik Sumi ijin ke rumah anaknya, anaknya lagi sakit katanya"
"Hand phone gue aktif terus kok dari tadi Din, gak ada telfon masuk. Oke kalau gitu gue langsung balik, dan gue nanti gak mampir lagi ke apartemen loe din, takut malaman. Thanks ya Din"
"Yaa, sama-sama"
Telefon di tutup. Kaab yang sedari tadi memperhatikan sedikit tau situasinya. "Sepertinya karena di sini jauh dari tower pemancar jadi sinyalnya agak susah. Aku masih belum puas di sini Talia. Rasanya baru saja kita berada di sini, jarang sekali ada moment kita bisa seperti ini"
"Aku mohon mengerti lah Kaab, aku tidak mau membuat mama khawatir."
"Jadi mau langsung balik nih?" nada bicara Kaab sedikit berubah.
Talia mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata " maaf Kaab aku tidak bisa lama-lama. Mama......"
Belum sempat Talia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba dengan kasar Kaab menarik tangan Talia. Menyatukan bibirnya di bibir Talia. Menggigitnya, ********** kasar, tanpa memperdulikan Talia kesakitan. Tidak memberi ruang sedikitpun untuk gadis itu. Talia yang kehabisan nafas, memukul-mukul dada bidang Kaab. Kaab masih juga tidak mempedulikannya. Dengan sekuat tenaga Talia mendorong Kaab.
Hosh.. Hosh.. Hosh..
Talia menghirup udara banyak-banyak. Dia betul-betul kehabisan oksigen. Kenapa Kaab jadi kasar begini?
"Kaab kamu apa-apaan?" Talia mengatakannya masih dengan deru nafas yang memburu.
Dengan nada membentak Kaab berkata "Aku sudah cukup sabar denganmu Talia, selama ini kita berhubungan satu tahun tanpa perkembangan yang pasti. Mau jalan denganmu saja susah. Setiap aku tanyakan kapan kamu akan mengperkenalkanku kepada orang tuamu. Kamu selalu menghindar. Aku sudah menyiapkan ini semua buat kamu. Tapi kamu terkesan tidak menghargai. Hanya sebentar disini sudah mau pergi begitu saja."
Talia tersentak, tidak pernah ia di bentak seperti ini oleh Kaab sebelumnya.
"Maaf Kaab, maafkan aku. Bukannya aku tidak mau membawamu kerumahku dan memperkenalkanmu kepada mama dan papa. Tapi... tapi aku belum siap. Kita belum mengenal lebih dekat lagi. Aku butuh waktu Kaab."
"Kamu anggap apa aku ini Talia? Aku serius sama kamu. Tapi dengan gampangnya kamu bilang bahwa kamu belum siap?"
Cairan bening mulai menumpuk di mata indah Talia. Dia sudah tidak tahan. Kenapa Kaab terkesan buru-buru? Bukan itu maksudnya, Talia bukan tidak serius. Hanya saja ia belum yakin bahwa Kaab orang yang tepat. Tidak banyak yang Talia tau tentang Kaab. Kebersamaan mereka selama ini dirasa masih kurang untuk mengenal satu sama lain. Talia hanya butuh waktu. Kenapa kaab tidak mengerti itu? dan tidak memperdulikan perasaannya sama sekali?. Cairan bening itu mulai menetes di pipi Talia. Dia tidak habis pikir, yang tadinya dia bahagia bersama Kaab berakhir pertengkaran seperti ini.
Melihat itu Kaab memelankan suaranya, mungkin memang ia sudah keterlaluan. "Waktuku tidak banyak Talia, papa memintaku menikah begitu aku lulus kuliah. Dan itu sebentar lagi. Aku harap kamu mengerti"
Talia tertunduk, memikirkan sejenak kata-kata yang tepat. Entah mengapa sikap Kaab berubah. Seperti bukan Kaab yang dia kenal. Kaab yang dia tau selalu ramah dan sabar. Baru kali ini ia melihat sisi lain dari Kaab.
Masih dengan tangisanya Talia menjawab "Maaf kaab, maaf.. hiks.. hiks.. Akan ku pikirkan kembali. Sekarang bisa tolong antarkan aku pulang?"
"Oke fine, kita pulang sekarang" terlihat sekali di raut wajahnya bahwa Kaab kecewa.
Makan malam romantis kali ini berakhir tidak sesuai rencana. Tanpa basa basi Kaab melajukan mobilnya dengan perasaan kesal. Di perjalanan pulang hanya hening yang ada di antara mereka.
...************...
Tiba di parkiran apartemen Andin, Talia merapikan dirinya, menghapus sisa-sisa air matanya. Ia tidak mau saat tiba di rumah mama tau bahwa ia habis menangis.
Talia melepaskan sabuk pengaman, dan berkata "Terima kasih Kaab untuk hari ini, dan maaf"
Tidak ada jawaban dari Kaab, tatapannya hanya lurus ke depan tanpa memperdulikan Talia. Sepertinya ia masih sangat kesal, Talia juga tidak berani untuk berkata-kata lagi dan langsung turun dari mobil. Begitu ia turun dan menutup pintu, Kaab langsung melajukan mobilnya.
Tidak lama Talia sudah sampai di rumahnya, karena jarak rumah Talia dan apartemen Andin hanya sekitar 15 menit.
Suasana rumah sangat sepi, mungkin mama sudah tidur. Talia berjalan mengecek kamar mama.
Ternyata lampu kamar masih menyala, menandakan mama masih belum tidur dan menunggunya pulang.
Tok Tok Tok
Talia mengetuk pintu kamar mama.
"Masuk saja sayang, tidak dikunci" terdengar suara mama dari balik pintu.
Talia membuka pintunya. Terlihat mama yang sedang menonton televisi di sofa. "Mah.. maafin aku pulang ke malaman" dengan wajah yg bersalah kepada mama karena sudah berbohong dan membuat mama menunggunya.
"Tidak apa-apa, yang penting anak mama pulang dengan selamat" jawab mama sambil tersenyum.
"Ohh iya anaknya bik Sumi yang mana yang sakit mah?" tanya Talia penasaran.
"Anak sulungnya, Sasa. Yang seumuran denganmu sayang, katanya sedang demam tinggi".
"Bukannya Sasa itu tidak tinggal bersama bik Sumi mah?"
"Iya Sasa ngekos di dekat tempat kerjanya. Tetapi karena khawatir untuk sementara bik Sumi menemani di kosnya. Sekarang kamu cepet bersihkan diri lalu tidur gih. Mama juga sudah mengantuk karena menunggu kamu pulang"
"Harusnya mama tidur saja duluan, tidak usah menunggu Talia pulang".
"Mana bisa mama begitu Talia, hati mama belum tenang kalau anak mama belum pulang".
"Sekali lagi maafin Talia maa"
" Iya sayang, asal jangan di ulang lagi ya? jangan bikin mama khawatir. Apa lagi tadi mama telponin kamu gak nyambung-nyambung".
"Iya mahh, Talia janji gak gitu lagi. Ya sudah aku ke kamar dulu mah. Mama istirahat ya?" seraya mencium pipi mama dan beranjak dari situ.
"Iya sayang" mengusap rambut Talia lembut.
Talia langsung kekamar, dan melakukan rutinitasnya sebelum tidur. Membersihkan diri, tidak lupa memakai cream malamnya.
Sebelum tidur Talia merenungkan apa yang dilakukannya seharian ini. Dia sangat menyesali telah membohongi mama. Bingung akan perubahan sikap Kaab yang aneh, dan berpikir waktu yang tepat untuk memperkenalkan kekasihnya itu kepada orang tuanya. Memikirkannya membuat mata Talia mengantuk. Tidak lama Talia tidur terlelap masuk ke alam mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ama
hadir kk
#AmalliaPenaAutoon
2021-12-30
0
~🌹eveliniq🌹~
nyicil lagi KK
#PenaAutoon
2021-12-29
0
Titislia
ceritanya bagus kak
2021-12-29
1