"Sayang kapan kamu kenalin aku ke mama dan papa kamu?"
Pertanyaan itu membuat Talia gugup, dia selalu mengelak dan beralasan setiap Kaab menanyakan hal yang sama. Bukannya Talia tidak mau mengenalkan Kaab, tapi ia tau betul karakter papa. Papa tipe orang yang selektif, tidak sembarang teman lelaki boleh Talia bawa ke rumah. Terlebih lagi ini kekasihnya. Talia merasa belum siap. Papa dan mama berpesan agar Talia selalu menjaga diri, menjaga pergaulan, hingga saatnya nanti ia akan memperkenalkan calon suaminya kepada mereka, orang yang benar-benar Talia yakini akan menjadi pelabuhan hatinya selamanya.
"Eemm.. ah.. gini Kaab.. aku.. " Talia terbata-bata saking gugupnya.
"Haiii, pagi Lia.." sapa Andin yang tiba-tiba datang dan merangkul bahu Talia. "Aahh, ada Kaab juga, pagi Kaab. Kalian ini masih pagi uda berduaaan aja, hayooo ngapain?" tanya Andin jail.
Andin adalah sahabat Talia dari mereka berada di jenjang Sekolah Menengah Atas, sampai akhirnya mereka mengambil jurusan yang sama yaitu Ekonomi. Alasan Talia dan Andin sama, mengambil jurusan itu karena bagi mereka Ekonomi adalah jendela dunia.
Ekonomi adalah jantung dari banyak masalah sosial yang dihadapi dunia, termasuk pengangguran, inflasi, kemiskinan, polusi, perawatan kesehatan, hak asasi manusia, juga ketidaksetaraan gender dan ras. Mereka berdua solidaritasnya tinggi, sehingga ingin membuat perekonomian indonesia membaik.
Berbeda dengan Kaab yang mengambil jurusan Teknik sipil.
"Apaan sih Din, kami cuma lg ngobrol doang kok" jawab Talia. Kaab hanya membalasnya dengan senyuman.
"Lia ayo kita ke kelas, gue belum selesaikan tugas dari Pak Syukur. Sekalian liat punya loe ya, hehehe" kata Andin sambil ngengir.
"Huuu dasar loe Din, kemana aja kok tugas dari minggu lalu belum selesai, dasar males" Talia pura-pura kesal, padahal ia tau betul begitulah kebiasaan sahabatnya ini.
"Bukan gitu Lia, gue kemaren-kemaren lagi sibuk sama gebetan baru gue. Sibuk kencan maksudnya"
"Loe beneran jadian sama Alex Din? bukannya loe baru PDKTan 1 minggu?" heran Talia sama sahabatnya satu ini.
"Yaaa gitu deh, loe kaya ga tau gue aja Lia" jawab Andin sekenanya.
Kehidupan Andin memang berbeda sekali dengan Talia. kehidupannya bebas, tanpa ada larangan. Andin dari keluarga broken home, dia memilih hidup sendiri dari pada ikut mama atau pun papanya.
Tidak ada yang Andin pilih. Papa yang meninggalkan mereka terlebih dulu karena perselingkuhan, tergoda oleh ja**ng sialan. Atau mama yang kini sudah menikah lagi dengan lelaki pilihanya, untuk melupakan sakit hatinya kepada papanya.
"Ya sudah Kaab aku tinggal dulu ya, kita sambung lagi nanti"
"Oke sayang, nanti malam kita jalan ya? aku mau ngajak kamu ke suatu tempat" jawab Kaab sambil tetap memberikan senyuman hangatnya kepada Talia.
"Iya sayang nanti aku kabari, bye.." Talia melambaikan tangannya. Kaab tersenyum, mereka pergi meninggalkan Kaab yang masih setia di tempatnya.
Untung aja Andin datang tepat waktu, batin Talia. Sesampainya di ruang kelas, Andin langsung menyalin tugas-tugasnya yang belum ia selesaikan.
"Ohh iya Lia, gue lupa ngucapin.. selamat ulang tahun ya Lia sayang, sahabat terbaik gue doa yang terbaik buat loe" sembari memberikan pelukan hangat kepada sahabatnya. "Nanti pulang ngampus kita ke mall, kadonya loe pilih sendiri deh, gue yang bayarin, hihihi.."
"Makasih sahabat gue yang bawel, beneran ya ntar gue pilih yang mahal-mahal"
"Eeiittt.. cuma boleh satu pilihan lho ya, gak lebih dari satu, bisa jebol dompet gue nanti". Hahahahaha.. mereka tertawa bersama.
Tidak berselang lama kelas mulai ramai, pelajaran pun dimulai. Saat waktu menununjukkan pukul 12.00 Wita, tanda jam kuliah sudah selesai.
"Aahh, akhirnya selesai juga. Dua mata kuliah tanpa jeda, pusing kepala gue. Mana dari tadi perut meronta-ronta minta di isi, Lia kekantin yukk? gue laper banget nih" kata Andin yang sedari tadi menahan lapar, perutnya sudah berbunyi minta di isi.
"Yukk gue juga lapar".
Sesampainya dikantin mereka langsung memesan menu terenak disini, soto ayam mbah min. Suasana kantin ramai sekali, karena memang saat ini adalah jam makan siang.
Pesanan mereka datang, tanpa basa basi Andin melahapnya dengan cepat. "uhukk.. uhukk.."
"Pelan2 din, gue gak bakalan minta makanan loe kok" kata Talia yang melihat sahabatnya itu melahap makanan yang ada du hadapannya seperti orang yang gak dikasih makan seminggu.
"Gue laper banget Lia, tadi pagi belum sempat sarapan"
Talia hanya geleng-geleng melihat sahabatnya itu, juga merasa kasian karena Andin harus tinggal seorang diri di apartementnya. Sedangkan Talia masih bisa merasakan hangatnya kasih sayang papa dan mamanya. Pagi hari sarapan selalu tersedia di meja makan, Talia tinggal menyantapnya saja.
Selesai menyantap makanannya mereka menuju parkiran, karena Andin sudah berjanji akan memberikan hadiah pilihan talia sendiri.
"Widihh.. mobil baru loe Lia" Andin berseru melihat Talia menuju mobil putih sporty miliknya.
"Iya hadiah dari mama dan papa"
"Jadi loe bukan anak manja lagi kan ya? yang mesti diantarin papa kemana-mana, hahaha"
"Resek loe Din, papa besikap begitu karna sayang sama gue"
"Iya sih gak kayak mama dan papa gue, aachh.. jadi melaow kan, udah aaahh, ayo cabut, kita pakai mobil masing-masing aja ya? biar pulangnya bisa langsung"
"Oke siap" jawab Talia.
Sesampainya di tempat tujuan, Mall termegah di kota XX. Talia dan Andin jalan-jalan mengitari mall ini, mau cuci mata dulu kata Andin.
"Loe mau gue beliin apa Lia?"
"Eehhhmmm apa ya?" Talia terlihat berfikir sejenak.
"Buruan, pake acara bingung segala"
"Iya.. iya.. bawel. Beliin gue jam tangan aja deh Din"
"Oke cuss ke toko jam"
Di toko jam tangan Talia terlihat asik memilih-milih. Sampai akhirnya pilihanya jatuh ke jam bermerek Omega. Sebuah jam tangan mewah keluaran Swiss. Dengan desain bagian deal-nya dihiasin oleh berlian, dan tentunya dilengkapi dengan strap berwarna rose gols yang cantik. Pilihan gadis ini memang selalu modis.
"Din, yang ini bagus. Mba bisa liat yang ini" kata Talia sambil menunjuk jam bermerek omaga itu. Penjual langsung mengeluarkan jam yang Talia minta.
"Iya bagus, harganya juga bagus." respon Andin melihat jam pilihan sahabatnya itu.
"Jadi gimana, setuju gak?"
"Iya deh, apa sih yang gak buat loe Lia, biar kata gue harus lebih hemat bulan ini. Buat loe gue kasih deh"
"Hehehe.. makasih ya Din"
Talia terlihat bahagia sekali, mendapat jam tangan yang sangat elegant itu dari sahabat baiknya. Meskipun Andin terlihat tidak diurus oleh kedua orang tuanya. Kebutuhan finansialnya justru sangat berlebih. Dia mendapat uang saku doble tiap bulannya. Di kirimi oleh papa, juga di kirim oleh mamanya. Jadi uang saku bulanan Andin lebih banyak dibandingkan Talia.
Hanya jam tangan seperti itu kecil baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Gopecel
Andin loyal sekali.
2022-06-12
0
Ama
semangat kk🤗🤗
2021-12-30
0
~🌹eveliniq🌹~
nyicil baca ya kk
#PenaAutoon
2021-12-29
0