Jelaskan ini Za

"Za!, jelaskan ini!." di tatapnnya Za, dengan penuh emosi.

Bahkan bi Ana juga menatap ku dan dokter Idris dengan tatapan yang tak ku pahami.

Za dan Idris saling pandang, takut sang bibi semakin meradang, segera Za mengajaknya masuk.

"Bi, kita bicara ini nanti, sekarang yang terpenting nenek, Bi, nenek harus segera di makamkan" ucap Za, menenangkan bibinya.

Ahirnnya Bi Arum pun mengikuti Za, walau ia masih terlihat kesal pada Za, namun karena suasana yang seperti ini ia tidak bisa langsung menghujani Za dengan pertanyaan.

selesai menghantarkan Nene ke pembaringan terahirnnya, Bi Arum segera menarik Za masuk.

Kini Mera berada di ruang tamu, Idris dan Za, duduk bersebelahan, sementara Bi Arum dan Bi Ana beserta suami mereka duduk di depan Za dan Idris. Tak ada Sofi ataupun Elba anak BI Ana dan Bi Arum, mereka tipikal anak-anak yang cuek, dan jarang berbaur dengan keluarga.

Di dalam rumah itu Za dan Idris di hujani pertanyaan oleh keluarga Za.

"Kapan kalian menikah?" Bi Arum memulai percakapan.

"Semalam, Bi" ucapku dengan tertunduk, tak berani ku menatap wajah Bi Arum, takut ia akan semakin murka.

"Kenapa kamu gak kasih tau Bibi?, hah!, kamu anggap apa kami. Orang asing!" BI Arum mulai berapi-api.

ku angkat kepala, menatap BI Arum di depan sanah."Bukan begitu, Bi!. Nenek, melarang ku memberitahukan nya pada Bi Arum dan Bi Ana. Dan, karena Nenek yang akan memberitahukannya pada bibi. Tapi, Nenek malah ...."

Karena sesak di dada ketika mengingat kejadian semalam membuatku tak mampu melanjutkan perkataanku. Dokter Idris menatapku dari samping dan di genggamannya tangan ini olehnnya. Menguatkan.

Bi Arum menyenderkan tubuhnya di kursi, nampak ia sedang berfikir.

'gagal dong mendapatkan suntikan modal dari keluarga surya.' batin Bi Arum.

"terus rencana kita gimana kak!" bisik Bi Ana pada Bi Arum.

"Tau, Na, gue juga pusing." bisiknnya juga.

"Coba Kaka tanya-tanya, siapa tau suami Za orang kaya"

kini mereka saling berbisik, entah apa yang mereka bicarakan.

Bi Arum kembali duduk dengan tegak, matannya kini tertuju pada dokter Idris.

"Ekhm, nama kamu siapa?" BI Arum bertannya pada dokter Idris.

Aku lupa, belum sempat memperkenalkan mereka.

"Saya Idris, Bi." ucap dokter Idris tenang.

"Kamu ... apa pekerjaanmu?" dengan suara yang mulai melembut.

Di luar dugaan ku, Bi Arum menanyakan pekerjaan dokter Idris. Aku pikir Bi Arum akan bertannya tentang keluarganya, ternyata ... Ah, Atau jangan-jangan BI Arum mau ... oh, tidak, dokter Idris tidak boleh terlibat urusan keluargaku.

Masalah nya, kemarin sebelum nenek pergi untuk selamanya, nenek bercerita jika perusahaan sedang ada masalah, bahkan Bi Ana pernah meminta nenek untuk menjual rumah ini agar bisa memulihkan perusahaan.

Tentu saja nenek menolak, namun sepertinya mereka tidak tinggal diam, dan ahirnnya berniat menjodohkanku dengan Surya. seorang pemuda yang konon sering tak senonoh terhadap perempuan. Dan ayah nya salah seorang pengusaha sukses di kota ini.

Dan nenek bilang Bi Arum dan Bi Ana, meminta bantuan ayah nya Surya, dengan aku sebagai imbalan atas bantuannya. Entah Nene tau dari mana. Tapi, pernah ku melihat seorang Peria mengenakan setelan jas rapih, keluar dari kamar nenek.

Jika Bi Arum dan Bi Ana tahu kalau dokter Idris adalah seorang dokter, bukan tidak mungkin mereka akan memanfaatkan dokter Idris.

"Suami saya hanya seorang pekerja biasa Bi." segera ku jawab pertanyaan Bi Arum.

nampaknnya dokter Idris menengok ke arahku dengan mengernyitkan alis. Biarlah ia bingung, nanti kan ku jelaskan alasannya.

"Kami tak sengaja bertemu di rumah sakit, karena ... mas Idris pernah menolong ku dan nenek" sambungku. sedikit canggung memanggilnya. Mas.

"Gak guna. Ayo pulang!" seketika BI Arum berdiri dan mengajak suaminnya pulang, di susul dengan Bi Ana dan suaminnya.

Hingga hanya tersisa kami berdua di sini.

"Huh, " aku menghela nafas. Dan ku lirik dokter Idris yang sepertinya masih kebingungan.

"Maaf, yah, dok!. Aku gak bisa kasih tahu keluargaku siapa dokter yang sebenarnya. Aku ... Hanya takut, jika nanti dokter akan di manfaatkan keluargaku. Dan ... Maaf, juga atas sikap bibi-bibiku yang kurang baik, dok!."

Ia tersenyum, "Tidak apa, yasudah, sekarang kamu istirahat dulu, kamu pasti capekan?"

Aku mengangguk, bak anak kecil yang patuh pada orang tuannya.

hendak melangkahkan kaki ini, aku berfikir jika dokter Idris pun juga butuh istirah, pasti ia juga leleh. Setelah berfikir sejenak ahirnnya ku tawarka dokter Idris untuk beristirahat di kamarku.

"Dok!, dokter istirahat sajadi kamarku, itu yang di depan, kamar ku" ku arahkan mataku pada sebuah kamar yang berada di depan. dokter Idris mengikuti arah pandanganku.

"Nanti, saya tidur di kamar Nenek" dokter Idris mengangguk.

"Biar saya rapihkan sebentar yah,dok, sekalian ambil barang-barang saya" segera ku melangkah menuju kamarku.

'Apa itu artinya aku dan dia akan tidur di kamar terpisah?. Ah, yang benar saja, bukankah kita sudah sah menjadi suami istri' batin dokter Idris.

'Astaga, Idris, bisa-bisanya kamu berfikir seperti Sam, tentu saja dia tidak mau tidur sekamar bukankah kita menikah pun tanpa ada rasa, hannya beralaskan takdir tuhan!' batinnya lagi.

"sudah siap dok" suara Za, mengejutkan lamunanku.

"oh, yah."

Ia berjalan menuju kamar sebelah dengan membawa barang-barang nya. kamar yang letaknya tak jauh dari kamarku, hanya berselang pintu menuju arah dapur.

Rumah dengan bangunan yang cukup tua ini memiliki dua kamar, sebuah ruang tamu plus ruang tv dan kamar mandi yang terletak di dapur.

Ku rebahkan tubuhku ke atas kasur. Lumayan nyaman walau kasurnnya tak seempuk kasur di apartemenku.

Tubuh yang lelah ini, rasannya akan terasa nikmat jika ku bawa berlayar ke alam mimpi. Tapi, baru hendak ku pejamkan mataku, terdengar suara notiv di hp. Ku rogoh saku celana dan melihat siapa yang mengirim pesan.

'Cie, pengantin baru, udah pulang duluan aja nih. Hayo, mau ngapain hayo.' chat dari Sam.

Semalam Sam sibuk dengan pasien-pasiennya, dan aku lupa memberi tahunnya jika nenek Za sudah tiada. Ni anak pasti berfikir yang nggak-nggak melihatku tak ada di rumah sakit juga di apartemenku.

'kamu di mana,sam.' balasku.

'Jagain apartemen orang, kasian di tinggal gitu aja Ama pemiliknnya, mentang-mentang pemiliknnya udah punnya yang baru.'

'tar malam, sebelum ke rumah sakit, kamu mampir duluyah ke rumah Za, sekalian bawa baju-baju ku, nanti ku share lock tempatnya.'

'Sorry, bro gua, gak mau jadi obat nyamuk pengantin baru'

bersambung....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!