malam itu tiba, malam dimana ia akan memulai kehidupan yang baru, dengan orang yang baru. Namun, terkadang masih terbesit di fikiran nya, jika sudah benarkah keputusannya ini.
"Cie, calon pengantin." goda Sam pada Idris.
Ya, sejak kemarin Sam tak pulang kerumahnya ia menginap di apartemen Idris, Sam bilang jika ia ingin merayakan malam bujang dengan Idris. cik, kaya pernikahan yang sudah terencana kan saja, kaya pernikahan artis-artis gitu sampe ada acara-acara seperti itu. Namun kenyataannya, ia merayakan malam bujang itu sendirian, dalam buaian mimpi.
" Jangan banyak omong, buru jalan!" ajaknnya pada Sam yang masih bersandar di dinding dengan melipat kedua tangannya.
"ya ... ya, Gak sabar bener yang mau nikah ini " ucap Sam, lantas mengikuti langkah Idris keluar dari apartemennya. Idris hanya tersenyum mendengar ucapan Sam.
" Udah dibawa semuakan berkasnnya? "
" Aman Dris, tenang aja. gue jamin malam ini loh nikah."
mereka berjalan menuju ke parkiran apartemen, lalu memasuki mobil Idris. Dan sebelum mesin di nyalakan Idris menggoda Sam. Di tatapnnya Sam lantas berucap.
" Jangan iri yah, bro!. " ucapnnya seraya menjalankan kendaraan.
" Cek, hah, iri ... Jelaslah bro!." lalu mereka terbahak.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Di dalam musholah, Khanza tak henti-hentinya beristighfar, mengharap ketenangan juga keyakinan atas keputusannya menikah dengan dokter Idris.
Walau tetap saja perang di dadanya tak kunjung usai.
Batinnya bertanya-tanya. Bagaimana jika Idris terpaksa ...,? ah, kenapa berfikir terpaksa, tentu saja ia terpaksa. Bagai mana jika dokter Idris tak sebaik apa yang orang-orang katakan?. tapi, selama ia di sini belum perna ia melihat atau mendengar keburukan sang dokter. Atau, bahkan bagaimana jika ia sudah memiliki calon istri?.
Entahlah ... pertanyaan-pertanyaan itu selau mengusik batin Za. Hingga Za merasa pusing memikirkannya.
Tak terasa air mata Za menetes membasahi pipinya, Za teringat akan orang tuannya. Jika orang tuannya masih hidup pasti kedua orang tuannya tak membiarkan Za menikah di usia semuda ini.
Usia remaja yang mana di usia inilah para remaja sibuk mencari jati diri mereka.
Delapan belas tahun. Bagi Za, usia itu sangat muda untuk nya membina rumah tangga. Za, memang tipe orang pendiam, namun, ia juga punya mimpi, punya keinginan, tentu Za juga ingin merasakan bangku perkuliahan seperti teman-temannya yang melanjutkan kuliah.
Tapi, takdir berkata lain, mungkin memang sudah takdirnya ia menikah secepat ini.
" Ya, Allah, kuatkan hamba. dan ... mudah-mudahan ia adalah jodoh pilihanmu ya Rabb." ucapnnya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Dalam ruangan nenek, Za menggunakan gamis berwarna putih, gamis dengan renda di bagian leher dak lengannya juga hijab senada berbahan satin. Gamis pemberian Idris. Kemarin sebelum sang dokter pulang dari rumah sakit, ia memberikan baju itu untuk Za.
" Cantik!" ucap Nene memuji cucunnya. sementara Za tersenyum malu di puji nenek.
Tak lama kemudian, Idris, Sam, dan beberapa orang masuk keruangan nenek, tentu mereka penghulu dan para saksi. tak ada satupun dari keluarga dokter Idris ataupun dari keluarga Za.
Nenek sengaja tak memberi tahu Bi Arum dan Bi Ana, Nene bilang nenek takut jika mereka tau mereka akan membatalkan pernikahan ini.
Idris tersenyum melihat penampilan Za, jujur ia terpana melihat penampilan Za, namun, sekuat tenaga ia berusaha bersikap normal, lain halnnya dengan Sam, ia benar-benar terpana hingga mulutnnya menganga dan matannya tak berkedip menatap Za.
" Ehem, calon istri orang!, buaya harus jaga mata!" ucap Idris tepat di telinga Sam.
sontak Sam mengalihkan pandangannya pada Idris, " Ish!" desisnnya.
Ahirnnya akad pun di laksanakan, dan hanya beberapa orang saja yang hadir. Idris duduk bersihkan dengan Za, tepat di samping ranjang nenek.
" saya terima nikah dan kawinnya Khanza Aditya bin Danu Aditya dengan maskawin tersebut tunai!"
" sah! "
" sah! " ucap para saksi serentak.
Doapun di lantunkan. Ada air mata yang menetes dari pipi Za, sedang nenek tersenyum lega.
Dokter Idris memberikan tangannya pada Za untuk di salimi, Za mengambil tangan dokter Idris dengan kiku, lantas di ciumnnya punggung tangan sang dokter, lalu dokter Idris mencium kening Za, sesaat Za mematung, Ia belum pernah bersentuhan dengan laki-laki manapun bahkan sentuhan sayang seorang ayah pun mungkin Za sudah melupakannya.
Dan ketika Idris mencium keningnya, ada rasa aneh yang menjalari hatinnya, rasa yang tak bisa ia pahami.
" Ehem, ada yang nyaman." ucap Sam yang membuat Idris dan Za, salah tingkah.
" iri mas? makannya cepet nikah dong!" ucap pak penghulu.
sontak semua yang berada di ruangan ikut tertawa.
Kini, di ruangan nenek, hanya ada Za, Idris,dan nenek, sementara yang lain sudah meninggalkan ruangan sejak beberapa menit yang lalu.
Nek Sumi, meminta Idris mendekat. Idris mendekat dan di genggamannya tangan sang nenek, nek Sumi berbicara padaidris ia menitipkan Za pada Idris.
" Dokter, titip cucu Nenek yah!. Dan tolong! bimbing cucu nenek agar menjadi istri yang baik. Nenek percaya dokter pasti bisa membimbing dan menjaga cucu nenek dengan baik! "
" Nek ..., tanpa di mintapun sekarang memang sudah kewajiban Idris menjaga dan membimbing Za. Jadi, saya mohon nenek jangan berfikir yang tidak-tidak, fokis saja pada kesehatan nenek." ucap sang dokter dengan suara yang lembut.
Lagi, Za terpikat pada sikap Idris, laki-laki di sampinnya memang seolah tak memiliki cela. Baik, sopan, penyayang, memang menjadi kerakternnya.
" Za, " kini nenek menatap Za.
" Seorang istri harus patuh apa kata suaminya, taat pada suami itu nomor satu Za, dan ingat sekarang Za itu sudah menjadi istri, jadi, Za sudah tidak bebas lagi, dan kalau mau kemana-mana Za harus izin dulu sama suami." nenek menatap Dokter Idris. yang di tanggapi senyuman oleh sang dokter.
" Za!, jadilah istri Solehah yah, nak!"
Nenek mengahiri obrolan mereka, nenek bilang jika ia ingin beristirahat. merekapun membiarkan nenek beristirahat, sementara mereka keluar dari ruangan nenek.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Za membawa bubur, sebelum memasuki ruangan ia bertemu suster yang membawa makanan untuk Za, dan Za mengambil alih tugas suster.
" Nek, bangun dulu, makan dulu yu nek! " ucap Za pada sang nene, bahkan Za menggoyang-goyangkan lengan nenek, namun, nenek tak meresponnya.
" Nek!, Nenek! " semakin keras Za menggoyangkannya, tapi, tetap tak ada respon apapun, Za panik, ia tersedu.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments