Di ruangan UGD, Nene segera di tangani dokter. sudah hampir dua jamman Nene di dalam namun, belum juga menunjukan tanda-tanda sadar, aku semakin kalut, rasnya tak sanggup jika harus kehilangan lagi. ya Allah, aku tidak ingin kehilangan nenek, tolong sadarkan nenek, sembuhkan nenek, pintaku dalam doa.
sementara BI Arum dan Sofi, sudah pulang sejak sejam yang lalu. Bi Ana, putri ketiga nenek juga tidak bisa datang karena katanya besok ada meteng penting. apa pekerjaan itu lebih penting dari ibu mereka.
lelah menangis, tak sadar jika aku tertidur di samping nenek.
aku mengerjap kan mata karena, serasa ada tangan yang mengusap kepala ku yang terbungkus hijab, ku dongakkan kepala dan ternyata Nene sudah sadar.
" nenek sudah sadar? "
wanita tua yang telah merawatku semenjak kepergian kedua orang tuaku itu tersenyum.
ku usap muka ku dengan kasar dan ikut tersenyum.
" Za, panggil dokter sebentaryah Nek.! " nenek mengangguk dengan isyarat mata nya.
segera ku langkahkan kaki ini menuju ruang dokter yang menangani nenek tadi.
di depan ruangannya aku ragu mengetuk pintu, dan ahirnya hanya berdiam di depan pintu. tak lama kemudian pintu itu terbuka, menampakkan sosok yang hendak ku panggil tadi, aku terkejut.
" ada apa dek?." tanyanya sopan.
"itu, dok ... em ... nenek ...." aku yang memang sejak dulu tak pernah mengobrol dengan lelaki menjadi gugup kala berhadapan langsung seperti ini.
" nenek kamu kenapa?. " tanyanya lagi.
" nenek, sudah sadar, dok!" ahirnya, kata itu meluncur mulus dari lidahku ini.
" Alhamdulillah, kalau begituh, mari kita lihat!" ia berjalan mendahuluiku.
pak dokter, tadi memeriksa Nenek ia bilang kondisi nenek sudah membaik, aku sangat lega mendengarnya.
Allahuakbar ... Allahuakbar ....
adzan subuh berkumandang, nenek menyuruhku untuk solat, namun, bagaimana aku bisa sholat jika tidak membawa perlengkapan sholat, seperti tahu dengan apa yang sedang ku pikirkan nenek menyuruhku tuk solat di mushola yang berada di rumah sakit ini.
" tapi, nanti Nene sendirian "
" Nene, gak papa Za, kata dokter juga, Nene baik-baik saja kan, dok? " nenek melirik pada sang dokter yang masih berada di ruangan Nene. Dokter itu membalasnya dengan senyuman.
" tapi, Nek, Za, ... gak tau musolah nya di mana!" ucapku dengan malu-malu, bagaimana tidak malu di sini masih ada pak dokter, dan bukannya aku tidak mau melaksanakan kewajiban ku, hanya saja, aku yang mudah lupa ini sering tersesat jika berada di tempat baru.
" kalau begitu, bareng saya saja, saya juga mau sholat!" tawar sang dokter, yang kemudian di tanggapi dengan anggukan oleh Nene, bukan hanya anggukan namun, juga senyuman dan kedipan mata yang entah apa maksudnya.
kami berjalan beriringan menuju musholah, tanpa sedikitpun obrolan. dan tanpa kami sadari beberapa pasang mata memperhatikan kami. hingga ahirnya kami sampai di musholah pak dokter pergi mengambil wudhu ke tempat wudhu laki-laki setelah sebelumnya menunjukan tempat wudhu perempuan pada ku.
usai sholat aku bergegas keluar dari musholah teringat Nene yang sendirian di ruangannya, tapi, di depan pintu aku terkejut melihat pak dokter yang masih di sini berdiri bersandar pilar dengan kedu tangannya yang di masukan di saku celana.
" loh, pak dokter kok, masih di sini.? "
ia menatapku, " nungguin kamu!, takutnya kamu nyasar.!"
aku tersenyum kikuk, antara malu tapi juga butuh bantuan penunjuk jalan. hehe
pak dokter mengantarku hingga masuk ke ruangan Nene, mereka berbincang-bincang seolah seperti orang yang sudah akrab, atau mungkin karena memang pembawaan sang dokter yang ramah dan sopan.
" sekali lagi, saya terima kasih, loh, dok, kalau gak ada dokter pasti cucu saya udah nyasar. maklumlah Za ini anaknnya pelupa, pemalu pula, juga tak pernah kemana-mana!." ucap Nene yang membuatku kembali merasa malu.
" sama-sama, Nek,"
pak dokter keluar dari ruangan Nene. namun, selang beberapa puluh menit ia kembali, dengan membawa bingkisan yang berisi makanan.
ia bilang membelikannya untukku agar aku tak usah keluar-keluar lagi. diam-diam aku tersenyum, perhatiannya membentuk perasaan asing yang menjalar di hati. entah, apa namannya?.
" wah, lagi-lagi merepotkan, terimakasih yah, dok, dok ... siapa namanya?." lagi, Nene yang menanggapi.
" Idris, nek "
lantas ia berpamitan, karena, shift nya telah usai. aku mengantarnya hingga ke luar.
sejujurnya, perhatiannya pada Za, bukan bermaksud apa-apa, ia hanya hawatir dengan Za, dan karena sifat pemalu Za, mengingatkannya pada seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments