Desas-desus

Tiba waktu sholat Dzuhur, Za, memberanikan diri pergi ke musholah dengan mengingat-ingat letak musholah di rumah sakit ini, Za, yang mudah lupa sempat hampir tersesat, beruntung ia segera menyadarinya.

setelah selesai menunaikan kewajibannya, dan hendak kembali keruangan neneknya di rawat, Za, tak sengaja mendengar desas-desus para perawat yang sama-sama baru selesai sholat. membicarakan dokter Idris.

" eh, kalian tau gak sih, dokter yang ganteng itu nama siapa,?" tanya salah satu perawat yang kemungkinan masih baru.

" di sini, dokter ganteng tuh banyak!, dokter yang mana.?" jawab salah seorang perawat.

" ih, itu loh, dokter spesialis jantung yang masih muda itu, kemarin, sebelum shift gue abis, gue sempet ketemu tuh sama dokter ganteng itu."

" oh, itu dokter Idris, emang beliau itu populer di kalangan cewek-cewek, selain karena beliau ganteng, beliau juga pintar, baik ke semua orang, dan yang paling baiknya adalah beliau masih jomblo!" perawat yang ku taksir usianya di atas tiga puluhan itu terkekeh, sementara perawat yang bertanya tadi tersenyum bahagia.

" beliau juga alim banget, gak pernah tuh tebar pesona kayak dokter Sam, sahabatnya dokter Idris." ujar perawat yang lain.

" Iya, dan kayak nya tuh dokter, juga, masih Ori deh, secara kan, kita gak pernah bersentuhan sama tuh dokter, mau Salim aja dia mah nangkupin tangannya di depan dada. dan kalau lagi nanganin pasien dia pasti minta di temeninya sama perawat laki-laki, yah, kecuali kepepet barulah perawat perempuan punya kesempatan." perawat yang lain menanggapi di Sertai kekehan, dan di sambung kekehan perawat lainnya.

mendengar percakapan para perawat tadi, tak terasa sudut bibir Za membuat lekungan bak bulan sabit. bahkan ada rasa hangat yang menjalar di hatinnya. Aneh!, perasaan yang tak pernah Za rasakan sebelumnya, terasa aneh ... juga ... entahlah, Za tak mampu menafsirkannya.

namun, segera ia tepis rasa itu, mana kala ia mendengar kekesalan para perawat yang melihat sang dokter bersama seorang wanita subuh tadi. Yang tak lain wanita itu adalah Za.

" eh, tapi, kalian tau gak? kata perawat yang jaga semalam. subuh tadi, dokter Idris, ke musholah bareng cewek loh, bahkan sampe nungguin tuh cewe selesai sholat. Terus katanya mereka jalan bareng lagi. " ucap salah seorang perawat.

" beneran!. Siapa tuh cewe?." tanya perawat muda yang lain antusias.

" ya ... mereka juga gak tau sih, tapi, ya, kalau sampe nungguin gitu, itu cewe pasti special lah but dokter Idris."

" pokoknya!, sebelum ganti shif kemarin, mereka heboh, ngomongin dokter Idris, ada yang liat juga, tuh cewe sama dokter Idris masuk ruang melati. kayanya tuh cewe masih di sini deh." sambungnya lagi.

" kayaknnya, tuh cewe pasiennya deh!."

" pasien kok, bisa jalan!. "

" yah, namanya juga pasien spesial. haha .... "

perawat yang lebih dewasa menggoda perawat baru yang menyukai dokter Idris.

terlihat kekesalan pada wajah perawat baru itu.

" Dih!, sebel banget, kita yang mati-matian caper sama dokter Idris aja, gak di respon, eh, tuh cewe malah di perhatiin segitunya. Enak banget tuh cewe." kesal salah seorang perawat yang lain.

tanpa mereka tahu wanita yang mereka bicarakan itu ada di dekat mereka. Za, bergegas pergi dari musholah, sebelum mereka menyadari jika ada yang mendengar perbincangan mereka.

kembali ke ruangan Nene, Nene menanyai Za.

" gak nyasar kan Za!."

" Alhamdulillah, gak dong!, cuman tadi hampir salah jalan, hehe. " Za terkekeh. sementara Nene menggeleng-gelengkan kepala.

" Za, ... Za, kamutuh harus sering-sering keluar biar gak pelupaan kaya gitu!."

" he he he, tapi, Za lebih seneng di rumah temenin Nene." Za mendekat seraya memeluk sang Nene.Nene mengelus bahu Za.

" Bi Arum, sama Bi Ana, udah di kabarin lagi Za?."

Za, terdiam sejenak, memilih alasan yang tepat agar Nene tak kecewa. Za, memang telah mengabari Bi Arum dan Bi Ana, dengan ponsel Nene. Namun, mereka bilang belum bisa jenguk ibu mereka. Bahkan bi Arum mau menjenguk Nene jika Za bersedia menikah dengan Surya.

Astaghfirullah, aku harus bagaimana ya Allah, menikah dengan Surya atau memberi tahukan kebenarannya pada Nene.

" Insyaallah, setelah pekerjaan mereka selesai, mereka akan jenguk Nene. " bohongku

" mereka tidak peduli sama Nene kan, Za, "

" bukan begitu Nek, mereka peduli. Tapi, mereka .... " belum sempat ku lanjutkan kalimatku Nene memotongnya.

" sudahlah, Za, jangan kau bela bibi-bibimu itu. cukup kamu bersama Nene, Nene sudah senang."

Nene tersenyum seraya menggenggam tanganku. Namun, ku tau di dalam hatinya Nene pun ingin di perhatikan anak-anak nya. Aku membalas genggaman tangan Nene.

Terpopuler

Comments

Devi Novita Risky

Devi Novita Risky

kira kira ada gk ya anak yg seperti itu di dunia nyata??

2022-07-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!