Di tempat lain, dokter Idris termangu, melihat tingkah polos Za mengingatkannya pada seseorang yang pernah berarti dalam hidupnya.
seseorang yang membuatnya kembali semangat menjalankan hidup, setelah perpisahan kedua orang tuanya. Seseorang yang pernah ia semoga kan dalam doa nya untuk menjadi masa depannya. seseorang yang ketika ia tahu siapa dia, membuatnya terluka cukup dalam. hingga menjadikannya orang yang tertutup.
dan yang lebih menyakitkannya, pertemuannya dengan seseorang itu sudah di rencanakan, bahkan sakit dan kecewanya pun memang sudah di rencanakan. Oleh orang yang paling ia hormati setelah orang tuannya.
dokter Idris tersenyum getir, manakala ia mengingat masa-masa itu.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Nenek membicarakan kekagumannya pada dokter Idris dengan Za.
" Za, dokter Idris, baik banget yah, perhatian lagi." Nene berbicara sambil melirik Za.
" ya ... menurut informasi yang Za dapatsih, dokter Idris emang baik ke semua orang, nek!" jawab Za sambil mengaduk bubur untuk Nene.
" idih, cucu Nene, sejak kapan suka cari-cari informasi orang?" goda Nene.
" bukan gitu Nek!, hanya saja pas selesai solat tadi, Za gak sengaja denger para perawat ngomongin dokter Idris."
" masa!."
" ish, Nene, beneran!"
" beneran penasaran kan sama dokter Idris?"
" terserah Nene deh!. Za suapin yah nek!" Za menyendok bubur dan menyuapi sang Nene.
Nene Sumi memakan bubur dari tangan Za.
" Za, melihat perhatiannya dokter Idris mengingatkan Nene pada ayah kamu. Ayah kamu juga selalu perhatian, terlebih pada orang-orang yang dicintainya " kenang Nene.
" Nene ... jadi rindu sama ayah dan mamah kamu." sambungnya dengan raut sedih.
Za, menggenggam tangan Nene, dan tersenyum.
" Za juga Nek, tapi, Nene jangan sedih, ada Za, yang akan selalu perhatian sama Nene, dan selalu sayang sama Nene."
" tapi Za, kalau Nene pergi, siapa yang akan jagai kamu?"
" husss ..., Nene gak boleh ngomong gitu, Nene gak akan pergi kemana-mana kita akan selalu bersama "
" Za, Nene rasa ... waktu Nene sudah .... "
" sebentar lagi Nene pasti sembuh dan kita akan pulan ke rumah. " aku memotong ucapan Nene, sebelum Nene berbicara yang tidak-tidak lagi.
aku mohon ya Tuhan, jangan sekarang, aku tidak ingin merasakan kehilangan lagi.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
kreak ....
suara pintu terbuka, terlihat seseorang menyembul dari balik pintu. Dokter Idris datang, dengan membawa bingkisan di tangannya. Dokter Idris menanyai keadaan Nene.
" Alhamdulillah, Nek, kalau semakin membaik "
" ini ada makanan buat cucu Nene, ya, mungkin saja cucu Nene belum makan " dokter Idris menaroh bingkisan di atas nakas.
perhatian dokter Idris pada Za, membuat Nene semakin mengaguminya, bahkan Nene berfikir jika dokter Idris adalah orang yang tepat untuk bisa menjaga Za, andai ia telah tiada.
" terimakasih yah, dok, " ucap nenek.
" sama-sama Nek, apa cucu Nenek sudah pulang?"
"tidak dok, dia lagi di musholah."
"oh, " Dokter Idris mengangguk-angguk kan kepalanya.
" udah bisa sendiri yah Nek." ucapanya lagi disertai senyuman.
" yah, walau sempat salah jalan, katanya dok."
mereka tertawa.
" yaudah, Nek, saya pamit keruangan saya."
baru hendak membalikkan badan, Nene memanggil nya.
" dok .... "
" ya, Nek."
" boleh saya bicara sesuatu sama dokter?"
"yah, tentu boleh Nek."
" menikahlah dengan cucu saya. Dok!" tanpa basa-basi nek Sumi mengutarakan keinginannya.
tidak ada raut keterkejutan pada wajahnya, dokter Idris hanya tersenyum santai menanggapinya, karena ini bukan yang pertama kali ada orang yang terang-terangan memintanya menikah.
bahkan sering ada orang tua yang memintanya menikahi anak nya, cucunya, kerabat nya, dan tak jarang pula terkadang pasiennya yang terang-terangan minta ia nikahi. seolah memang sudah konsekuensi seorang dokter yang memiliki wajah rupawan.
" saya mohon dok!, menikahlah dengan cucu saya Khanza!" kembali Nene memohon.
' sepertinya Nene salah mengartikan perhatianku pada cucunnya, aku tidak memiliki maksud lain selain ... Kasihan.' batin dokter Idris.
" sebaiknya Nene beristirahat, jangan terlalu banyak berfikir."
dan tak lama setelah itu, Za datang dari musholah, sedikit terkejut, karna melihat dokter Idris ada di sini, Za, langsung menanyai keadaan Nene nya, hawatir jika kehadiran sang dokter di sini karena Nene nya drop lagi.
" Nene saya kenapa dok?" tannyanya pada sang dokter.
" Nene kamu baik-baik saja, saya hanya mampir."
' mampir ' Za mengernyitkan alis, apa maksudnya mampir, bukan memeriksa.
" saya permisi Nek, Za, " pamitnya, lantas berbalik meninggalkan ruangan. tanpa menjawab permintaan Nene.
sementara pandangan Nene tertuju pada sang dokter. Nene menatapnya lakat penuh harap. Dokter Idris tersenyum sebelum ia menutup pintu dan menghilang di balik pintu.
'maukah dokter Idris menikahi Khanza?.' jawabannya ada di part selanjutnya.
Insyaallah masih di lanjut. semoga suka! 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments