Setelah berbincang-bincabg dengan nenek, Za dan Idris membiarkan nenek beristirahat. sementara mereka keluar dari ruangan.
" Dok!, boleh saya bicara? " ucap Za.
" Yah, kita bicara di ruangan saya." mereka berjalan ke ruangan dokter Idris.
" Hem, apa yang mau kamu bicarakan? " ucap Idris setelah mereka berada dalam ruangan.
Awalnnya Za ragu, namun, ia berfikir jika ini harus ia bicarakan.
" Maaf ..., sudah membuat dokter berada di posisi ini. " ucapnnya dengan tertunduk, tak berani Za menatap Peria di hadapannya, walau ia tau jika lelaki itu adalah suaminya.
" Jangn meminta maaf. Karena saya yakin memang kita berjodoh, hannya saja datannya terlalu cepat." Idris berusaha menenangkan Za, agar gadis itu tidak merasa bersalah.
mendengar ucapan Idris Za memberanikan diri mengangkat kepalannya.
" Maaf!, tidak ada pesta atau apapun."
" Tidak apa, dok!, dokter mau mengabulkan permintaan Nene saja sayah sudah bersyukur. "
Za berucap di Sertai sennyuman. senyuman yang membuat sang dokter kembali terpaku.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
" Nek!, nenek! " semakin keras Za menggoyangkannya, tapi, tetap tak ada respon, Za panik, ia mulai tersedu.
Melihat sang nenek tak kunjung meresponnya, Za berlari, kembali ke ruangan suaminnya, meminta pertolongan. Namun, dokter Idris tak ada di ruangan, Za semakin panik berjalan mondar-mandir berharap bertemu suaminnya.
" Ada apa Za? "
Idris, datang, entah dari mana Za tidak menyadarinya, segera ia berlari ke arah sang suami.
" Nenek, tidak mau bangun!. Tolong saya dok!" ucapnnya dengan suara bergetar.
segera mereka berlari ke ruangan nenek. Idris memeriksa Nenek dan ... Terlambat. Tubuh wanita tua itu terasa dingin dan pucat. nenek terbaring kaku. Sekali lagi Idris memeriksa detak jantungnya, lalu nadinnya, dan memang Nene telah tiada.
Idris menatap Za. " Bagaimana dok? " tannya Za dengan raut khawatir.
" Za, nenek ...." berat mengatakannya, karena pasti ini akan menjadi pukulan terberat Za.
Idris memeluk Za. "Ikhlaskan nenek, Za!" ucapnnya kemudian yang membuat Za menutup mulutnnya dengan sepuluh jari. Terkejut, Za menangis dalam pelukan Idris.
'Ini tidak nyatakan, dokter pasti salah mengira, bukankah tadi nenek baik-baik saja.' ucap Za, dalam hati.
Za melepaskan pelukannya dari Idris. dan di tatapnnya sang suami dengan berurai air mata.
"Nenek ... pasti hanya hanya tertidur dok!, atau mungkin nenek, cuma pingsan dok!, tolong ... tolong periksa lagi dok!"
Bukannya menjawab Idris malah mengusap air mata yang tak henti-hentinya meluncur dari mata indah sang istri. Dan kembali membawanya dalam pelukan.
Masalalunnya di saat kehilangan kedua orang tua kembali menguak dalam ingatan, seolah baru mengalaminya kemarin, dan kini ia harus mengalami nya lagi. Di tinggalkan!. Kembali di tinggal oleh orang-orang tersayang nya dan untuk selama-lama nya.
Za semakin tersedu. Za menangis hingga ia tak sadarkan diri dalam pelukan Idris.
"Astaghfirullah, Za!" Idris terkejut, melihat sang istri tergulai lemah di pelukannya, di bopongnya sang istri, dan di baringkan di sofa yang terdapat dalam ruangan ini.
Idris menghirupkan aroma terapi pada Za. Di tatapnnya Za yang terbaring pingsan, kali ini ia menatap Za bukan untuk mengaguminya. Sejenak ia berfikir, jika mungkin nek sumi sudah mempunyai firasat soal ini, sehingga ia meminta nya untuk segera menikahi Za.
'Tenanglah di sana, nek!.Saya berjanji akan selalu menjaga Za, apapun yang terjadi, saya tidak akan melepasnya,' ucapnnya dalam hati.
Ada pergerakan pada Za, perlahan ia membuka matannya. Za, mengamati ruangan, dilihatnya dokter Idris tersenyum menatapnnya.
"Alhamdulillah!" ucap Idris.
Kembali Za, teringat jika sang nenek telah tiada. Lagi dan lagi, seolah tak ada habisnya air mata Za, Za kembali terisak.
"Jangan menangis!, ikhlaskan nenek, Za, biar nenek tenag di sana!." Idris berusaha menenangkan Za.
"Sekarang, kita bawa jenazah nenek pulang yah!. kamu harus kuat Za!" Za menganggk.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Para tetangga mulai berdatangan untuk melayat, namun Bi Arum dan Bi Ana belum kunjung menampakkan diri, padahal Za sudah menghubungi mereka sejak masih di rumah sakit. Kemana mereka sebenarnya?. Sepenting itukah urusan mereka, hingga orang tua mereka tiadapun mereka lambat datang.
"mereka bilang, jenazah nenek mau di mandikan. kamu mau ikut memandikan nenek!." bisik Idris di telinga Za.
Yang membuat para pelayat bertanya-tanya. Bahkan semenjak kedatangannya ke rumah ini membut tanya para tetangga. Namun mereka sungkan tuk bertanya, setelah melihat Za yang nampak sedih karena kepergian nek sumi.
Za yang mereka kenal tak pernah akrab dengan lelaki manapun membuat para tetangga bertanya-tanya, tentang siapa lelaki yang tak segan berdekatan dengan Za?, sedang Za terlihat biasa saja, tak menghindar seperti biasannya jika ia di dekati para lelaki, bahkan sesekali pria itu mengusap pundak Za, menenangkan.
"Tunggu Bi Arum dan Bi Ana duluyah dok!"
"Ya sudah, saya kasih tau tukang mandiinnya yah"
Idris yang tak segan berbaur dengan para warga, mengurus segala sesuatu untuk pemakaman nek Sumi.
"Biar Za saja yang bilang dok!" Za, menahan lenga dokter Idris. yang di tanggapi anggukan oleh Idris.
Bi Arum dan Bi Ana, mereka datang bersama keluarga mereka. Za yang melihat kedatangan mereka segera berlari keluar dan menghambur ke pelukan BI Arum. Lalu tersedu.
"Nenek Bi,"
"Sudahlah, Za, tak apa, mungkin memang sudah takdir"
Bi Arum mengelus bahu Za, ia tersenyum dengan senyuman yang di Sertai seringai aneh.
Idris pun menghampiri Bi Arum dan Bi Ana, di ulurkannya tangan sang dokter hendak mencium punggung tangan Bi Arum.
Bukannya mendapat respon dari BI Arum, Idris malah di tatap dengan tatapan sinis.
"Kamu siapa?" tanya Bi Arum, yang membuat Idris gelagapan.
Idris melirik pada Za. Za mengangguk, memberi persetujuan untuk mengungkap setatus mereka pada Bi Arum dan keluarganya.
"Saya ... Suami Za.!"
Sontak pengakuannya membuat Bi Arum dan Bi Ana terkejut, dan bahkan semua orang yang berada di sana ikut terkejut, seolah menemukan jawaban dari pertanyaan yang mengusik batin mereka. Namun juga kembali bertanya-tanya, kapan?, dan dimana? mereka menikah!.
"Za!. jelaskan ini!" di tatapnnya Za dengan penuh emosi.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments