Rahim Bayaran Sang Milyarder
"Kak Anna apakah kamu baik-baik saja? " Anna mendengar suara adiknya, Erza. Anna ingin menangis karena dia tidak akan pernah baik-baik saja tanpa adiknya. Anna tidak punya uang untuk biaya pengobatan Erza.
"Aku baik-baik saja sayang. Kamu mau makan apa? " Tanya Anna padanya saat adiknya datang dan memeluk dirinya.
"Aku mau roti dengan keju kak Anna" Anna menunduk menatap tubuhnya yang kecil, hatinya terasa sesak, bagaimanapun Anna harus menyelamatkan Erza. Anna menyayanginya dan bahkan tidak bisa memikirkan suatu hari tanpanya. Anna tersenyum pada Erza dan mengangguk sebelum pergi ke dapur.
Setelah sarapan Anna pergi ke rumah sakit dengan Erza. Ketika Anna memasuki rumah sakit dia melihat dokter Peterson. Dia adalah orang yang merawat dan membantu segala sesuatu tentang Erza.
"Selamat pagi kecil" sapa dokter Peterson sambil tersenyum dan Erza terkikik bahagia karena dia sangat menyukai dokter Peterson.
"Selamat pagi Pete" canda Erza sambil berlari ke arah dokter. Kemudian sang dokter menggendong Erza dan mengangguk pada Anna sebelum pergi ke bangsal Erza. Setelah beberapa waktu dokter Peterson datang lagi.
"Rulianna, bisakah aku berbicara denganmu sebentar? " Dokter bertanya dan Anna mengangguk, tetapi ini adalah hal yang paling Anna takut. Anna tidak tahu apa yang ingin dikatakan dokter, tetapi iya tahu itu semua tentang kesehatan Erza. Mungkin beritanya akan baik atau buruk, Anna takut.
"Kesehatan Erza semakin buruk. Kita harus melakukan operasi secepatnya" Hati Anna hancur berkeping-keping saat mendengar ucapan dokter. Tak sengaja air mata menggenang di pelupuk matanya.
"Mengapa ini terjadi pada kita? " Batin Anna.
"Rulianna, aku tahu kamu punya masalah keuangan. Maafkan aku" Dokter Peterson menepuk punda Anna. Anna menghela nafas karena apa pun yang terjadi, Anna akan mencari uang untuk operasi adiknya dan membuatnya keadaan Erza lebih baik.
"Dokter, aku akan mencari uang" Kata Anna sambil menyeka air matanya.
“Kamu punya waktu maksimal sepuluh bulan. Akan sangat bagus jika kamu bisa segera mendapatkannya” Anna mengangguk dan memandang Erza melalui dinding kaca, terlihat Erza yang tersenyum pada seorang perawat sambil mengobrol.
"Aku tidak bisa membiarkan apapun terjadi padanya karena dia satu-satunya keluarga yang kumiliki" Gumam Anna.
"Erza harus tinggal di rumah sakit mulai hari ini dan seterusnya" Anna masih menatap Erza. Dia sangat imut dan dia akan menjadi pria tampan di masa depan, jadi sebagai saudara perempuannya aku harus melindunginya.
"Baiklah dokter" Setelah itu Anna masuk ke bangsal Erza.
"Apakah aku sekarat kak Anna?" Tanya Erza. Anna memaksakan air matanya kembali karena tidak ingin menangis di depan adiknya. Anna tersenyum paksa dan membawa Erza ke pangkuannya, saat itu Anna mulai membelai rambut cokelat gelap Erza yang halus.
"Tidak. Kamu akan segera sembuh dalam waktu dekat" Anna mencium kepala Erza dan meletakkan dagunya di kepala Erza.
"Itu bagus, semoga saja" Erza mulai tertawa. Anna mengatupkan rahang, karena tidak ingin menangis. Hatinya sakit dan rasanya seperti ada yang meremas jantungnya begitu erat.
"Aku sangat menyayangimu Erza" Kata Anna sambil mencium pipi kecilnya.
"Aku juga sangat menyayangimu kak Anna" Lalu Erza mencium kening Anna. Anna menggigit bibir bawah begitu keras karena rasa sakit yang dirasakan di hatinya, tak ada rasa sakit yang bisa menandingi rasa sakit di hatinya saat ini.
"Erza, kamu harus tinggal di sini selama beberapa bulan. Tidak apa-apa sayang? " Tanya Anna dan Erza mengangguk dengan senyum bahagia.
"Aku akan bermain dengan Peter sepanjang hari" Kata Erza sambil melompat. Anna tersenyum padanya dan berdiri untuk pergi.
"Tapi kak Anna akan datang menemuiku setiap hari kan? " Erza cemberut sambil menggigit bibir kecilnya.
"Ya. Kakak akan kesini setiap hari" Ucap Anna. Setelah itu Anna meninggalkan rumah sakit dan pulang.
Anna harus pergi ke kampus, tetapi pikirannya kacau jadi dia mengurungkan niatnya dan langsung pulang kerumah. Setelah pulang, Anna merebahkan diri ke tempat tidur dan mulai menangis karena lelah dan takut tentang hidup Erza.
Setelah puas menangis Anna pergi ke kamar mandi, mencuci muka dan berganti baju. Sesaat kemudian terdengar pintu diketuk dan Anna pun melangkah untuk membuka pintu. Saat membuka pintu, terlihat bibi Lisa.
"Rulianna, kamu menangis. Iya kan? " Tanya bibi Lisa, Anna hanya bisa tersenyum paksa.
"Apa yang terjadi? " Tanya Bibi Lisa. Anna memberi tahu semua yang dirasakan dan tentang ketidakberdayaannya. Bibi menghela nafas panjang dan menarik Anna ke pelukan hangatnya. Bibi benar-benar seperti seorang ibu, selalu merawat Anna dan Erza. Tapi sekarang dia semakin tua dan Anna tidak bisa membebani dengan kehidupannya.
"Ruli, aku minta maaf karena harus memberitahumu tentang ini, tetapi aku tidak bisa tinggal diam tanpa memberi tahumu, aku juga tidak punya banyak uang" Bibi berkata sambil menghela nafas kasar, Anna tidak peduli tentang apa pun dan yang dibutuhkan Anna hanyalah uang. Anna ingin membayar operasi Erza sesegera mungkin.
"Katakan padaku bibi Lisa, saat ini aku akan melakukan apa saja untuk nyawa adikku. Bahkan jika aku harus menjual tubuhku" Kata Anna sambil membawa tangan bibi dan meletakkannya di dadanya.
"Aku tidak tahu Ruli tapi aku akan memberitahumu dan kamu yang akan membuat keputusan" Anna mengangguk padanya dengan cepat dan dia menghela nafas.
“Keluarga kaya sedang mencari rahim sewaan. Mereka ingin memiliki ahli waris sesegera mungkin dan mereka akan membayar 100.000.000 untuk seorang rahim bayaran" Bibi berkata dan menatap mata Anna. Hati Anna menegang, iyapun menunduk.
"Seorang rahim sewaan? Jadi apakah aku harus melahirkan bayi untuk pria tak kukenal? " Batin Anna.
"Bagaimana kondisi mereka bibi? " Anna bertanya. Dia menatap wajah bibi Lisa dan Anna tahu bibi sedih, sebenarnya bibi tidak ingin melihat Anna seperti itu. Dia adalah wanita yang mengajari Anna untuk bersabar sampai takdir berkata aku datang, hidup kita akan bahagia.
"Kamu memiliki semua yang mereka butuhkan. Kecantikan, kecerdasan, dan keperawanan. Dan kamu memiliki hal-hal di luar yang mereka harapkan" Anna memejamkan mata dan memikirkannya berulang kali.
"Jadi aku harus memberikan keperawananku? Tidak apa-apa semuanya akan baik-baik saja dan aku melakukan ini untuk adikku. Hanya melahirkan kehidupan baru, dan untuk menyelamatkan banyak pihak" Batin Anna.
"Aku setuju. Aku akan menjadi rahim sewaan mereka, tapi tolong jangan biarkan Erza tahu semua tentang ini" Kata Anna sambil tersenyum pada bibi Lisa. Anna melihat bibi terluka dari raut wajahnya, tapi dia mengangguk pada Anna dan tersenyum memaksa. Dia sangat peduli pada Anna dan Anna akan selalu berterima kasih padanya.
"Aku akan memberi tahu mereka dan akan segera membawamu ke sana" Anna mengangguk, bibi Lisapun bangkit dan pergi. Anna menghela nafas dan menatap langit-langit.
"Apakah ini yang akan terjadi pada hidup kita ibu? Aku kehilangan orang tuaku, dan sekarang aku akan menderita karena kehilangan itu. Urgh. Semuanya akan baik-baik saja selama Erza aman dan sehat" Pikir Anna.
Ryan
"Ryan, kapan kamu akan memberi kami cucu yang hebat. Kami sudah tua, dan semakin dekat dengan kematian kami? " Tanya Nenek Ryan.
"Urgh... Kapan aku bisa tidur nyenyak. Mengapa mereka menginginkan cucu yang hebat. Mereka sudah memiliki seorang cucu" Batin Ryan.
"Aku tidak mau nenek. Aku belum siap punya anak" kata Ryan sambil bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah neneknya.
"Apakah kamu akan mati dengan kesendirianmu. Semua orang tahu Ryan, mereka mengira kamu gay" Teriak nenekku sambil memukul dada Ryan dengan keras.
"Aduh nenek sakit" Kata Ryan, nenek menyeringai padanya dan mulai menangis dengan suara keras. "Ratu drama urghh" Gumam Ryan. Setelahnya, kakek dan ayah masuk masuk ke kamar Ryan, mereka mengerutkan kening ke arah Ryan.
"Lihat, aku hanya meminta cicit tapi dia meneriakiku" Isak nenek sambil memeluk ayah Ryan. Ryan menghela nafas dan menatap mereka.
"Ryan, Lakukan permintaan terakhir kami sayang... Kami ingin melihat pangeran kecil atau putri kecil sebelum kami mati" Kakek Ryan yang mulai bertindak kali ini.
"Aku tidak punya wanita jadi bagaimana aku akan punya bayi. Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Kakek tahu itu kan? " Ryan berkata. Dan mereka ingin Ryan menyerah pada keinginan terakhir mereka.
"Baiklah kamu menikah dengan Lidia. Dia akan melahirkan bayimu" Ucap nenek.
"Apa-apaan ini, Lidia... Pelacur licik dan menjijikkan itu" Batin Ryan.
"Tidak. Bukan dia. Aku tidak suka wanita seperti dia dan dia sudah tidur dengan laki-laki setiap hari" Ryan mengeluarkan rasa jijik dan menatap nenek. Wajahnya juga ditutupi dengan jijik.
"Baiklah kalau begitu, apakah kamu memiliki seseorang yang kamu sukai? " Tanya Nenek.
"Mengapa mereka tidak bisa mengerti aku? " Ryan memutar bola matanya. "Jika aku memiliki seorang wanita yang aku sukai, aku pasti sudah menidurinya berkali-kali dan membuatnya hamil" Pikir Ryan.
"TIDAK... Aku tidak suka wanita mana pun" Kata Ryan dan memalingkan muka dari arah mereka.
"Ya Tuhan! Anakku yang malang, Apakah dia gay, Apakah rumor itu benar? " Ryan mendengar suara rendah neneknya.
"Aku juga bukan gay" Kata Ryan sambil menatap neneknya lagi. Dia menghela nafas.
"Baiklah kalau begitu berikan kami bayi, aku akan memilihkan wanita untukmu dengan baik. kecantikan, kecerdasan dan terutama dengan keperawanan" Jantung Ryan mulai berdetak kencang saat neneknya mengatakan itu.
"Kenapa begitu. Apa-apaan ini? " Ucap Ryan dalam hati.
"Aku.. Aku..." Sebelum Ryan bisa menyelesaikan apa yang ingin dia katakan, nenek memotong ucapannya.
"Tidak perlu jawabanmu dan bersiaplah" Setelah mengatakan itu, kakek dan nenek meninggalkan kamar Ryan.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Cek Iana
sy mampir KK,smg cerita ny GK ngebosankn
2024-06-23
0
Arta Boru Siregar
awal yg bagus, smoga kedepanya tidak membosankan
2022-09-25
0
Lasmanah Ramdani
emak hadir author...langsung favorit karena Ceritanya menarik🥰🥰
2022-05-08
0