"Saya pikir tuan muda kecil juga suka anggur" Anna mendengar bibi Zeni berkata. Anna tersenyum dan mengusap perutnya. Bayi kecil. Hidup di perutnya dan menyukai makanan favorit ayahnya.
“Ketika ibu tuan muda mengandung, dia juga suka makan buah anggur. Hanya buah anggur” Bibi tersenyum dan melihat perut Anna. Perut Anna terlihat belum terlalu besar.
"Kapan tuan muda akan datang lagi? " Anna bertanya. Namun ekspresi wajah bibi Zeni berubah ketika dia mendengar apa yang Anna tanyakan.
"Tuan muda tidak akan datang lagi. Tugasnya sudah selesai dan dia tidak diizinkan untuk datang ke sini lagi" Jawab bibi Zeni.
"Apa... Tidak memiliki izin. Omong kosong macam apa itu? " Pikir Anna.
"Dia ayah dari anak ini. Kenapa dia tidak boleh datang? " Tanya Anna.
"Ayah macam apa dia Jika dia tidak bisa datang untuk melihat bayinya? " Gumam Anna.
"Tuan muda banyak pekerjaan. Dia orang yang sibuk. Jangan berpikir kamu bisa mempunyai hubungan dengannya karena bayi itu" Jawab Bibi Zeni. Anna ingin tertawa mendengar itu.
"Sebuah hubungan. Aku bahkan belum melihat pria itu. Bagaimana aku harus memulai hubungan dengannya? " Ucap Anna lagi. Anna tidak ingin berbicara dengan bibi Zeni lagi. Iya hanya mengangguk karena tidak ingin berdebat dengan wanita ini. Tuan muda pasti akan datang. Saat Anna memasuki kamar, Anna berbaring di tempat tidur dan mengelus perutnya.
"Dia harus datang karena aku harus menyelamatkan adikku. Aku akan menunggu tidak peduli apapun dan tidak peduli apa yang mereka katakan tentang tuan muda" Ucap Anna.
Waktu berlalu dan kehamilan Anna sudah menginjak sembilan bulan. Anna tidak bisa melakukan apa-apa dengan perut besar ini. Dokter mengatakan bahwa bayinya laki-laki, dan lelaki kecil ini membuat segalanya menjadi sulit bagi Anna. Selalu menendang dan bergerak. Anna tidak tahu bagaimana cara untuk tetap bersama anaknya kelak. Dia tidak ingin meninggalkannya. Dia merasa karena bayi ini miliknya karena dia tumbuh di dalam rahimnya.
"Aku hanya... Aku hanya belum siap untuk melepaskan pangeran kecil ini, sedangkan ayahnya tidak pernah datang" Batin Anna. Anna menunggu dan masih terus menunggu tetapi dia tidak datang selama sembilan bulan penuh. Kesehatan Erza memburuk bulan lalu karena dia tidak segera dioperasi.
"Mengapa orang-orang ini sangat tidak berperasaan. Apakah aku akan memberikan bayiku kepada keluarga yang tidak berperasaan ini? " Pikir Anna. Air matanya keluar karena Anna merasa tidak berdaya.
"Tidak, ayahmu pasti akan datang sayang" Anna meletakkan tangannya di perut dan bisa merasakan bayinya bergerak. Setiap kali Anna menyebut kata 'ayah' dia mulai bergerak, mungkin senang. Tiba-tiba rasa sakit yang luar biasa datang, Anna berteriak karena sakitnya.
"Aku akan melahirkan, tetapi bukankah mereka bilang kalau tanggal HPL masih minggu depan, Apa aku akan melahirkan? " Gumam Anna. Lalu Anna mendengar suara bibi Zeni ketika dia merasa ada sesuatu yang pecah dan mengalir ke kaki Anna.
"Ya Tuhan, sayang" Teriak Bibi Zeni saat dia datang dan mencoba membantu Anna. Kemudian dua pria datang dan membawa Anna ke dalam mobil, lalu mereka pergi ke rumah sakit. Anna tidak bisa menahan rasa sakit. Sakit sekali. Bibi Zeni memegangi tangan Anna.
"Aku... Aku. Tidak bisa bibi... Ini... sakit" Anna terisak karena rasa sakit. Seketika pikiran Anna melayang. "Apakah ibuku mengalami ini ketika dia melahirkan kami? " Fikiran Anna kemana-mana.
"Tegarlah Anna" Kata bibi Zeni sambil membelai rambut Anna. Kemudian mereka memasukkan Anna ke bangsal dan dokter masuk.
"Tenang Rulianna, Dan mengejanlah" Anna mengangguk pada mereka dan mulai mengejan tetapi rasa sakit itu adalah sesuatu yang tak bisa Anna abaikan. Tubuh Anna dipenuhi keringat, dan akhirnya setelah lima belas menit Anna melahirkan bayi laki-laki kecil. Anna tersenyum mendengarnya menangis.
"Boleh aku lihat? " Anna bertanya dan seorang perawat memberikan bayi itu kepadanya. Bayi itu masih berlumuran darah dan cairan berwarna putih. Anna membawanya ke pelukan dan menatapnya dengan intens. Bayi itu perlahan membuka matanya dan ternyata berwarna biru. Sangat indah. Anna berpikir dia mirip seperti ayahnya. Tiba-tiba, hati Anna diliputi perasaan sakit, karena Anna tidak akan melihatnya lagi setelah hari ini. Tanpa sengaja air mata keluar dari matanya saat dia menatap mata bayi kecil itu.
"Maafkan mommy pangeran kecil" Anna mengecup keningnya, tetes air matanya mendarat diwajah dan bayi itu mulai menangis lagi. Seorang perawat datang dan membawanya, tapi Anna belum siap untuk melepaskannya. Anna merasa ingin lari dengan bayi itu karena dia anaknya. Kemudian perlahan-lahan pandangan Anna menjadi gelap dan iya tak sadarkan diri.
Anna terbangun dan melihat sekeliling, ternyata masih di rumah sakit. Anna menghela nafas dan bangkit dari tempat tidur. Tubuhnya terasa lemah tetapi Anna harus pergi ke tempat Erza sekarang.
"Aku akan mengambil uang ku dan membayar operasi Erza" Anna mencoba bangkit dengan masih mengenakan baju rumah sakit. Sesaat kemudian Anna melihat pakaian di atas meja, Anna tahu itu untuknya. Anna segera berganti pakaian dan keluar dari bangsal. Di luar dia bertemu bibi Zeni.
"Ini uangmu dan pergilah dari sini. Jangan kembali lagi, sesuai aturan kontrak, kau tidak akan pernah melihat bayi itu dan hak asuh penuhnya akan menjadi milik ayahnya" Ucap Bibi Zeni. Hati Anna hancur berkeping-keping. "Bagaimana aku bisa melepaskannya. Dia anakku dan aku yang melahirkannya. Ayahnya bahkan tidak datang untuk melihat" Batin Anna.
"Boleh... aku melihatnya untuk terakhir kalinya. Tolong. Aku yang melahirkannya. Aku ibunya" Kata Anna dengan suara tercekat. Anna merasa belum siap untuk melepaskan. Anna mengandungnya selama sembilan bulan dan dia tumbuh bersama Anna, bukan dengan ayahnya.
"Kamu tidak bisa melanggar isi kontrak. Kamu sudah menandatanganinya. Jangan membuat nyonya besar marah" Ucap Bibi Zeni. Orang-orang itu kaya, dan Anna tahu, dia tidak akan bisa menang melawannya. Jadi tanpa berdebat Anna mengambil uang itu dan pergi.
"Jaga kesehatanmu Rulianna. Semoga beruntung" Anna mendengar bibi Zeni sedang berbicara padanya, tapi Anna tidak menoleh untuk melihatnya. Anna baru saja melahirkan. Mereka sangat tidak berperasaan dan bahkan tidak membiarkan Anna melihat bayinya untuk terakhir kalinya. Anna memaksakan air matanya menetes lalu iya pergi ke rumah sakit Erza.
"Akhirnya aku akan melihat adikku" Gumam Anna. Anna tersenyum bahagia karena dia akan menyelamatkan Erza dan dia akan bahagia.
Anna pergi ke rumah sakit. Anna berjalan melewati koridor dan bertemu dengan dokter Peterson. Dia tersenyum pada dokter Peterson, tapi dokter tersebut tidak tersenyum, hanya mengangguk pada Anna lalu pergi.
"Ada apa? " Anna bisa melihat rasa bersalah di wajah dokter itu. Tiba-tiba hati Anna menjadi gelisah. "Apakah sesuatu terjadi pada Erza, Tidak... " Anna berlari ke bangsal rumah sakit Erza dengan cepat. Saat Anna memasuki ruangan Erza, Erza tidak ada di sana. Ketakutan menguasainya saat Anna melihat ke tempat tidur Erza.
"Dimana dia? " Anna bertanya pada diri sendiri kemudian perawat masuk ke ruangan.
"Di mana Erza. Apakah dia sedang diperiksa? " Anna bertanya kepada perawat itu, tetapi ekspresi wajahnya sama dengan dokter Peterson. "Mengapa? " Gumam Anna.
"Di mana dia. Apa yang terjadi padanya? " Anna tidak bisa menahan air matanya. Iya bertanya sambil meraih tangan perawat itu.
"Erza... Dia meninggal kemarin" Jawabnya singkat.
"Apa... Apa yang baru saja dia katakan. Meninggal. Tidak... dia berbohong" Batin Anna tak percaya.
"Kamu... kamu bohong kan. Katakan di mana dia. Aku sudah mempunyai uang untuk operasinya" Kata Anna. Anna tidak percaya dengan apa yang dikatakan perawat itu. "Mungkin Erza sedang bermain dengan anak-anak lain" Gumam Anna.
"Rulianna... Maafkan aku... Aku tahu ini sangat sulit dipercaya tapi dia sudah pergi. kemarin jam 10 pagi. Kami meneleponmu tapi kamu tidak menjawabnya. Maafkan aku" Ucap perawat itu lagi.
Kemarin pada jam 10, waktu itu Anna berada di rumah sakit melahirkan bayinya.
"Bagaimana... Bagaimana ini bisa terjadi?" Jantung Anna terasa berhenti berdetak dan tidak bisa bernapas. Anna mencengkeram bajunya dengan erat.
"Apa ini... Setelah semuanya yang kulewati? " Anna terisak.
"Tapi aku sudah mendapatkan uang untuk operasinya" Kata Anna sambil menatap mata perawat itu
"Erza menyimpan ini dan memintaku untuk memberikan ini padamu" Ucapnya Lagi sambil memberikan sesuatu. Anna tidak meneteskan air mata. Pandangannya kosong. Rasanya seperti seseorang merenggut jiwanya dari tubuh Anna. Hatinya sakit. Perawat itu memberikan buku catatan Erza. Anna tidak membukanya karena takut.
"Apakah dia benar-benar pergi? " Anna bertanya sekali lagi karena tidak percaya. Perawat itu mengangguk sambil menyeka air matanya.
"Jadi... di mana dia sekarang? " Anna bertanya pelan. Sepertinya dia tidak merasakan apa-apa. Hanya tatapan kosong.
"Kami sudah mengurus pemakaman untuknya. kemungkinan malam ini" Jawab perawat itu.
Beginilah akhirnya. Setelah semua yang dilakukan Anna, Anna hanya mendapatkan rasa sakit, air mata, dan kesepian.
"Apakah harus seperti ini hidup ku? " Batin Anna.
"Rulianna. Mau kemana? " Anna mendengar perawat itu berbicara tetapi dia tidak peduli. Iya terus melangkah pergi.
Anna memeluk buku catatan Erza dengan erat dan meninggalkan rumah sakit. Anna pulang ke rumah dan datang ke rumah sakit setelah sembilan bulan. Anna langsung menuju ke Kamar Erza dan berbaring di tempat tidurnya. "Erza... maafkan kakak sayang" Kata Anna sambil memeluk bantal dan terisak. Aroma tubuh Erza masih ada di sini beserta dengan barang-barangnya. Anna memejamkan mata dan mengingat senyumnya. Itu adalah senyuman yang menyemangati Anna setiap kali Anna akan jatuh. Senyum itu memberikan kehidupan baru dirahimnya, tetapi sekarang semuanya hilang. Anna merasa mengecewakan Adiknya. Mengecewakannya sebagai saudara perempuan yang tak bisa berbuat apa-apa
"Itu semua salahku, salahku" Ucap Anna sambil terus memeluk bantal Erza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Cek Iana
masih ad j tradisi mcm itu di klwrg org kaya y🤦🤦🤦🤦🤦
2024-06-23
0
etihajar
satu untuk keluarga Rian jahat nenek jahat tr masuk bibi jeni GX punya hati jshatttt
2023-06-13
0
perjuangan ✅
lari aja ana.
2023-03-25
0