Anna terbangun dan ini sudah jam dua malam. Dia melihat sekeliling dan memperhatikan bahwa bajingan itu sudah pergi. Perlahan Anna turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Ketika Anna memasuki kamar mandi, dia melihat dirinya melalui cermin. Kismark memenuhi tubuhnya dengan rambut acak-acakan. Anna menghela nafas dan pergi ke bawah shower dan duduk di lantai yang dingin sambil memeluk lututnya. Anna tidak bisa memejamkan mata karena pikirannya masih selalu teringat dengan senyum Erza. Sekarang Anna tahu bahwa anaknya menjalani kehidupan yang mewah karena dia adalah anggota keluarga William, tetapi bagaimana dengan saudara lelakinya yang meninggal. Erza baru berusia tujuh tahun dan Anna sendirian selama bertahun-tahun. Kenangan menyakitkan tiga tahun yang lalu muncul di benak Anna. Setelah Anna meninggalkan tempat tinggalnya bersama kenangan Erza di rumah itu.
"Tidak... Jangan memikirkan itu sekarang" Anna memaksakan diri untuk mengubur kenangan menyakitkan itu di dalam hatinya lagi. Anna berdiri dan segera mandi sebelum keluar dari kamar mandi. Ketika Anna keluar dari kamar mandi, Anna mencari pakaiannya, tetapi semuanya robek.
"Bajingan itu" Gumam Anna, iya melihat lemari dan berjalan ke arahnya lalu membuka pintu.
"Hanya pakaian pria. Urghh... Kemeja dan celana" Anna menghela nafas dan mengambil kemeja hitam lalu memakainya dengan cepat. Anna melihat rok yang dia kenakan ada di sudut ruangan, dia melangkah lalu mengambilnya. Anna menghela nafasnya lega.
"Terima kasih tuhan, Tidak rusak" Anna memakainya dengan cepat dan meninggalkan ruangan itu. Anna tidak membawa ponsel atau dompetnya. Dan seingat Anna, iya meninggalkannya sebelum melarikan diri dari orang tua cabul itu. Hatinya sesak mengingat kejadian kemarin malam. Anna berjalan menuju kamar yang dipesan pria itu, dan memaksa Anna masuk. Anna melihat ke kamar tersebut, lalu masuk, namun tidak ada seorang pun di sana jadi Anna segera mencari dompet dan ponselnya. Dia menghela napas panjang saat melihat dompet dan ponsel miliknya. Anna segera mengambilnya dan meninggalkan ruangan itu. Anna tidak menyangka jika Mila akan mengkhianatinya dan mencoba menjual Anna kepada seorang lelaki tua.
"Bagaimana Mila bisa melakukan ini. Dia adalah satu-satunya temanku yang kumiliki selama bertahun-tahun ini. Aku datang ke sini karena dia. Aku tidak ingin berurusan dengan Mila lagi, dan aku akan membuatnya menyesal" Dengan pemikiran seperti itu Anna pergi ke rumah lamanya. Tempat Anna tinggal bersama saudaranya, Erza. Air mata mengalir saat Anna melihat rumah lama itu. Tidak ada yang berubah. Anna lantas mengeluarkan kunci dan membuka pintu. Dia masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Erza. Anna duduk di tempat tidur Erza dan membenamkan wajahnya di telapak tangan.
"Aku sangat merindukanmu. Maafkan aku sayang" Anna terisak keras dan membiarkan rasa sakitnya perlahan hilang. Tiba-tiba, Anna teringat catatan Erza. Erza telah menyebutkan seorang pria yang dia tunggu. Erza memiliki surat untuk pria itu di dalam buku catatannya tetapi Erza melarang Anna untuk membukanya. "Urghh... Dimana aku bisa menemukannya tanpa mengetahui namanya? " Guman Anna. Setelah beberapa waktu Anna pergi ke kamarnya dan berganti pakaian yang dia tinggalkan tiga tahun lalu. Setelah beberapa jam Anna meninggalkan rumah lamanya yang penuh dengan kenangan indah dan menyakitkan. Anna langsung pergi ke apartemen tempat dia tinggal sekarang.
- Ryan -
"Sial... Kenapa aku memperkosanya. Aku sangat kasar dan dia sampai menangis. Sial... Sejak kapan aku menjadi binatang sialan seperti yang dia katakan. Aku kehilangan kendali ketika mendengar dia memanggilku binatang buas dan monster yang tidak berperasaan. Dia bahkan menyebutku pembunuh. Kenapa begitu. Aku meninggalkannya bahkan tanpa memikirkannya. Sial... Bajunya juga robek karenaku" Guman Ryan saat berada di kantor. Tapi Ryan tidak bisa menghilangkan Anna dari pikirannya.
"Aku bahkan tidak bisa fokus pada pekerjaan apa pun. Apa yang sudah dia lakukan padaku. Spakah aku jatuh cinta padanya... Ya, aku jatuh cinta padanya sejak hari pertama aku melihatnya. Dia adalah wanita pertama yang memperlakukanku seperti itu, Dia bahkan menamparku dua kali dan memanggil namaku tanpa memikirkan resikonya. Dia bahkan tidak takut padaku, statusku dan kekuatan yang aku miliki di negara ini. Dia jelas tahu siapa aku, namun dia berteriak dan menamparku. Dia juga merobek cek yang aku berikan padanya" Ryan masih tak habis fikir dengan semua tindakan Anna. Ryan benar-benar terkejut dengan tindakan Anna dan Ryan tidak percaya jika Anna adalah wanita murahan seperti yang disebutkan nenek.
"Dia tidak peduli tentang uang dan meminta ku untuk mengembalikan bayinya. Aku masih tidak mengerti beberapa hal yang dia katakan padaku. Dia bilang aku mengancamnya. Ryan tidak mengerti dan tidak tahu. Dia bilang aku berhutang dua nyawa padanya" Fikiran Ryan berkecamuk, iya melamun di meja kerjanya.
"Ryan apa yang terjadi kemarin? " Ryan tersadar dari lamunanya karena suara Chris. Ryan menatap Chris yang sudah ada di depannya. Ryan bahkan tidak mendengar Chris masuk.
"Dari mana kamu menemukan wanita itu? " Tanya Ryan pada Chris saat itu Chris juga menatap Ryan dengan wajah terkejut.
"Apa... Aku tidak menemukan seorang wanita. Dan bagaimana bisa aku mengirim seorang wanita. Aku bahkan tidak tahu di mana kamu berada" Jawab Chris. Jantung Ryan seakan berhenti berdetak.
"Bukankah kamu yang mengirimnya. Jadi dia bukan pelacur? " Hati Ryan menegang karena teringat bagaimana dia memperlakukan Anna di pagi hari dan bahkan Ryan memanggil Anna pelacur. Ryan melihat jam dan saat itu waktu menunjukkan pukul 03.30 dini hari.
"Dia pasti sudah kembali kan... Sial" Ryan kembali dalam fikirannya. Ryan mendengar ponsel Chris berdering tapi dia tidak peduli karena pikirannya dipenuhi dengan wajah Anna yang sedang tertidur dan air mata yang disebabkan karena dirinya. Cara Anna mengatakan pada Ryan bahwa dia membenci Ryan. Ryan tidak ingin memikirkannya karena hatinya terasa sangat sakit.
"Dia kembali" Ryan mendengar suara Chris.
"Rulianna... Kakaknya Erza sudah kembali. Orang tua yang berbicara denganku hari itu. Dia yang menghubungiku" Ucap Chris. Jantung Ryan mulai berdetak kencang.
"Apakah dia kembali. Sudah tiga tahun? " Gumam Ryan. Ryan tidak mengerti mengapa dia tertarik pada saudara perempuan Erza dan dia sangat ingin tahu tentang Rulianna. Jauh di lubuk hati, Ryan selalu mengatakan bahwa saudara perempuan Erza adalah wanita yang sama dengan wanita yang secara tidak sengaja Ryan cintai, tetapi Ryan tahu itu tidak mungkin.
"Dimana dia? " Ryan bertanya pada Chris dan Chris menggelengkan kepalanya.
"Orang tua itu bilang dia melihatnya saat dia meninggalkan rumah" Jawab Chris. Ryan mendesah kecewa.
"Tidak masalah. Kita bisa menemukannya karena dia sudah kembali" Ryan mengangguk mendengar ucapan Chris.
"Aku pasti akan menemukannya dan mengambil apa yang Erza tinggalkan untukku" Batin Ryan sambil meraih ponselnya untuk menelepon Ezra dan ternyata 10 panggilan tak terjawab dari Ezra.
"Sial, aku lupa memeriksa ponselku" Gumam Ryan sambil segera menelepon kembali dan Ezra langsung menjawab telepon saat dering pertama.
"Sayang..." Ryan berbicara tetapi dipotong oleh suaranya yang kekanak-kanakan yang terdengar marah.
"Tidak Daddy. Kamu pembohong. Kamu tidak pulang tadi malam" Ucap Ezra dari seberang telepon. Ryan menghela nafas.
"Sial... Bagaimana aku membujuk anak ini sekarang? "Batin Ryan.
"Daddy sibuk dan banyak pekerjaan Ezra. Daddy minta maaf ya. Nanti Daddy akan membelikan banyak coklat untukmu" Ryan berbohong pada putranya.
"Urghh Anak ini membuatku sulit seperti ibunya" Ryan berkata dalam hati.
"Kamu berbohong Daddy tapi tidak apa-apa. Kamu pulang lebih awal dan membawa satu tas besar coklat" Setelah itu Ezra langsung menutup teleponnya.
"Urghh. Anak ini..." Lalu Ryan memanggil Chris.
"Chris... Urusin pekerjaanku, aku mau pulang" Ryan bangkit dan pergi karena ingin segera melihat anaknya.
"Baiklah" Ryan mendengar Chris berteriak kesal. Ryan ingin memberi tahu anaknya bahwa ibunya telah kembali. Tapi tidak dapat melakukannya karena Ryan masih belum yakin dengan karakter Ezra. Ezra selalu menginginkan ibunya, tetapi dia tidak menunjukkannya. Namun Ryan tahu hal itu. karena ketika Ryan seusia Ezra, dia juga menginginkan ibunya. Jadi Ryan tidak ingin anaknya tumbuh tanpa ibunya. Rasanya seperti ada bagian yang hilang dari jiwa kita. Ryan tahu perasaan itu dengan sangat baik karena dia juga tumbuh tanpa ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
sendiri lagi...semangat ya thor💪💪💪😍
2022-01-21
0