"Kak Anna apakah kamu baik-baik saja? " Anna mendengar suara adiknya, Erza. Anna ingin menangis karena dia tidak akan pernah baik-baik saja tanpa adiknya. Anna tidak punya uang untuk biaya pengobatan Erza.
"Aku baik-baik saja sayang. Kamu mau makan apa? " Tanya Anna padanya saat adiknya datang dan memeluk dirinya.
"Aku mau roti dengan keju kak Anna" Anna menunduk menatap tubuhnya yang kecil, hatinya terasa sesak, bagaimanapun Anna harus menyelamatkan Erza. Anna menyayanginya dan bahkan tidak bisa memikirkan suatu hari tanpanya. Anna tersenyum pada Erza dan mengangguk sebelum pergi ke dapur.
Setelah sarapan Anna pergi ke rumah sakit dengan Erza. Ketika Anna memasuki rumah sakit dia melihat dokter Peterson. Dia adalah orang yang merawat dan membantu segala sesuatu tentang Erza.
"Selamat pagi kecil" sapa dokter Peterson sambil tersenyum dan Erza terkikik bahagia karena dia sangat menyukai dokter Peterson.
"Selamat pagi Pete" canda Erza sambil berlari ke arah dokter. Kemudian sang dokter menggendong Erza dan mengangguk pada Anna sebelum pergi ke bangsal Erza. Setelah beberapa waktu dokter Peterson datang lagi.
"Rulianna, bisakah aku berbicara denganmu sebentar? " Dokter bertanya dan Anna mengangguk, tetapi ini adalah hal yang paling Anna takut. Anna tidak tahu apa yang ingin dikatakan dokter, tetapi iya tahu itu semua tentang kesehatan Erza. Mungkin beritanya akan baik atau buruk, Anna takut.
"Kesehatan Erza semakin buruk. Kita harus melakukan operasi secepatnya" Hati Anna hancur berkeping-keping saat mendengar ucapan dokter. Tak sengaja air mata menggenang di pelupuk matanya.
"Mengapa ini terjadi pada kita? " Batin Anna.
"Rulianna, aku tahu kamu punya masalah keuangan. Maafkan aku" Dokter Peterson menepuk punda Anna. Anna menghela nafas karena apa pun yang terjadi, Anna akan mencari uang untuk operasi adiknya dan membuatnya keadaan Erza lebih baik.
"Dokter, aku akan mencari uang" Kata Anna sambil menyeka air matanya.
“Kamu punya waktu maksimal sepuluh bulan. Akan sangat bagus jika kamu bisa segera mendapatkannya” Anna mengangguk dan memandang Erza melalui dinding kaca, terlihat Erza yang tersenyum pada seorang perawat sambil mengobrol.
"Aku tidak bisa membiarkan apapun terjadi padanya karena dia satu-satunya keluarga yang kumiliki" Gumam Anna.
"Erza harus tinggal di rumah sakit mulai hari ini dan seterusnya" Anna masih menatap Erza. Dia sangat imut dan dia akan menjadi pria tampan di masa depan, jadi sebagai saudara perempuannya aku harus melindunginya.
"Baiklah dokter" Setelah itu Anna masuk ke bangsal Erza.
"Apakah aku sekarat kak Anna?" Tanya Erza. Anna memaksakan air matanya kembali karena tidak ingin menangis di depan adiknya. Anna tersenyum paksa dan membawa Erza ke pangkuannya, saat itu Anna mulai membelai rambut cokelat gelap Erza yang halus.
"Tidak. Kamu akan segera sembuh dalam waktu dekat" Anna mencium kepala Erza dan meletakkan dagunya di kepala Erza.
"Itu bagus, semoga saja" Erza mulai tertawa. Anna mengatupkan rahang, karena tidak ingin menangis. Hatinya sakit dan rasanya seperti ada yang meremas jantungnya begitu erat.
"Aku sangat menyayangimu Erza" Kata Anna sambil mencium pipi kecilnya.
"Aku juga sangat menyayangimu kak Anna" Lalu Erza mencium kening Anna. Anna menggigit bibir bawah begitu keras karena rasa sakit yang dirasakan di hatinya, tak ada rasa sakit yang bisa menandingi rasa sakit di hatinya saat ini.
"Erza, kamu harus tinggal di sini selama beberapa bulan. Tidak apa-apa sayang? " Tanya Anna dan Erza mengangguk dengan senyum bahagia.
"Aku akan bermain dengan Peter sepanjang hari" Kata Erza sambil melompat. Anna tersenyum padanya dan berdiri untuk pergi.
"Tapi kak Anna akan datang menemuiku setiap hari kan? " Erza cemberut sambil menggigit bibir kecilnya.
"Ya. Kakak akan kesini setiap hari" Ucap Anna. Setelah itu Anna meninggalkan rumah sakit dan pulang.
Anna harus pergi ke kampus, tetapi pikirannya kacau jadi dia mengurungkan niatnya dan langsung pulang kerumah. Setelah pulang, Anna merebahkan diri ke tempat tidur dan mulai menangis karena lelah dan takut tentang hidup Erza.
Setelah puas menangis Anna pergi ke kamar mandi, mencuci muka dan berganti baju. Sesaat kemudian terdengar pintu diketuk dan Anna pun melangkah untuk membuka pintu. Saat membuka pintu, terlihat bibi Lisa.
"Rulianna, kamu menangis. Iya kan? " Tanya bibi Lisa, Anna hanya bisa tersenyum paksa.
"Apa yang terjadi? " Tanya Bibi Lisa. Anna memberi tahu semua yang dirasakan dan tentang ketidakberdayaannya. Bibi menghela nafas panjang dan menarik Anna ke pelukan hangatnya. Bibi benar-benar seperti seorang ibu, selalu merawat Anna dan Erza. Tapi sekarang dia semakin tua dan Anna tidak bisa membebani dengan kehidupannya.
"Ruli, aku minta maaf karena harus memberitahumu tentang ini, tetapi aku tidak bisa tinggal diam tanpa memberi tahumu, aku juga tidak punya banyak uang" Bibi berkata sambil menghela nafas kasar, Anna tidak peduli tentang apa pun dan yang dibutuhkan Anna hanyalah uang. Anna ingin membayar operasi Erza sesegera mungkin.
"Katakan padaku bibi Lisa, saat ini aku akan melakukan apa saja untuk nyawa adikku. Bahkan jika aku harus menjual tubuhku" Kata Anna sambil membawa tangan bibi dan meletakkannya di dadanya.
"Aku tidak tahu Ruli tapi aku akan memberitahumu dan kamu yang akan membuat keputusan" Anna mengangguk padanya dengan cepat dan dia menghela nafas.
“Keluarga kaya sedang mencari rahim sewaan. Mereka ingin memiliki ahli waris sesegera mungkin dan mereka akan membayar 100.000.000 untuk seorang rahim bayaran" Bibi berkata dan menatap mata Anna. Hati Anna menegang, iyapun menunduk.
"Seorang rahim sewaan? Jadi apakah aku harus melahirkan bayi untuk pria tak kukenal? " Batin Anna.
"Bagaimana kondisi mereka bibi? " Anna bertanya. Dia menatap wajah bibi Lisa dan Anna tahu bibi sedih, sebenarnya bibi tidak ingin melihat Anna seperti itu. Dia adalah wanita yang mengajari Anna untuk bersabar sampai takdir berkata aku datang, hidup kita akan bahagia.
"Kamu memiliki semua yang mereka butuhkan. Kecantikan, kecerdasan, dan keperawanan. Dan kamu memiliki hal-hal di luar yang mereka harapkan" Anna memejamkan mata dan memikirkannya berulang kali.
"Jadi aku harus memberikan keperawananku? Tidak apa-apa semuanya akan baik-baik saja dan aku melakukan ini untuk adikku. Hanya melahirkan kehidupan baru, dan untuk menyelamatkan banyak pihak" Batin Anna.
"Aku setuju. Aku akan menjadi rahim sewaan mereka, tapi tolong jangan biarkan Erza tahu semua tentang ini" Kata Anna sambil tersenyum pada bibi Lisa. Anna melihat bibi terluka dari raut wajahnya, tapi dia mengangguk pada Anna dan tersenyum memaksa. Dia sangat peduli pada Anna dan Anna akan selalu berterima kasih padanya.
"Aku akan memberi tahu mereka dan akan segera membawamu ke sana" Anna mengangguk, bibi Lisapun bangkit dan pergi. Anna menghela nafas dan menatap langit-langit.
"Apakah ini yang akan terjadi pada hidup kita ibu? Aku kehilangan orang tuaku, dan sekarang aku akan menderita karena kehilangan itu. Urgh. Semuanya akan baik-baik saja selama Erza aman dan sehat" Pikir Anna.
Ryan
"Ryan, kapan kamu akan memberi kami cucu yang hebat. Kami sudah tua, dan semakin dekat dengan kematian kami? " Tanya Nenek Ryan.
"Urgh... Kapan aku bisa tidur nyenyak. Mengapa mereka menginginkan cucu yang hebat. Mereka sudah memiliki seorang cucu" Batin Ryan.
"Aku tidak mau nenek. Aku belum siap punya anak" kata Ryan sambil bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah neneknya.
"Apakah kamu akan mati dengan kesendirianmu. Semua orang tahu Ryan, mereka mengira kamu gay" Teriak nenekku sambil memukul dada Ryan dengan keras.
"Aduh nenek sakit" Kata Ryan, nenek menyeringai padanya dan mulai menangis dengan suara keras. "Ratu drama urghh" Gumam Ryan. Setelahnya, kakek dan ayah masuk masuk ke kamar Ryan, mereka mengerutkan kening ke arah Ryan.
"Lihat, aku hanya meminta cicit tapi dia meneriakiku" Isak nenek sambil memeluk ayah Ryan. Ryan menghela nafas dan menatap mereka.
"Ryan, Lakukan permintaan terakhir kami sayang... Kami ingin melihat pangeran kecil atau putri kecil sebelum kami mati" Kakek Ryan yang mulai bertindak kali ini.
"Aku tidak punya wanita jadi bagaimana aku akan punya bayi. Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Kakek tahu itu kan? " Ryan berkata. Dan mereka ingin Ryan menyerah pada keinginan terakhir mereka.
"Baiklah kamu menikah dengan Lidia. Dia akan melahirkan bayimu" Ucap nenek.
"Apa-apaan ini, Lidia... Pelacur licik dan menjijikkan itu" Batin Ryan.
"Tidak. Bukan dia. Aku tidak suka wanita seperti dia dan dia sudah tidur dengan laki-laki setiap hari" Ryan mengeluarkan rasa jijik dan menatap nenek. Wajahnya juga ditutupi dengan jijik.
"Baiklah kalau begitu, apakah kamu memiliki seseorang yang kamu sukai? " Tanya Nenek.
"Mengapa mereka tidak bisa mengerti aku? " Ryan memutar bola matanya. "Jika aku memiliki seorang wanita yang aku sukai, aku pasti sudah menidurinya berkali-kali dan membuatnya hamil" Pikir Ryan.
"TIDAK... Aku tidak suka wanita mana pun" Kata Ryan dan memalingkan muka dari arah mereka.
"Ya Tuhan! Anakku yang malang, Apakah dia gay, Apakah rumor itu benar? " Ryan mendengar suara rendah neneknya.
"Aku juga bukan gay" Kata Ryan sambil menatap neneknya lagi. Dia menghela nafas.
"Baiklah kalau begitu berikan kami bayi, aku akan memilihkan wanita untukmu dengan baik. kecantikan, kecerdasan dan terutama dengan keperawanan" Jantung Ryan mulai berdetak kencang saat neneknya mengatakan itu.
"Kenapa begitu. Apa-apaan ini? " Ucap Ryan dalam hati.
"Aku.. Aku..." Sebelum Ryan bisa menyelesaikan apa yang ingin dia katakan, nenek memotong ucapannya.
"Tidak perlu jawabanmu dan bersiaplah" Setelah mengatakan itu, kakek dan nenek meninggalkan kamar Ryan.
TBC
Setelah mereka pergi, Ryan menatap ayahnya yang masih berdiri di depannya sambil menatap Ryan dengan senyum yang dipaksakan.
"Ayah..." Kata Ryan sambil menghela nafas.
"Keinginan nenekmu adalah melihat cicit sebelum dia meninggal jadi lakukanlah. Ayah tahu apa yang kamu rasakan saat ini. Maafkan ayah nak" Ayah menatap Ryan dengan wajah sedih dan berjalan meninggalkan ruangan.
"Persetan dengan semuanya" Umpat Ryan. Kemudian Ryan mulai bersiap-siap pergi ke kantor. Ryan terlambat karena drama dari Neneknya. Ketika Ryan keluar dari rumahnya, sopir Ryan datang dan menyapa. Ryan mengangguk padanya.
"Tuan, mobil apa yang ingin Anda gunakan hari ini? " Sopir tersebut bertanya. Ryan sangat membenci ini. Mengapa sopir ini tidak memilih salah satu mobil dan membawanya langsung.
"Mobil yang selalu ku gunakan dan ingat itu adalah mobil Rolls Royce Ghost. Jika kamu menanyakan pertanyaan ini lagi kepadaku, aku akan memotong lidahmu" Sopir tersebut menatap Ryan dengan tatapan ketakutan dan mengangguk.
"Apa-apaan ekspresinya. Aku hanya bercanda" Fikir Ryan.
Ryan sangat banyak pekerjaan hari ini dan saat sedang membaca beberapa dokumen, sopirnya tiba-tiba menghentikan mobil.
“Tuan, seorang wanita tua sedang menyeberang jalan” Kata sopir tersebut. Ketika Ryan melihat ke jalan dan melihat seorang wanita tua sedang menyeberang jalan. Ryan mengangguk pada sopirnya dan melihat ke luar jendela lagi. Dia melihat sesuatu yang membuat jantungnya berdebar kencang. Seorang wanita. Dia berjalan keluar dari rumah sakit dan menyeka matanya.
"Menangiskah dia? " Ucap Ryan dalam hati. Lalu wanita itu tiba-tiba melihat ke arah Ryan. Ryan merasa wanita itu sedang melihatnya, tapi Ryan tahu dia tidak bisa melihat kedalam karena jendela mobilnya gelap. Setelah beberapa detik, wanita itu membuang muka dan pergi.
"Dia sangat cantik. Cara dia melihat ke arahku adalah... Sial... Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Dia memiliki rambut cokelat muda sepanjang pinggang dan mata berwarna abu-abu. Kenapa aku merasa seperti ini tiba-tiba. ****? " Batin Ryan, iya memaksakan diri untuk melupakan perasaan itu saat mobil mulai bergerak maju.
Setelah beberapa menit Ryan masuk ke kantor, melepas jas dan melemparkanya. Ryan kembali menengok ke belakang dan melihat jas itu mendarat di lantai. Ryan menghela nafas dan kembali mengambil jasnya lalu meletakkannya di sofa. Tiba-tiba seorang wanita datang ke ruangan Ryan.
"Beraninya dia datang keruanganku? " Batin Ryan. "Siapa yang menyuruhmu ke sini? " Ryan bertanya dengan nada dingin.
"Presdir. Saya datang ke sini untuk menanyakan apakah Anda menginginkan sesuatu? " Tanya wanita tersebut.
"Apa sih, dia tersenyum menggoda. Ha... apakah dia datang untuk merayuku? " Kata Ryan dalam Hati.
"Aku ingin kamu menjauh dari pandanganku dan mulai detik ini, kamu dipecat" ucap Ryan, dan saat dia melihat wanita tersebut, wajahnya terlihat terkejut.
"Pres... Presdir" Ucapnya dengan terbata-bata.
"Kenapa dia menunjukkan wajahnya yang menyedihkan, Huff" Kesal Ryan dalam hati.
"Dasar" Teriak Ryan saat wanita tersebut berlari keluar dari ruangan Ryan sambil menyeka air matanya.
"Dia pantas mendapatkannya" Gumam Ryan, Kemudian Dia duduk di kursi kebesarannya dan mulai membaca dokumen. Tiba-tiba saja, wanita pemilik mata abu-abu itu muncul di pikiran Ryan.
"Sial, apakah dia menggunakan mantra pelet untukku... ****... Ini pertama kalinya untukku" Ucap Ryan sendiri.
"Yoo Ryan..." Ryan mendengar suara mendekatinya. Sungguh menyebalkan saat Ryan melihat ke sumber suara.
"Apa? " Ryan bertanya pada Chris.
"Datang untuk menemuimulah, apa lagi" Kata Chris sambil duduk di sofa.
"Urgh, Katakan apa yang kamu inginkan kali ini" Ryan menghela nafas dan menatap Chris. Ryan hanya ingin meninju wajahnya, tapi dia sepupu sekaligus sahabat Ryan.
"Ada seorang gadis di bidang IT, Bolehkah aku membawanya bersamaku. Dia juga setuju" Ucap Chris.
"Aku tahu itu, aku sangat tahu itu. Baj*ng*n mesum si*lan" Batin Ryan.
"Berapa banyak wanita yang kamu selingkuhi di perusahaan ini. Maksud ku di perusahaan ini. Tidak di perusahaanku yang lain" Tanya Ryan sambil melemparkan pena yang dia pegang pada Crish.
"Dengan yang ini aku pikir hanya lima belas" Jawab Chris. Ryan menatap Chris, dia berbicara seolah-olah itu bukan apa-apa.
"Persetan" Ryan mulai terbakar emosi dan Chris dengan cepat berdiri.
"Selamat siang bro, dia benar-benar punya payudara yang bagus" Setelah berkata itu Chris berlari keluar dari ruangan Ryan sebelum Ryan sempat mengambil tindakan. Ryan melanjutkan pekerjaannya kembali.
Akhirnya setelah hari yang panjang Ryan pulang malam. Setelah mandi, Ryan segera mengganti pakaiannya dengan celana boxer dan kaos. Kemudian Ryan turun bergabung untuk makan malam. Karena semua orang harus berkumpul saat makan malam, tidak peduli sedang apa mereka. Ini adalah aturan. Saat Ryan memasuki ruang makan, Ryan melihat nenek yang sedang tersenyum dan mengobrol dengan kakek. Iya melangkah dan duduk di kursi, nenek menatapnya.
"Ryan, nenek sudah menemukan seorang gadis untukmu. Dia akan menjadi Rahim bayaranmu. Dia memiliki kualitas yang baik " Ucap Nenek, Ryan tidak mengatakan apa-apa hanya mendengarkan, karena Ryan tahu dirinya tidak akan bisa lepas dari hal ini.
"Sebelumnya kita harus memastikan dia benar-benar sehat, karena itu penting untuk kesehatan bayinya juga. Jadi, setelah dia tahu akan menjadi sewaanmu dan dia memiliki kualitas yang baik yang sama denganmu" Ucap nenek.
"Setelah dia melahirkan bayinya, kami mengambil bayi itu darinya dan dia tidak akan pernah melihat bayinya setelah itu, Itu saja" Lanjut nenek. Nenek terus bicara, namun Ryan merasakan sakit dan kesedihan di dadanya. Jadi bayi Ryan juga tidak akan memiliki ibu seperti Ryan. Ryan menatap ayahnya dan melihat sesuatu yang aneh di wajahnya. Apakah dia sedih? Apakah dia tahu di mana ibunya? Atau apakah ibunya juga seorang wanita yang menjadi rahim bayaran yang dipilih nenek untuknya.
Tiba-tiba, ayah menatap Ryan, dia mengubah ekspresi wajahnya menjadi normal. Dia tersenyum kecil dan menatap nenek.
"Bu berapa umurnya? " Ayah bertanya dan Ryan juga melihat nenek.
"Dua puluh" Kata nenek sambil mulai memakan makanannya.
"Dua puluh, Empat tahun lebih muda dariku" Gumam Ryan. "Urghh... Aku tidak tahu wanita seperti apa dia dan mengapa dia setuju menjadi rahim bayaran untuk pria yang tidak pernah dia kenal" Batin Ryan, tetapi kemudian Ryan ingat bahwa uang dapat membeli apa saja. Ryan tersenyum akan hal itu dan mulai melanjutkan makan malam.
"Tapi sebelumnya nenek sudah akan menikahkan kalian berdua secara siri. Lakukanlah dengan baik. Besok pagi adalah waktu yang tepat. Ryan pun menyetujui hal itu.
Pagi yang di janjikan oleh nenek Ryan pun telah tiba. Dan Ryan pun telah siap untuk melaksanakan apa yang neneknya katakan. Tanpa di ketahui oleh gadis itu, Ryan menikahinya berbekal wali hakim dan saksi dari KUA.
Rulianna
Sudah dua minggu sejak Anna datang ke mansion besar ini, Anna tidak bisa melihat Erza. Karena orang-orang ini tidak akan membiarkan Anna keluar dari rumah. Mereka memberi Anna makanan bergizi setiap hari.
Anna sedang duduk di depan sebuah jendela besar. Iya melihat ke langit yang mulai gelap dan mungkin hujan badai yang lebat akan segera datang. Anna menghela nafas dan tersenyum karena apapun yang terjadi padanya, Anna akan tetap berusaha menyelamatkan nyawa Erza. Tiba-tiba Anna mendengar seseorang masuk ke kamar.
"Tuan muda akan datang malam ini. Bersiaplah dan kamu akan memiliki setengah dari jumlah uangmu besok" Kata seorang wanita tua, dia adalah orang yang merawat Anna selama dua minggu ini. Dia satu-satunya yang tinggal di rumah mewah ini dan Anna tidak tahu kekayaan seperti apa yang dimiliki pemilik rumah ini. Anna yakin dia adalah tuan muda yang baru saja dia ceritakan padanya.
"Gak dapat semuanya? soalnya akan segera digunakan" Anna mau membayar biaya operasi Erza sesegera mungkin karena itu akan membuatnya hidup. Tetapi kekecewaan yang dia dapatkan, wanita tersebut menggelengkan kepalanya.
"Kamu akan mendapatkan sisa uangmu setelah kamu melahirkan bayi itu" Jawabnya. Hati Anna menegang.
"Apakah aku harus menunggu selama sembilan bulan? " Batinnya. Lalu Anna mengangguk saat wanita itu meninggalkan ruangan. Anna menghela nafas dan bangkit, pergi ke kamar mandi. Anna takut. Anna memutuskan untuk menghadapi ini tapi tetap saja dia takut. Anna tidak tahu pria macam apa dia dan juga usianya. Mungkin seorang lelaki tua. Anna merasa jijik tetapi Anna melepaskan pikiran itu ketika dia kembali memikirkan Erza.
"Aku melakukan ini untuk Erza. Jadilah kuat" Anna berbicara pada diri sendiri dan mengingat senyum manis Erza yang indah. Senyum itu membuatnya rileks, Anna menghela nafas dan mulai mandi. Saat Anna keluar dari kamar mandi, dia melihat jam dan sudah jam 8.20 malam.
"Aduh, Berapa jam yang ku habiskan di kamar mandi? " Dengan itu Anna memakai baju tidur yang berikan kepadanya dan melihat ke luar jendela dan saat itu hujan deras disertai petir dan kilat. Saat itu juga, wanita tua itu kembali masuk ke kamar.
"Makanlah sup ini dengan cepat" Wanita itu berkata dan Anna memakannya.
"Tuan muda akan datang dalam beberapa menit" Wanita itu berkata, seketika jantung Anna mulai berdetak sangat cepat dan dia merasa takut.
"A... apa yang kamu lakukan? " Anna bertanya karena wanita tua itu mengambil dua tali satin panjang dan dia mulai mengikat tangan Anna.
"Kamu tidak boleh melihat tuan muda dan tidak bisa menyentuhnya juga" Jawabnya, setelah itu dia juga menutup mata Anna.
"Apa-apaan ini, Tuan muda macam apa dia? " Gumam Anna.
"Menurutlah dan lakukan apa pun yang dia minta" Ucap wanita itu lagi.
TBC.
Anna pikir dirinya sudah siap dan Anna tahu hari ini akan segera datang, tetapi dia takut. Anna bahkan tidak bisa melihat apa-apa karena matanya ditutupi dengan tali satin panjang dan juga tangannya diikat. Yang paling menakutkan adalah hujan dan guntur deras.
Setelah beberapa waktu Anna mendengar langkah kaki seseorang datang ke arahnya, dan Anna tahu dia adalah orang yang akan mengambil keperawanannya. Anna mendengar Baju orang tersebut mengeluarkan suara. Anna tahu lelaki itu sedang menatapnya dan bisa merasakan tatapan orang tersebut membara pada dirinya. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan ketakutan hati Anna saat ini. Anna mulai menggigit bibir bawahnya karena ingin menenangkan hati. Anna merasakan saat lelaki itu mendatangi dan naik ke atasnya, saat dia menempatkan dirinya di atas tubuh Anna. Anna bisa merasakan aroma tubuh lelaki itu, yang membuat jantungnya berdebar kencang. Aroma parfum yang sangat mahal. Anna ditarik, ketika Lelaki itu mulai melepas baju tidurnya. Tubuh Anna mulai gemetar karena takut, Iya mencengkeram sprei dengan erat.
"Takut? " Lelaki itu bertanya dengan suara serak di telinga Anna.
"Sial... dia bukan orang tua" Batin Anna. Suaranya terdengar masih muda, tapi itu tidak mengurangi rasa takut Anna.
“Tolong... bisakah anda melepas penutup mata ini tuan? ” tanya Anna saat mendengar suaranya lagi.
"Tidak. Kamu tidak boleh melihatku" Kata lelaki itu lalu membuka kaki Anna sambil menempatkan dirinya di antara kaki Anna. Lelaki itu membuat Anna tak bisa menggerakkan tubuhnya, setelahnya Anna merasakan sakit yang menusuk di antara kedua kakinya. Dan akhirnya hal itu terjadi. Anna menggigit bibir bawahnya begitu keras karena tidak ingin mengeluarkan suara apapun. Dia menunggu beberapa detik dan air mata keluar dari matanya saat Ryan mulai bergerak.
"Sakit... Bolehkah aku menyentuhmu Tuan. Sakit" Anna mendapati dirinya menangis, lelaki itu melepaskan ikatan tangannya.
"Tentu saja" Tanpa pikir panjang Anna memeluk lelaki itu begitu erat dan membenamkan wajahnya di leher Ryan. Aromanya yang kuat memenuhi hidung dan tanpa alasan Anna sangat menyukainya. Tiba-tiba, lelaki itu mulai bergerak cepat, Anna ingin berteriak tapi ditahan, Anna menggigit bibir bawah begitu keras. Anna merasa seperti wanita murahan yang menjual tubuhnya sendiri demi uang tetapi dia harus kuat karena iya memberikan dirinya untuk menyelamatkan hidup saudaranya.
Sesaat kemudian lelaki itu dengan lembut menyentuh tubuh Anna dan mencium kepalanya. Anna terkejut dan jantungnya juga mulai berdetak lebih kencang. Anna melepaskan tangannya dari leher lelaki itu dan berbaring karena lelah.
"Jangan gigit bibirmu. Sudah berdarah" Anna mendengar suara lelaki itu, napasnya yang terdengar berat. Anna mengangguk padanya karena bibi Zeni menyuruhnya untuk patuh. Anna mendengar lelaki itu terkekeh dan tiba-tiba mencium Anna.
"Apa... Aku tidak pernah berharap dia menciumku dan itu adalah ciuman pertamaku" Detak jantung Anna berpacu, tidak menyangka Ryan akan menciumnya. Itu adalah ciuman yang lembut, tanpa sengaja tangan Anna melingkari leher Ryan dan menariknya lebih dekat, saat itu Ryan mendorong lidahnya ke dalam mulut Anna, mengabsen setiap deretan gigi Anna. Kemudian ciumannya perlahan pindah ke leher dan lalu ke bawah. Ini adalah malam yang sangat panjang bagi Anna.
Cahaya matahari menerobos lewat jendela. Saat Anna bangun dan tidak ada seorang pun di kamar. Anna bangkit dari tempat tidur dan melihat bercak darah di atas sprei.
"Kesucianku telah hilang. Aku hanya ingin memberikannya kepada orang yang aku cintai, tetapi aku harus memberikannya kepada pria yang tidak pernah ku kenal" Anna menghela nafas dan melangkah, Tiba-tiba Anna berteriak tanpa sengaja.
"Ahhh" Anna terjatuh dan tanpa sadar air matanya menetes. Rasa yang benar-benar sakit di antara kedua kakinya. Pria itu seperti binatang buas dengan stamina yang tinggi.
"Berapa kali dia melakukan itu. Aku bahkan tidak tahu, syukurlah aku tertidur" Gumam Anna.
"Apa yang terjadi? " Anna tiba-tiba mendengar suara bibi Zeni. Bibi Zeni menatapnya. Matanya menjelajahi tubuh Anna. Anna merasakan malu karena tatapan wanita tua itu.
"A... Aku jatuh" Anna berbicara dan mencoba untuk bangun tapi tidak bisa.
"Untuk pertama kali memang terasa sakit, apalagi Tuan Muda tidak lembut saat melakukannya" Anna menunduk, entah harus menanggapi bagaimana. Wanita itu mendekat dan membantu Anna untuk bangun dan ke kamar mandi. Setelah wanita itu pergi, Anna melihat dirinya sendiri melalui cermin kamar mandi dan melihat tubuhnya penuh ****** serta rambut acak-acakan. Anna memaksakan diri untuk tersenyum karena dia melakukan ini untuk adiknya. Anna mandi dan setelah selesai iya keluar. Anna ingin melihat Erza sesegera mungkin, karena dia tidak bisa melihatnya selama dua minggu ini. Anna mengganti pakaiannya dengan rok pendek hitam dan keluar dari kamar. Iya meminta izin kepada wanita itu. Tetapi saat keluar, Anna terkejut, ternyata wanita itu juga ada di depan kamar.
"Bolehkah aku pergi menemui saudaraku? " Anna bertanya pada wanita itu sambil mengangguk.
"Aku akan ikut denganmu dan nyonya besar memintaku untuk memberikan ini padamu" Kata wanita itu sambil memberikan amplop. Anna mengambil amplop itu dan membukanya. Dia merasa senang karena mereka memberi uang seperti yang mereka katakan kepadanya. Sekarang Anna dapat membayar operasi Erza dan meminta mereka untuk segera melakukan operasi, Anna akan membayar sisanya setelah iya mendapatkannya.
"Oke" Setelah itu Anna pergi bersama wanita itu. Anna segera datang ke rumah sakit dan pergi ke bangsal Erza, namun Erza terlihat sedang tidur. Jadi Anna beranjak pergi untuk berbicara dengan dokter dan membayar biaya oprasi.
"Tapi kita tidak bisa melakukan operasi sebelum pembayaran lunas" Ucap salah satu karyawan rumah sakit.
"Apa... Mengapa? " Anna bertanya dengan kecewa, merasa seluruh dunianya runtuh dalam hitungan detik.
"Itu aturan nona. Maaf" Setelah itu karyawan itu pergi begitu saja.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang. Mengapa ini terjadi padaku. Bagaimana aku bisa menyelamatkan Erza sekarang? " Gumam Anna.
"Bibi, bisakah saya mendapatkan setengah dari uang itu sekarang. Tolong... Saya sangat membutuhkannya. Adik saya membutuhkannya, Tolong" Anna menyeka air mata yang keluar saat dia berbicara. Anna menginginkan uang dan sebab itulah mengapa Dia menjual tubuhnya kepada orang asing. Anna melihat wanita di depannya dengan perasaan sedih.
"Aku tidak bisa karena nyonya besar memintaku untuk tidak memberikannya sebelum kamu melahirkan" Bibi Zeni berbicara sambil memalingkan muka dari Anna.
"Aku akan berbicara dengannya. Tolong. Aku mohon. Aku sangat membutuhkan ini" pinta Anna padanya. Wanita itu menghela nafas, lalu menghubungi nyonya besar dan bertanya. Anna tidak bisa mendengar apa yang dia katakan. Terlihat wanita itu mengangguk dan menutup telepon.
"Maaf. Nyonya besar tidak setuju" Anna menatapnya dengan tidak percaya.
"Apa... Nyonya besar... Apakah dia tidak berperasaan. Aku membutukannya untuk saudaraku" Batin Anna
"Kenapa. Tolong. Aku mohon. Adikku... Dia masih anak kecil. Baru berusia tujuh tahun. Dia tidak boleh mati. Terlalu dini untuk meninggalkan dunia ini. Tolong. Biarkan aku berbicara dengannya" Anna menangis. Dia tidak peduli tentang apa pun, yang Anna inginkan hanya menyelamatkan Erza, itu saja.
"Kamu tidak boleh menangis seperti ini. Itu akan mempengaruhi kesehatanmu" Ucap bibi Zeni.
"Ha... Kesehatanku. Apa hanya karena aku tidur dengan tuan muda dan akan langsung hamil. Tunggu tuan muda... Aku harus bertanya padanya" Ucap Anna kepada wanita disampingnya.
"Saya ingin berbicara dengan tuan mudamu. Biarkan saya berbicara dengannya" Anna bertanya sambil mengguncang tubuh wanita itu.
"Kamu pikir tuan muda punya waktu untuk mendengarkanmu. Dia punya pekerjaan dan selalu sibuk. Sudahlah ayo pulang" Setelah itu bibi Zeni meraih tangan Anna, tapi Anna menepis tangannya dan pergi ke bangsal Erza.
Anna masuk dan melihat Erza masih tidur. Anna tidak bisa menahan air mata saat melihatnya. Anna mencium kening Erza, lalu mengambil buku catatan serta penanya untuk menulis bahwa Anna mencintainya dan dia akan segera mengunjunginya.
Setelah itu, Anna meninggalkan rumah sakit dengan satu harapan, Anna akan menunggu tuan muda.
"Dia akan datang malam ini, jadi aku akan berbicara padanya. Aku akan membuatnya setuju untuk memberikan separuh uang itu" Batin Anna
Anna menunggu, menunggu sepanjang malam tapi tuan muda tidak juga datang.
"Mengapa dia tidak datang. Aku hanya bingung karena hamil itu tidak bisa terjadi dalam satu kali melakukan kan? " guman Anna.
"Mungkin dia akan datang besok, lalu aku akan bertanya padanya. Aku tahu dia akan setuju karena aku merasa dia berperasaan dan aku tidak berpikir ayah dari bayiku akan menjadi pria yang tidak berperasaan" Ana mencoba menghilangkan rasa kesalnya.
Waktu berlalu dan sudah tiga bulan Anna menunggunya. Anna mendapatkan hasil pemeriksaan sebulan yang lalu dan saat ini Anna sudah hamil selama dua bulan.
"Jadi dia membuatku hamil malam itu? " Gumam Anna. Dia menghela nafas dan meletakkan tangannya di perut, karena ada kehidupan yang tumbuh di dalam perutnya.
"Baby, kita akan menunggu ayahmu, Karena paman kecilmu harus segera dioperasi" Anna tersenyum saat mengusap perutnya. Anna merasa senang karena akan menjadi seorang ibu. Anna berbalik saat wanita itu, yang bernama bibi Zeni masuk ke kamar. Dia memegang sepiring besar buah-buahan dan yang menarik perhatian Anna adalah pepaya. Tiba-tiba Anna ingin muntah. Perasaan jijik menjalari tubuhnya. Ada apa ini. Anna makan pepaya sebelumnya. Kenapa sekarang. Anna berlari ke kamar mandi dan muntah. Setelah selesai, iya keluar dan melihat bibi Zeni masih di kamar. Anna melihat buah anggur di piring. Dia segera berjalan maju dan meraihnya dan mulai memakan anggur tersebut dengan lahab. Terasa enak sekali anggurnya.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!