Masa Lalu

Aku membuka mataku. 'Sudah pagi.' gumamku dalam hati. Aku lalu memandang ke sampingku, tampak suamiku masih tertidur begitu lelap. Aku lalu menyunggingkan sedikit senyuman lalu mendekatinya.

"Selamat pagi suamiku." bisikku ditelinganya.

"Apa-apaan kamu." jawab Om Fadil, raut wajahnya sedikit takut melihatku mendekatinya.

"Hanya mengucapkan selamat pagi pada suami sendiri."

jawabku dengan suara sedikit manja.

Om Fadil yang sedikit ketakutan lalu pergi meninggalkan kamar ini. "Cuma begitu saja takut." kataku sambil tersenyum.

Satu jam kemudian, kami sudah duduk di meja makan untuk menikmati sarapan bersama, hanya Devin yang tak terlihat. William masih memandangku dengan tatapan yang begitu tajam.

"Bagaimana Kanaya?"

"Oh, bagaimana apanya Tante?"

"Apa kamu betah tinggal di sini?"

Aku lalu mengangguk, namun hatiku kian teriris karena William tak pernah berhenti menatapku.

"Willi, bagaimana kondisimu? Apa kamu sudah diijinkan oleh dokter untuk beraktivitas seperti biasa?"

"Sudah Ma, Mama tenang saja."

Hatiku semakin bertanya-tanya. 'Apakah benar yang dikatakan Willi jika dia meninggalkanku tanpa kabar karena sedang sakit?'

"Willi, kamu tidak boleh terlalu lelah Nak, ingat kamu baru saja siuman setelah enam bulan lamanya berjuang di ambang kematian."

Aku begitu terkejut mendengar kata-kata Tante Lidya. 'Jadi benar yang William katakan? Sebenarnya apa yang sudah terjadi padanya?'

"Iya Ma, hari ini Willi cuma bekerja setengah hari."

"Bagus kalau begitu."

"Willi, ayo kita berangkat sekarang, pukul delapan kita sudah harus bertemu dengan Tuan Tanaka." kata Om Fadil.

"Iya Pa."

"Hati-hati di jalan ya Pa, Willi kalau urusan di kantor sudah selesai, cepat pulang Nak."

"Iya Ma."

William hanya sekilas melirikku lalu dia pergi bersama Om Fadil. Setelah mereka pergi, Tante Lidya lalu mendekatiku.

"Bagaimana Kanaya."

"Masih susah untuk didekati Tante, Kanaya butuh waktu."

"Tenang sayang, kita masih memiliki banyak waktu. Ayo kita bicara di luar Kanaya."

"Baik Tante."

Aku lalu mengikuti Tante Lidya duduk di taman depan rumahnya.

"Kenapa Tante mencurigai Om Fadil, bukankah dia tampak begitu mencintai Tante?"

"Kanaya, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan sayang. Perlu kami tahu, Om Fadil pernah berselingkuh di belakang Tante."

"Berselingkuh?"

"Ya, dia berselingkuh dengan teman dekat Tante."

"Benar-benar, laki-laki kur*ng a*ar!"

"Kanaya, yang menjadi selingkuhan Om Fadil adalah Tante Lia!"

"Apaaaa? Tapi Tante, bukankah Tania pernah bercerita padaku jika Tante Lia sudah tidak bisa melakukan hubungan suami istri lagi dengan Om Irwan, karena Tante Lia menderita sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa melakukan hubungan itu?"

"Omong kosong Kanaya, Lia tidak mau berhubungan kembali dengan suaminya karena tahu suaminya sudah mengidap penyakit ke*amin."

"Bre*gsek berarti benar Tania sampai menderita penyakit kanker serviks akibat berhubungan dengan Om Irwan?"

Tante Lidya lalu mengangguk. "Itulah sebabnya mereka meninggalkan Tania begitu saja, mereka tidak mau bertanggung jawab jika suatu saat kalian berdua mengetahui rahasia mereka."

"Dasar bia*ab!!!"

"Sudahlah Kanaya, tenangkan dirimu, aku akan membantumu membalaskan dendammu pada mereka."

"Baik Tante, terimaksih. Lalu kenapa Tante mencurigai anak-anak Tante? Devin dan William? bukankah mereka menyayangi Tante?"

"Sebenarnya sangat kecil kemungkinan William berbuat jahat padaku Kanaya, karena sejak kecil dia begitu menyayangi Tante."

Mendengar kata-kata Tante Lidya, aku jadi teringat jika William pernah bercerita jika dia sangat menyayangi Ibu tirinya, saat kami berlibur di Eropa.

"Tapi kenapa Tante mencurigainya?"

"Beberapa bulan sebelum William kecelakaan dan koma, tante menemukan pengeluaran yang cukup besar pada transaksi keuangan William, bahkan dalam satu malam dia pernah mengeluarkan uang sejumlah dua miliar, benar-benar fantastis. Tante curiga jika William mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membayar orang yang akan membunuh tante, ataupun membeli obat-obatan untuk meracuni tante. Karena tante tahu, sedari dulu William bukanlah anak yang nakal dan sering menghambur-hamburkan uang, bahkan memiliki teman wanita pun tak pernah. Dia lelaki yang begitu dingin pada setiap wanita yang baru dikenalnya."

'Astaga Tante Lidya, pengeluaran dua milyar dalam satu malam itu buat bayar kepera*anan gue.' batinku dalam hati.

"Tenang Tante, Kanaya akan menyelidikinya."

"Iya Kanaya, tante minta kamu berhati-hati."

"Lalu bagaimana dengan Devin, Tante?"

"Devin sedari dulu sangat sulit diatur Nak, dia selalu merasa jika tante selalu pilih kasih, padahal tante tidak pernah membeda-bedakan dia dengan William. Saat itu, William hadir di saat hati tante begitu rapuh karena kehilangan anak pertama tante, usia William yang tidak berbeda jauh dengan anak pertama tante membuatku sangat menyayanginya bahkan memberikan perhatian lebih pada William, namun itu semua diartikan lain oleh Devin. Sebenarnya dulu Devin anak yang begitu manis, namun sejak kami kehilangan Casandra, dia berubah menjadi sensitif."

"Casandra? Anak Tante?"

"Ya, tante kehilangan anak pertama tante yang bernama Casandra, saat dia masih berumur empat tahun. Tahukah kamu Kanaya, tante seperti melihat Casandra ada dalam dirimu. Oleh karena itu tante memilihmu untuk membantu dan menemani tante, tante begitu menyayangimu Kanaya."

Mendengar kata-kata Tante Lidya air mata pun mengalir dari pipiku. 'Ternyata selama ini bukan hanya aku yang merasakan getaran ini tapi dia juga merasakannya.' batinku dalam hati.

"Kenapa kamu menangis Kanaya? Apa ada yang salah dengan kata-kata tante?"

"Tidak Tante, bahkan Kanaya begitu bahagia karena tante sudah menganggap Kanaya adalah anak tante." kataku sambil menangis. Lalu Tante Lidya pun memelukku.

"Tante, tolong lanjutkan cerita tante agar aku bisa berusaha semaksimal mungkin membantu Tante dalam memahami seluk beluk dan kondisi keluarga ini."

"Baik Kanaya, saat tante kehilangan Casandra, kami masih tinggal di Bandung, saat itu Tante meninggalkan Casandra di sebuah taman untuk menemani Devin ke toilet. Ketika Tante kembali, Casandra sudah tidak ada di taman itu." kata Tante Lidya sambil menangis.

"Apa Tante tidak pernah berusaha mencarinya?"

"Sudah Kanaya, selama 20 tahun lebih Tante berusaha mencarinya, namun hasilnya nihil. Saat Casandra hilang, ada seorang saksi mata yang mengatakan jika seseorang telah membawa anak kecil yang kemungkinan adalah Casandra masuk ke sebuah mobil bak dan membawa mereka pergi entah kemana, sejak itu Tante kehilangan jejak Casandra, hati tante begitu hancur Kanaya." kata Tante Lidya sambil menangis tersedu-sedu.

"Lalu dimana Tante bertemu dengan Om Irwan?"

"Tante yang sangat terpukul dengan hilangnya Casandra, lalu memutuskan pindah ke Jakarta dan berharap bisa menemukan Casandra di kota ini. Disinilah tante bertemu Om Fadil yang merupakan rekan bisnis tante, saat itu Om Fadil juga ditinggalkan oleh istrinya. Melihat William kecil yang begitu pemurung sejak ditinggalkan Ibunya, tante menjadi kasihan, dan tanpa tante duga Om Fadil kemudian melamar tante. Karena sikap Om Fadil yang begitu lembut dan kasihan pada William, akhirnya tante pun menerima lamarannya dan kami pun menikah, namun ternyata itu adalah awal bencana bagi hubungan tante dengan Devin."

Saat kami tengah asyik bercerita tiba-tiba sekilas aku melihat siluet seseorang tampak bersembunyi di salah satu pohon di dekat taman tempat kami duduk.

"Sebentar Tante."

Aku lalu berlari dan menghampiri orang yang bersembunyi tersebut, namun aku kalah cepat, orang tersebut sudah lari terlebih dahulu. Aku lalu kembali menghampiri Tante Lidya.

"Ada apa Kanaya?"

"Ada yang mendengarkan pembicaraan kita Tante, namun saat kukejar, dia menghilang. Kita harus berhati-hati Tante."

"Iya Kanaya "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!