Dijual

Aku yang sudah selesai makan lalu menghampiri Tania yang kini sudah duduk di depan televisi sambil memainkan ponsel. Sesekali dia tampak tersenyum saat seseorang mengirim pesan padanya. Aku lalu mencoba memulai pembicaraan dengannya.

"Tan, gimana kabar loe, kemana aja loe selama kita berpisah?"

"Ya, biasa Nay, gue masih menggelandang kaya biasa. Cuma sempet apes sih."

"Apes gimana Nay?"

"Bener kata loe waktu itu Nay, sangat berbahaya bagi cewek yang udah mulai gede kaya kita untuk hidup di jalanan."

"Terus? Loe kenapa Tan?."

"Ceritanya panjang Nay, loe tau kan Bang Hendra, preman jalanan yang sering malak kita saat masih ngamen."

"Iya, kenapa Tan?"

"Dia jual gue."

"Jual elo? ke siapa"

"Ke seorang mucikari, namanya Mami Cindy."

"Mami Cindy? sepertinya gue tahu dia Tan. Loe berapa lama kerja di tempat Mami Cindy?"

"Cukup lama sekitar 3 tahun, gue mulai kerja di tempat Mami Cindy saat berumur 14 tahun, tepatnya setahun setelah kita berpisah. Gue, juga tahu loe kerja di tempat Tante Mira kan?"

"Kok loe tahu Tan?"

"Ya tahulah mereka kan satu komplotan, gue pernah lihat foto loe di ruangan Mami Cindy, dan ketika gue tanya, Mami Cindy bilang kalau loe itu calon penghuni lokalisasi yang masih di tampung di tempat Tante Mira."

"Bener sih, mereka emang satu komplotan. Terus loe ketemu om-om kaya, juga di tempat Mami Cindy?"

"Waktu itu nasib gue lagi beruntung Nay. Istri Om Irwan sendiri yang minta gue jadi sugar baby buat suaminya."

"Apa loe bilang Tan? Istrinya sendiri?"

"Iya Nay."

"Loe ketemu dimana sama emak-emak kaya gitu yang relain suaminya punya wanita lain."

"Gue sebenernya ketemu Om Irwan di tempat Tante Cindy, kami sudah berhubungan selama hampir satu tahun. Terus tiba-tiba bininya nyamperin gue ke lokalisasi, gue pikir gue mau dilabrag habis-habisan eh ternyata dia malah bebasin gue dari tempat Tante Cindy."

"Lalu?"

"Lalu dia minta gue penuhin kebutuhan se*sual suaminya karena dia udah ga sanggup lagi melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Tapi dia ga mau bercerai karena dia lebih mementingkan image dia di muka umum. Dia juga ga mau suaminya menikah lagi karena bisa berbahaya bagi karir mereka.

"Dia pejabat Tan?"

"Ya gitu deh, pokoknya dia salah satu orang penting yang ada di jajaran pemerintahan."

"Buset loe jadi simpenan pejabat?"

"Hmmm begitulah. Makanya Mami Cindy ga bisa berkutik saat istri Om Irwan meminta gue dari lokalisasi. Segala kebutuhan gue mereka penuhi yang penting gue ga bocorin rahasia ini ke publik."

"Terus loe mau?"

"Ya mau dong, gue udah dibebaskan dari tempat Mami Cindy, dan dikasih semua yang gue minta hahahahahaha." kata Tania sambil tertawa terbahak-bahak.

"Loe bahagia dengan semua ini Tan?"

"Tentu saja Nay, buat gue uang adalah segala-galanya, uang adalah sumber kebahagiaan gue hahahahaha."

"Terus nasib loe gimana Nay di tempat Tante Mira?"

"Hampir sama sih Tan kaya elo, cuma gue berhasil kabur saat Tante Mira mau jual gue, bahkan selama gue jadi sugar baby, gue belum pernah melakukan hubungan badan."

"Wah gila loe Nay, gimana ceritanya bisa kaya gitu?"

"Ya bisa lah gue gitu loh hahahaha."

***

Aku begitu bahagia saat hari pertama mulai bekerja di tempat Tante Mira. Hari pertama aku bekerja, aku membersihkan salon di pagi hari dan menyiapkan makanan untuk para kapster, biarpun Tante Mira tidak menyuruhku memasak. Mereka semua sangat puas dengan kinerjaku, para kapster yang awalnya membenciku dan memandangku sebelah mata akhirnya mulai menyukaiku seiring berjalannya waktu.

Saat ada waktu luang, mereka pun mau mengajariku mulai dari memotong rambut, creambath, smoothing, coloring, dan semua pekerjaan salon lainnya. Dalam tempo satu tahun aku bekerja di tempat Tante Mira, aku pun sudah mulai bisa membantu semua pekerjaan di salon.

Semuanya berjalan lancar, sampai aku berumur tujuh belas tahun. Saat itu kecantikanku sudah terlihat, Tante Mira pun selalu memerintahkanku untuk sering merawat tubuhku di salon itu. Aku yang tidak tahu semua rencana jahatnya, hanya menuruti semua kata-katanya.

Saat itu, sebenarnya banyak laki-laki yang mendekatiku, namun aku tidak begitu tertarik pada mereka, karena bagiku mereka hanya tertarik pada kecantikanku dan tubuhku. Aku menolak mereka semua, namun ada satu orang yang tak bergeming dan masih saja menggangguku meski aku tak pernah meresponnya. Dia adalah seorang laki-laki dewasa yang bernama Agung. Dia sering datang ke salon untuk mengantarkan putrinya yang rutin melakukan creambath dan perawatan tubuh di salon kami. Awalnya dia hanya sering memandangku, namun lama-lama dia mulai berani mendekatiku saat aku membeli makanan ataupun saat aku berbelanja membeli kebutuhan salon di luar. Agung adalah seorang kontraktor, yang kantornya ada di dekat salon Tante Mira.

Siang ini Tante Mira menyuruhku untuk berbelanja kebutuhan salon, aku sebenarnya merasa aneh karena setahuku stok salon masih banyak tapi aku tak mau protes dan menuruti semua kata-katanya. Saat aku selesai berbelanja, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara seseorang.

"Kanaya."

Aku begitu terkejut mendengar suaranya yang memanggilku.

"Oh Om Agung, ada apa om?"

"Kanaya ini om mau kasih ini untukmu."

"Apa itu Om?"

"Sudah ambil saja dan tolong diterima ya Nay." katanya sambil beranjak pergi.

Aku tampak kebingungan melihat sebuah kotak yang diberikan padaku, saat aku mulai membukanya aku melihat sebuah ponsel keluaran terbaru dengan merk yang begitu ternama. Sebenarnya aku ingin mengembalikannya, namun kuurungkan karena aku memang membutuhkannya. Saat itu, aku memang sudah memiliki ponsel, namun ponselku tidak sebagus yang diberikan Om Agung, bahkan sudah sedikit rusak pada bagian layarnya. 'Anggap saja ini sebagai hutang.' batinku dalam hati.

Aku lalu masuk ke dalam salon, dan ketika aku hendak masuk ke dalam ruangan Tante Mira secara tidak sengaja aku mendengar percakapannya dengan seorang wanita yang dia sebut Mami Cindy.

"Udah siap hari ini kan Mir?"

"Udah dong Mam, dia cantik banget, nilai jualnya pasti tinggi. Mami bisa ketok harga mahal buat para pelanggan Mami."

"Pinter loe Mir bisa dapet yang begitu."

"Iya dong, gue udah liat bakat cantiknya sejak dia masih bocah, gue sengaja bikin dia kerja si sini selama bertahun-tahun biar ga kehilangan jejak. Sekalian gue kasih dia perawatan tubuh, biar naikin nilai jualnya. Saat pertama kali lihat, gue tahu dia bakal secakep siapa itu Wilona?"

"Natasha Wilona."

"Iya itulah pokonya. Terus siapa namanya Mir?"

"Kanaya."

Aku begitu terkejut mendengar percakapan mereka berdua, bergegas aku naik ke atas kamarku, lalu mengambil barang-barangku sekedarnya. Para kapster salon terkejut melihatku membawa barang-barang milikku. Mereka semua bertanya padaku, namun pertanyaan mereka tak ada satupun yang kujawab. Aku lalu pergi meninggalkan salon itu dengan tergesa-gesa. Ternyata salah seorang kapster, ada yang mengadukan kepergianku pada Tante Mira. Saat aku berlari, kulihat para preman anak buah Mami Cindy sudah berlari mengejarku di belakang. Aku begitu panik, tapi tak tahu harus kemana, karena aku tidak memiliki seorangpun teman.

Setelah berlari cukup lama, kakiku mulai didera rasa lelah, aku lalu berhenti di sebuah cafe dan berpura-pura menjadi pelanggan cafe ini. Aku mulai duduk dan mencari tempat yang aman. Aku yakin preman bayaran itu takkan bisa menayakitiku di dalam cafe ini. Saat itulah aku teringat sesuatu di saku bajuku. Aku lalu mengambil ponsel yang Om Agung berikan padaku, karena ponsel lamaku tertinggal di salon milik Tante Mira. Dan daftar kontak di ponsel itu hanya ada satu nama. 'Agung.'

Terpopuler

Comments

Nna Rina 💖

Nna Rina 💖

apakah kanaya akhirnya bisa baca walaupun ga sekolah?

2021-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!