Toxic

Mas Agung hanya terdiam. "Itu hal yang sangat sulit Kanaya, mengertilah. Istriku bisa membunuhmu jika sampai tahu aku sudah menikahimu."

"Baik kalau seperti itu Mas, aku pun tak akan memberikan ini jika kamu belum menikahiku."

"Tapi Naya, aku sudah tidak bisa menahan perasaanku, aku begitu mencintaimu."

"Tolong mengertilah juga Mas, kita sama-sama impas, dan tidak saling merugikan. Kamu tidak bisa memberikan apa yang kuminta, aku juga tidak bisa memberikan apa yang kamu minta. Bukankah kamu hanya ingin bersenang-senang denganku saja?"

"Baiklah kalau begitu maumu Kanaya. Yang terpenting aku masih tetap bisa bersenang-senang denganmu."

"Tentu." jawabku.

Mendengar jawabanku, dia lalu mendekatiku kembali dan mulai menc*um tubuhku lagi. Kami menghabiskan sore ini dengan bermesraan di dalam hotel, apalagi di luar sudah turun hujan jadi kami mengurungkan niat kami untuk pergi keluar.

"Naya, aku akan mencukupi semua kebutuhanmu sayang, tapi tolong jangan pernah berpaling pada laki-laki lain. Saat ini kau hanyalah milikku seorang." kata Mas Agung sambil memelukku.

"Baik Mas, aku akan menuruti kata-katamu."

Kami baru keluar kamar saat malam hari setelah makan malam di restoran hotel, selanjutnya kami berjalan-jalan ke sebuah bukit untuk melihat pemandangan. Aku sangat kagum dengan pemandangan yang ada di depanku saat ini, benar-benar pemandangan yang begitu indah ditambah dengan berbagai macam warna lampu seperti menyelimuti kota.

"Kamu senang Kanaya?"

"Iya Mas."

"Aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia Kanaya."

Aku hanya mengangguk mendengar kata-katanya. Kami lalu pulang ke hotel saat sudah memasuki tengah malam. Aku pikir Mas Agung akan masuk ke kamarnya, namun dia ternyata mengikutiku masuk ke kamarku.

"Aku ingin tidur denganmu Kanaya."

Aku hanya mengangguk. Namun saat aku akan mulai memejamkan mata, tangannya sudah merangsak masuk menjelajahi setiap inchi bagian tubuhku.

'Berbuatlah sesukamu Mas, yang terpenting kehidupanku terjamin olehmu.' gumamku dalam hati.

Keesokan harinya setelah puas berjalan-jalan, kami lalu kembali ke Jakarta. Dia hanya mengantarkan aku tanpa turun dari mobil agar tidak dicurigai oleh penghuni yang lain, karena tentu akan sangat berbahaya jika mereka tahu dan bisa saja melaporkan semua perbuatan kami pada istri Mas Agung.

Sejak saat itu, aku dan Mas Agung sering pergi bersenang-senang di hotel. Tentu aku sangat bahagia setelah dia mendapat kepuasan dariku, kami lalu pergi berbelanja, dan dia memenuhi semua permintaan yang kuminta.

Kini aku sudah sangat berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Barang-barang yang kumiliki semua bermerk, mulai dari tas, pakaian, dan sepatu, aku juga rutin untuk melakukan perawatan wajah dan badan di salon, serta aneka perhiasan kini sudah kumiliki. Kehidupanku benar-benar terjamin oleh Mas Agung.

Kami menjalani hubungan ini selama tiga tahun sampai akhirnya istrinya datang ke rumahku malam itu. Tak kusangka istrinya sangat jauh berbeda denganku, sangat tidak sebanding denganku yang begitu cantik sedangakan dia, wajahnya sangat biasa tanpa perawatan ataupun polesan make up, tubuhnya juga sangat gendut. Memang sangat tidak pantas menjadi istri Mas Agung yang tampan, kelebihan yang dimilikinya adalah karena dia kaya, sebenarnya aku cukup geli melihatnya. Namun saat itu kondisinya begitu panas sehingga aku tak bisa mencelanya. 'Pantas saja Mas Agung tergila-gila padaku.' batinku dalam hati.

Namun dibalik kejadian itu aku cukup bahagia karena kini aku bisa bertemu lagi dengan sahabat lamaku, Tania.

"Woy lagi ngapain loe Kayana? Nglamun mulu dari tadi."

"Emh gapapa Tan."

"Lagi mikirin Mas Agung? hahahaha."

"Enak aja, gue cuma butuh duitnya Agung, bukan orangnya. Loe kenalin gue dong sama om-om tajir yang lain.".

"Santai saja Kanaya, tentu akan kucarikan mangsa baru untukmu. Tapi sebelumnya rawatlah dulu tubuhmu, tubuhmu begitu berantakan Kanaya." kata Tania sambil memberikan rokok padaku.

"Aku ga ngerokok Tan."

"Dasar cupu, coba dulu saja."

Akhirnya aku mengambil satu batang rokok milik Tania, awalnya aku sempat tersedak dan batuk-batuk, namun lama-lama aku mulai terbiasa dan menikmatinya.

Keesokan harinya aku pergi ke salon bersama Tania, saat aku diusir oleh istri Agung, bodyguard bayarannya memang melemparkan semua barang milikku termasuk semua uangku yang tersimpan di dalam dompet, dan bodohnya dia tak terlalu memperhatikan dompet yang kubawa. Setidaknya semua uang ini masih cukup untuk melakukan perawatan tubuh sebelum aku menjalani pekerjaan ini lagi.

Rambut panjangku kini tatanannya kuubah, yang tadinya lurus, sedikit kubuat ikal di bagian ujung, aku juga melakukan infus putih dan sedikit filler di pipi agar pipiku tidak tampak cubby, semua ini Tania yang merekomendasikan. Dan aku begitu terkejut melihat keadaanku kini yang sangat berbeda dibandingkan dulu. Kini aku layaknya boneka hidup yang berjalan dan mampu membuat semua orang tertarik memandangku.

Akhirnya Tania membawaku ke sebuah kelab malam. Dia lalu menghampiri seseorang di pojok cafe yang dia sebut namanya "Om Fadli."

"Oh ini temanmu Tania? Dia sungguh cantik benar-benar di luar dugaanku."

"Iya dong Om, sesuai apa yang Tania bilang kan?"

"Tentu, malah ini di luar ekspektasiku." katanya sambil memandangku dengan begitu liar.

Aku lalu duduk di sampingnya. "Om, mau jalan-jalan sama aku ga murah loh."

"Tentu cantik, berapapun akan kuberikan untukmu."

"Om sudah tidak tahan, ayo kita ke hotel sayang."

"Ayo Om."

"Om sebelum om bersenang-senang, transfer ke Kanaya dulu dong Om."

"Berapa yang kamu minta sayang?"

"Dua puluh juta untuk malam ini, tapi cuma bagian atas ya Om."

"Kok cuma atas saja Kanaya?"

"Om, Kanaya masih virgin loh, kalau Om mau membayar satu miliar baru Kanaya mau."

"Mahal sekali sayang, ya sudah Om bayar dua puluh juta saja ya sayang, yang terpenting om bisa bersenang-senang dengan wanita secantik kamu."

"Baik Om."

Setelah Om Fadli mentransferku, dia baru kuperbolehkan untuk menc*umku dan menj*mah tubuhku. Sebenarnya sebelum dia mulai bermain denganku, aku sudah memasukkan obat tidur di minumannya sehingga dia hanya sebentar bermain denganku, setelah itu dia tertidur. Saat dia tertidur aku pun pulang ke apartemen Tania.

Hampir setiap hari aku menjalani pekerjaan ini, kini aku kian dikenal di kalangan pengusaha nakal yang suka mencari kenikmatan di luar. Jika yang kulayani adalah pengusaha muda dan tampan, aku tak akan memberikan obat tidur padanya karena akupun menikmati bersenang-senang dengannya. Namun jika yang berkencan denganku adalah laki-laki yang sudah berumur tak segan aku memberikan obat tidur sebelum masuk ke kamar hotel. Namun semua pelangganku tidak ada yang curiga jika aku telah berbuat nakal sebelum bersenang-senang dengan mereka. Yang mereka tahu, mereka bangga bisa berkencan denganku karena kini aku sudah sangat terkenal.

Dalam waktu kurang dari satu tahun, aku sudah memiliki apartemen dan mobil sama seperti Tania. Namun, pada suatu haru saat aku sedang makan di cafe kudengar seseorang memangil namaku. Aku lalu mencari sumber suara yang memanggilku, betapa terkejutnya aku saat orang yang memanggilku kini ada di depanku.

'Mas Agung.' batinku dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!