"Selamat Pagi Edinburgh."
Aku lalu menuju arah tempat tidur dan membangunkan William. "Tuan, bangun Tuan, bukankah sebentar lagi anda akan bertemu klien."
Perlahan mata William pun terbuka, lalu duduk di atas tempat tidur. "Jam berapa ini?"
"Pukul tujuh pagi Tuan."
Dia lalu beranjak dari tempat tidur, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Beberapa saat kemudian William keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk dengan bagian dada yang terbuka, hatiku pun kian berdebar melihatnya. 'Si*l' batinku dalam hati.
"Kenapa Kanaya?"
"Tidak apa Tuan."
"Rapikan dirimu, kita akan sarapan di bawah."
"Baik Tuan."
Setelah menyantap sarapan, William lalu pergi ke tempat pertemuan dengan kliennya. Sedangkan aku masuk ke dalam kamar untuk mandi. 'Aku harus tampil cantik.' gumamku dalam hati.
Selama kurang lebih tiga jam aku menunggu William, akhirnya dia pun pulang. Dia lalu merebahkan tubuhnya begitu saja di sampingku.
"Naya, aku sudah telepon pihak hotel untuk membawakan makan siang ke kamar. Setelah itu aku mau tidur sebentar ya, aku lelah."
Aku pun hanya mengangguk. 'Eh dia pikir gue obat nyamuk apa, gue udah nungguin dia dari tadi cuma buat nemenin makan siang. Sungguh membosankan.'
Aku menemani William makan siang dengan raut wajah yang begitu kesal. "Kamu kenapa Naya?" tanya William saat sudah selesai.
"Gapapa cuma sedikit bosan."
"Kalau kamu bosan, lebih baik kamu nonton televisi saja, aku mau tidur siang dulu ya."
'Eh buset, beneran gue ditinggal tidur.'
Dengan malas aku pun mengikutinya tidur di atas tempat tidur. Saat baru merebahkan tubuhku tiba-tiba tangannya sudah memelukku dari belakang.
'Yes, akhirnya.' gumamku.
Namun selanjutnya hanya terdengar suara dengkuran. 'Ih dasar, ga peka banget jadi cowok.'
'Eh apaan sih, Kanaya sadar dong, loe cuma wanita bayaran doang, jangan berharap lebih.' gumamku pada diri sendiri.
Dengan perasaan kesal, aku pun ikut tertidur di sampingnya. Entah berapa lama aku tertidur, saat aku bangun dia sudah duduk di sampingku dan memandang wajahku.
"E..e.. Ada apa Tuan?"
"Lelap sekali tidurmu."
'Enteng banget dia ngomong gitu, gue kan tidur gara-gara bosen nungguin dia.'
"Sudah siap Nay?"
"Siap apa?" jantungku semakin berdegup kencang saat dia mulai mendekati wajahku, aku bahkan sudah bersiap dan mulai menutup sedikit mataku.
"Bersiaplah karena aku akan mengajakmu berjalan-jalan."
'Astagaaaa.' batinku dalam hati.
Kami lalu berjalan-jalan si sepanjang Royal Mile. Royal Mile merupakan jalan yang ada di pusat kota tua Edinburgh dengan sisi kiri kanan bangunan-bangunan tua yang megah dan masih terawat dengan sangat baik. Di sepanjang jalan ini juga banyak restoran, kafe, toko baju Skotlandia dan pasar Royal Mile. Saat aku memasuki Royal Mile, aku seperti memasuki kehidupan berabad-abad yang lalu yang masih dipertahankan dengan baik.
"Wah luar biasa, kota yang sungguh indah." kataku sambil tak henti memandang bangunan tua yang begitu megah.
"Inilah Edinburgh Naya, aku tahu kamu pasti akan menyukainya."
Cukup lama kami berada di Royal Mile, hingga tak terasa hari sudah berubah menjadi gelap saat kami selesai berjalan-jalan dan berbelanja di sepanjang jalan di Royal Mile.
"Kamu mau makan apa Nay?"
"Apa saja."
"Eropa, Asia?"
"Apa saja, sepertinya saya mulai terbiasa dengan makanan Eropa."
"Benarkah?"
"Ya, anggap saja seperti itu."
William lalu tertawa melihatku dengan muka yang sedikit masam. "Kamu ingin makan nasi?"
Mataku lalu membulat. "Tentu."
William lalu mengangguk dan menggandeng tanganku. Kami lalu masuk ke sebuah restaurant bergaya Timur Tengah bernama "Hanam's Kurdish Grill House". Restaurant ini merupakan salah satu restaurant halal yang ada di Edinburgh. Interior rumah makan ini didominasi dengan cat warna merah dengan beberapa hiasan dinding dan lampu-lampu khas Timur Tengah serta kursi yang hampir semuanya terbuat dari kayu, baik yang ada di dalam ruangan ataupun di luar ruangan.
William lalu memesankan Nasi Biryani dengan daging domba untukku, serta menu vegetarian yang tampak seperti salad. Sedangkan dia makan makanan yang entah apa, yang tampak seperti daging dibakar dengan beberapa makanan berkuah.
"Tuan sepertinya anda terbiasa makan tanpa nasi."
William tertawa mendengar kata-kataku. "Memangnya kenapa?"
"Lihat anda bahkan terlihat baik-baik saja padahal kita sudah dua hari tidak makan nasi."
"Memangnya kalau aku tidak makan nasi aku akan mati?"
"Bukan itu yang saya maksud. Apakah anda tidak merindukan makan nasi?"
Namun tawa William semakin keras, aku semakin kesal dibuatnya. Melihat perubahan raut wajahku dia lalu menghentikan tawanya. "Mungkin saya sudah terbiasa makan makanan seperti ini, jadi bagi saya, nasi tidak harus selalu menjadi makanan utama."
"Oh " jawabku singkat karena masih diliputi rasa dongkol.
"Sudah selesai?"
"Sudah Tuan."
"Ayo kita pulang, aku sudah lelah dan mengantuk, aku mau tidur."
"Tidur?"
"Tentu, bukankah kita harus tidur, apakah kamu sudah puas berjalan-jalan di sini dan tidak ingin mengunjungi tempat menarik lainnya di Edinburgh? bukankah kamu juga membutuhkan konten untuk dipamerkan di akun sosial media milikmu?"
Aku tersipu malu mendengar kata-katanya, aku memang cukup aktif di sosial media dan seringkali memajang beberapa gaya hidupku yang seringkali membuat followerku berdecak kagum. 'Tapi, tunggu darimana William tahu aku aktif di sosial media, apakah dia tahu akun sosial media milikku? sebaiknya akan kutanyakan nanti.' kataku dalam hati.
Kami lalu masuk ke dalam kamar saat waktu menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Edinburgh. Aku lalu mandi terlebih dahulu, karena setibanya di kamar William tampak sibuk memainkan ponselnya.
Selesai mandi, aku lalu merebahkan tubuhku di atas tempat tidur dengan masih memakai handuk kimono untuk membalas pesan dari Tania yang sudah berulangkali menghubungiku. Kulihat William juga sudah masuk ke kamar mandi, saat tengah asyik membalas pesan, tiba-tiba William sudah memelukku dari belakang dan menc*um tengkukku. Air yang mengalir dari rambut basahnya semakin membuat hati ini kian bergelora.
"Tuan, bukankah tadi Tuan bilang sudah lelah?"
"Oh ya? Bahkan aku lupa tadi aku mengatakan seperti itu."
'Dasar laki-laki sial*n, senang sekali dia mempermainkan perasaanku.' gerutuku dalam hati.
Dia lalu membalikkan tubuhku dan mulai men*ium bibirku. Aku yang sudah tak bisa lagi menahan perasaan di dada langsung membalas ci**annya dengan begitu bergairah.
"Sabar sayang." katanya berbisik di telingaku lalu mencoba untuk berdiri.
'S**t di saat seperti ini bahkan dia masih mempermainkanku.'
Namun aku sudah tak dapat lagi menahan gejolak di hatiku. Aku lalu memeluknya kian erat dan memainkan li*ahku di tubuhnya yang hanya tertutup handuk. William akhirnya tak bisa menahan lagi rayuanku dia pun kini mulai menc**m setiap inchi bagian tubuhku dengan begitu ber*afsu.
Lalu kami pun semakin hanyut dalam permainan ini. Rintik salju yang mulai turun semakin menambah gelora di dada ke dalam p*ncak kenikmatan. Salju pertengahan bulan Januari, dan merupakan cuaca terdingin di Edinburgh,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nirwana Asri
aku suka adegan dewasanya gk bgt fulgar
2022-05-29
0