Sebuah Pilihan

Aku memasuki sebuah rumah makan mewah untuk bertemu dengan Nyonya Lidya, sebenarnya aku tidak terlalu mengingat jelas siapa dirinya, dia hanya menyebutkan jika pernah bertemu denganku di Mall saat kami bertemu dengan Tante Lia, aku takkan pernah lupa hari itu, karena bertepatan dengan hari keberangkatanku dengan William ke Eropa.

'William, kenapa aku masih saja menyebutnya di dalam hatiku?' aku menghembuskan nafas dan mengusap air mata yang jatuh ke pipi, rasanya hati ini begitu sakit saat mengingatnya. Sungguh berat hidup dengan ketidakpastian seperti ini.

"Nyonya Lidya?" kataku saat melihat seorang wanita tengah duduk di meja yang telah kami janjikan. Dia yang saat itu asyik melihat pemandangan di luar jendela lalu memalingkan wajahnya padaku.

Aku begitu terkejut saat melihat wanita yang ada di depanku adalah wanita berhijab biru di hari pertemuan pertama kami.

"Kanaya, silahkan duduk. Mau pesan apa Kanaya? Biar saya pesankan"

"Maaf saya sedang tidak lapar, saya minum kopi saja Nyonya Lidya."

"Baik." kata Nyonya Lidya sambil membuka aplikasi untuk memesan makanan.

"Maaf Nyonya Lidya, Nyonya tahu darimana nomor telepon saya?"

Dia lalu memandangku sambil tersenyum, sungguh dia tampak berbeda dengan apa yang kupikirkan. Aku berpikir jika dia adalah wanita yang galak dan ketus, namun ternyata dia amatlah lembut.

Dia lalu mendekat padaku, dan membisikkan sesuatu di telingaku. "Saya tahu dari salah seorang kerabat yang pernah memakai jasamu Kanaya."

Aku begitu malu saat mendengar kata-katanya.'Jadi dia sudah tahu siapa diriku sebenarnya?' kataku dalam hati.

"Lantas apa maksud Nyonya ingin bertemu dengan saya?"

"Saya ingin menawarkan kesepakatan Kanaya?"

"Kesepakatan?"

"Ya, sebuah kesepakatan kerja sama!"

"Saya tidak mengerti maksud Nyonya, saya bukanlah seorang pebisnis. Lalu kerjasama apa yang Nyonya inginkan dari saya?"

"Sejak pertama kali melihatmu, saya tahu kamu sebenarnya orang yang polos dan jujur, meski pekerjaanmu hanya seorang wanita panggilan, saya tahu kamu memiliki hati yang baik Kanaya."

"Lalu?"

"Saya ingin kamu membantuku."

"Apaaaa membantu Nyonya?"

"Kamu tenang saja Kanaya, kamu akan kuberi imbalan yang pantas."

"Apa yang Nyonya inginkan dari saya?"

"Menikahlah dengan suamiku Kanaya."

"Maaf Nyonya, saya tidak mau, saya bukan budak s**s, dan saya sudah lama berhenti dari pekerjaan seperti itu."

"Siapa yang menyuruhmu menjadi budak s**s suamiku Kanaya? aku hanya menyuruhmu menikah dengan suamiku."

"Apa yang sebenarnya Nyonya inginkan? tidak ada satupun wanita yang ikhlas suaminya menikah dengan wanita lain."

"Itulah sebabnya aku menyuruhmu untuk menikah dengannya. Umurku tidak akan lama lagi Kanaya, namun aku benar-benar tidak tahu siapa orang-orang yang ada disekelilingku. Aku hanya tidak mau hartaku jatuh ke orang yang salah."

"Maksud Nyonya?"

"Aku hidup dengan seorang suami, seorang anak tiri, dan seorang anak kandung. Setiap hari mereka selalu bersikap baik dan manis di depanku, aku bahkan tak pernah memiliki pikiran buruk pada mereka semua. Bahkan aku sangat menyayangi mereka dengan sepenuh hatiku. Tapiiii..."

"Tapi kenapa Nyonya?"

"Pada suatu hari saat aku meminum susu yang dihidangkan pembantuku, secara tak sengaja aku menumpahkannya, dan sebelum pembantuku membersihkannya kucing kesayanganku meminum susu tersebut. Lalu kucingku mati akibat meminumnya. Sejak saat itu aku mulai mencurigai orang-orang yang ada di sekitarku, namun aku tak tahu harus bagaimana. Sebenarnya berbagai kejadian buruk sering kualami, namun aku tidak pernah berfikir jika itu semua adalah perbuatan orang-orang disekitarku. Tolong bantu aku Kanaya, bantu aku untuk mencari tahu siapa saja yang ingin membunuhku." kata Nyonya Lidya sambil terisak.

"Tapi Nyonya, darimana Nyonya yakin jika saya bisa membantu Nyonya? bukankah saya juga bisa saja berniat jahat pada Nyonya?"

"Saya tahu kamu orang baik Kanaya. Bahkan kamu rela kehilangan seluruh uang yang kamu miliki untuk menyelamatkan nyawa sahabatmu, dimana lagi bisa kutemukan orang seperti dirimu?"

"Nyonya, tapi sayaaa..."

"Kanaya bukankah kamu membutuhkan uang untuk membiayai pengobatan sahabatmu? Aku akan membiayai semua pengobatan Tania." katanya sambil terus terisak.

"Nyonya tenangkan diri Nyonya. Memangnya Nyonya menderita sakit apa?"

"Saya menderita penyakit lemah jantung Kanaya. Penyakit ini adalah penyakit bawaan sejak saya kecil. Setiap hari saya harus teratur mengkonsumsi obat-obat, dan perlu kamu ketahui Kanaya jika mereka pun sudah menukar obat-obatan yang kukonsumsi dengan obat pelemah jantung agar kondisiku semakin menurun."

"Darimana Nyonya tahu?"

"Sejak aku tahu ada yang ingin membunuhku, aku menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak, termasuk obat-obatan yang kukonsumsi. Aku curiga karena kondisiku akhir-akhir ini semakin menurun. Lalu aku mencoba memeriksakan obat-obatan yang kukonsumsi ke sebuah laboratorium, dan hasilnya obat yang kukonsumsi selama satu tahun terkahir ini adalah obat pelemah jantung." kata Nyonya Lidya disertai isak tangis yang semakin membuatku merasa iba padanya.

Tanpa kusadari, aku mendekatkan tubuhku padanya, dan dia menangis dalam pelukanku. Entah perasaan apa ini, saat memeluknya sebuah getaran hangat masuk dalam hatiku, rasanya sungguh nyaman berpelukan dengan seorang wanita dewasa. Ada sebuah gejolak di dalam hatiku untuk memanggilnya dengan sebutan "Ibu", namun aku harus sadar siapa diriku ini.

"Nyonyaaaa." kataku sambil melepaskan pelukannya dan menggenggam tangannya.

"Nyonya, jangan bersedih. Saya akan membantu Nyonya."

"Benarkah Kanaya?"

"Iya Nyonya, saya akan mencoba menyelidiki dalang dibalik semua ini."

"Terimakasih Kanaya. Aku juga berjanji padamu untuk membiayai pengobatan Tania, sahabatmu."

"Iya Nyonya, terimaksih banyak. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Nyonya."

"Apa rencana Nyonya selanjutnya? Apakah suami Nyonya tahu jika dia disuruh menikah denganku?"

"Tentu tidak Kanaya, jika dia tahu, dia pasti akan menolak."

"Lalu saya harus bagaimana jika dia menolak?"

"Itu urusanku Kanaya, yang harus kamu lakukan saat kamu sudah menikah dengan suamiku adalah kamu harus seolah-olah membenciku, dekati suamiku dan kedua putraku, hasudlah mereka sampai mereka menunjukkan wajah asli mereka yang sebenarnya."

"Iya Nyonya, saya mengerti. Lalu kapan kita akan memulai rencana ini?"

"Beri aku waktu dua hari untuk meyakinkan suamiku agar mau menikah denganmu Kanaya. Jika semua sudah beres kamu akan kuhubungi."

"Baik Nyonya."

"Sekarang kamu pulanglah Kanaya, kamu harus mempersiapkan diri, dan rawatlah sahabatmu terlebih dahulu sampai keadaan dia sedikit membaik. Untuk biaya rumah sakit temanmu, sudah kudeposit selama satu minggu kedepan."

"Terimakasih Nyonya, anda baik sekali."

"Sama-sama Kanaya, saya yang harusnya berterima kasih padamu karena sudah mau membantuku."

Aku lalu kembali memeluknya sebelum kami berpisah. Pelukan hangatnya dan tatapan teduh ini bahkan seperti pernah kurasakan sebelumnya.

'Sadar Kanaya, kamu hanyalah seorang wanita jalanan tak mungkin pernah bertemu dengan wanita terhormat seperti Nyonya Lidya sebelumnya.' batinku dalam hati.

Aku lalu pergi dari restaurant menuju ke rumah sakit tempat Tania dirawat, dan benar saja sudah ada pembayaran untuk Tania selama satu minggu perawatan.

"Terimakasih Tuhan." kataku sambil tersenyum. Tiba-tiba sebuah panggilan telepon membuyarkan lamunanku. Saat kuambil ponsel itu, hatiku terasa begitu sakit, aku tak tahu harus berbuat apa, kini aku hanya bisa menangis dengan menyebut sebuah nama yang kini masih tertera di ponselku.

"William"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!