Part 15

Awan hitam mulai menghilang, semburat cahaya senja pun terpancar, dan hujan telah reda beberapa saat yang lalu. Kuputuskan untuk beranjak dari sana, meski sebenarnya aku enggan untuk pergi. Ku langkahkan kakiku perlahan menapaki jalan setapak menuju ke jalanan yang lebih besar untuk mencari kendaraan umum supaya aku bisa pulang ke rumah.

......................

Tiga puluh menit berlalu, angkutan umum yang ku naiki pun berhenti tepat di depan rumah. Baru saja aku turun tiba-tiba mas Pras datang menghampiri. Raut khawatir tampak jelas tergambar diwajahnya.

" ya ampun dek, kamu dari mana saja? tadi juga Nada dateng kesini cariin kamu, pake panik segala lagi. Kan Mas jadi khawatir tahu, kamu ditelpon gak diangkat, dichat juga gak dibales. Kamu pergi kemana? " tanyanya padaku.

" Gak dari mana - mana mas. "

" gak dari mana - mana gimana, ini kamu baru pulang sore pake baju basah kuyup gini lagi. Kamu dari mana dek? Pergi kemana? Sama siapa? " cecarnya kepadaku.

" Apa pentingnya memang apa? Buat apa bilang karena gak bakalan ada yang peduli juga kan Ara pergi kemana ataupun sama siapa. " jawabku dengan suara yang meninggi, entah kenapa tiba - tiba saja aku mengingat kejadian tadi siang dan hal itu membuat emosi ku meluap.

" Astagfirullah, dek. Sadar Ra sadar " mas Pras langsung mencengkram bahuku kuat, dan itu terasa sakit. Aku mencoba memberontak, namun nihil karena pegangannya terlalu erat.

" Lihat mas dek " titahnya, namun aku enggan untuk mematuhinya.

Melihat aku yang terdiam, ia pun kembali berucap." DEK, LIHAT MAS!!! "

Aku yang mendengar mas Pras meninggikan suaranya membuatku repleks mematung, perlahan ku angkat kepalaku dan menatap mas Pras. Bulir-bulir cairan bening yang kutahan terjun begitu saja membasahi pipiku yang tadinya sudah mengering.

Mas Pras menatapku lembut, dielusnya kepalaku perlahan hingga membuatku sedikit lebih tenang. Aku menghambur kepelukannya, ku tumpahkan segala rasa yang sejak tadi berkecamuk dalam diriku.

Ku rasakan sapuan hangat tangan Mas Pras dipunggungku berusaha untuk memberikan kekuatan kepadaku berharap supaya adiknya ini bisa tetap sabar menerima apa yang sedang terjadi dalam kehidupannya.

" Dek...kamu itu penting buat mas. Otomatis mas berhak tahu kamu kemana dan sama siapa. Jangan pernah berpikir bahwa tidak ada yang peduli sama kamu, atau bahkan kamu merasa sendiri. Disini ada mas dek yang selalu siap jadi sandaran kamu, tempat kamu berkeluh kesah. "

" Nada sudah ceritakan ke mas semuanya tadi, mas tahu mungkin ini berat buat kamu. Tapi mas minta supaya kamu jangan terlarut terus dalam kesedihan dan emosi kamu Ra. Mungkin itu yang terbaik buat kamu. Lagian, bukankah mas sering bilang sama kamu untuk selalu berharap kepada penciptanya jangan kepada apa yang diciptakannya kerena akan membuat dirimu sakit hati. Terbuktikan sekarang? " lanjutnya.

" Tapi mas, bukankah mencintai itu bukanlah suatu hal yang salah? "

" Iya mencintai seseorang adalah hal yang manusiawi, kita sebagai umat- Nya memang diciptakan untuk saling mencintai. Tapi tak semua orang tahu bagaimana cara untuk mencintai yang sebenarnya, dan terkadang orang keliru akan hal itu. "

" Apa cintaku keliru mas? Apa aku salah mengharapkannya? " ucapku yang masih terisak dipelukannya.

" Bukan begitu dek "

Aku melonggarkan pelukanku.

" Lalu apa, Mas? Apa, hemm?...apanya yang salah? " tanyaku sambil menatap masku itu. Lagi-lagi air mata tak bisa aku bendung.

" apa lagi mas yang salah, apa? Bahkan selama ini aku mencintainya hanya dalam diamku mas, lalu kenapa? Apakah itu pun salah aku lakukan.

" kini giliran aku yang mencengkram tangan mas Pras dan menggunjingkannya. Ku lihat sudut matanya pun sedikit berair. Aku tahu dia pasti begitu karena melihatku, melihatku yang terluka akibat kecewa akan sebuah cinta.

" Enggak Ra, bukan cintamu yang salah ataupun caramu untuk mencintainya. Mungkin saat ini hanyalah karena waktu dan tempatnya saja yang belum tepat. Lagian kamu tahu gak? Sebenarnya Fadil tuh ...."

" Cukup!! Udah mas aku gak mau bahas mereka lagi, apalagi membicarakan kak Fadil. Aku udah cape, aku lelah mas. " ucapku memotong pembicaraan mas Pras. Entahlah, aku tak tahu tapi rasanya aku malas membahasnya, aku takut jika hati ini akan kembali hancur.

" Ya sudah kalau gitu, mas anggap jawaban kamu itu menandakan hal baik ya. Untuk sekarang sih mas saranin kamu move on aja ya, jangan mikirin cowok dulu lebih baik fokus sama sekolah kamu, minggu depan sudah ujian Nasional kan. "

" Untuk lebih baiknya, kamu berdoa saja sama Allah. Minta yang terbaik kepadanya, dan mendekatlah kepadanya. Sekarang, hapus air mata kamu dan ayo kita masuk saja ganti baju biar gak masuk angin. " lanjut Mas Pras setelah beberapa saat terdiam. Kemudian ia menggandeng tanganku dan memapahku menuju kedalam rumah.

...

Hai hai readers ku tercayang.....Author comeback......maaf ya kemarin gak up karena authornya lagi sibuk. jadi sebagai gantinya hari ini author bakalan double up khusus buat kalian reader" yang selalu setia mantengin cerita author ini. Dan jangan lupa untuk terus dukung karya author ini ya, dengan cara:

like

vote

comen

share

dan yang terakhir masukin ke daptar favorite kalian ya

kritik dan saran Author tunggu <<<<

bye, see you next chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!