" Bapak...bapak..."
" Iya, bapak kemana mas ? " tanya syahira kesal memunggu jawaban kakaknya.
" Itu dek, emm bapak lagi pergi ke rumahnya pak broto yang ada di Sukabumi itu loh dek." Ucap pras berbohong, karena nyatanya dia sendiri pun tidak tahu bapaknya ada dimana. Bapaknya pergi begitu saja setelah pemakaman, bahkan ia tak mengucapkan sepatah katapun kepada pras.
" Oh...tapi kenapa bapak tiba - tiba ke sukabumi padahalkan ibu baru aja meninggal mas."
" Mas juga gak tau dek."
" udah sekarang lebih baik kamu istirahat aja ya, mas mau panggil dokter dulu buat periksa kamu." Lanjut pras mengalihkan perhatian syahira.
" iya mas "
' maafin mas dek, bukan maksud mas bohong. Tapi mas juga gak tau bapak kemana. ' batin pras sebelum pergi meninggalkan ruangan.
......................
" Alhamdulillah adik mas gak kenapa - kenapa, sepertinya operasi kemarin tidak mempengaruhi apapun." Ucap dokter setelah memeriksa keadaan syahira.
" Hah OPERASI ! " teriak syahira terkejut mendengar kata operasi yang dilontarkan sang dokter.
" Iya dek, kamu habis dioperasi kemarin karena tertabrak mobil, tapi alhamdulillah Allah baik sama kita dek, Allah masih memberikan kesempatan untuk kamu bertahan, meskipun kamu hampir saja kehilangan nyawa kamu dek." Jelas pras.
" Lain kali kamu jangan buat mas khawatir kayak gitu lagi ya, mas gak mau pokoknya kalo harus liat kamu antara hidup dan mati lagi." Lanjut pras.
" iya mas gak akan kok."
" Aduh....mas ini sayang banget ya sama adeknya, jarang - jarang loh ada kakak yang sayang banget sama adeknya apalagi kalo kakaknya cowok, biasanya meskipun sayang tapi gak sebesar dan seperhatian mas ke adeknya gini loh. Dan jarang juga ada kakak adik yang bisa akur banget kayak gini." Sela sang dokter menyela pembicaraan adik kakak itu, ia merasa senang melihat kedekatan dan kasih sayang yang dimiliki oleh Pras dan syahira.
" hahaha...dokter bisa aja, ya emang mas saya ini paling the best, tapi kadang - kadang ngeselin dok, jail orangnya." Jawab syahira.
" yee.....kamu kali tuh yang suka ngeselin."
" eh mas kapan ya aku ngeselin, mas kali tuh." Ucap syahira tak terima dengan perkataan kakaknya, tadikan dia yang mengatakan kakaknya ngeselin kenapa jadi balik ke dia.
" ya iyalah kamu, siapa lagi coba. Kamu itu ya udah ngeselin, cerewet pula, mas yakin deh gak bakalan ada yang mau sama cewe yang nyebelin plus cerewet kayak kamu hahaha...."
" Enggak mas bu...."
" Sudah - sudah kalian berdua ini, baru saja saya memuji kalian tapi sekarang kenapa jadi ribut begini." Lerai sang dokter.
" ya sudah karena pemeriksaannya sudah selesai, saya permisi pergi keruangan saya lagi daripada disini liat kalian berantem." Pamit sang dokter.
" hehehehe maaf dok, iya silahkan dok." Ucap pras mempersilahkan sang dokter meninggalkan ruangan.
" mas sih ada - ada aja, pake harus debat sama aku cuma gara - gara aku bilang mas ngeselin." Ucap syahira setelah kepergian sang dokter.
" Kok mas, kan kamu yang..."
" udah mas jangan dibahas lagi deh. Kalo mas ngomong lagi pasti gak bakalan selesai, pasti ujung - ujungnya debat lagi kayak tadi. Aku capek kalo harus debat sama mas lagi, aku mau istirahat aja." Potong syahira.
" ya sudah sana buruan istirahat, mas bakalan jagain kamu disini kok."
" Hemmm" deham syahira sebelum ia terlelap.
Tiga hari sudah lamanya syahira dirawat dirumah sakit, kini keadaannya sudah lebih membaik dan dokter sudah memperbolehkan syahira untuk pulang hari ini. Rencananya sebelum pulang kerumah syahira dan pras akan pergi ke pemakaman sang ibu terlebih dahulu. Namun, karena ada beberapa hal yang harus dilakukan pras dikampusnya, menjadikan apa yang sudah direncanakan tak bisa dilaksanakan. Dan karena syahira tidak boleh kecapean, pras tidak bisa mengajak syahira ke kampusnya hingga akhirnya syahira pun dibawa pulang ke rumah.
" Inget apa kata dokter, jangan sampe kecapean. Istirahat aja dulu ya, tunggu mas dirumah, mas cuma sebentar kok dikampusnya." Pesan pras
" iya siap bosque..." ucap syahira dengan tangan keatas seperti orang yang sedang hormat.
" Bagus, ya sudah mas pamit, assalamu'alaikum."
" wa'alaikumsalam " jawab syahira yang masih setia berdiri dihalaman rumah.
Motor matic hitam yang dikendarai pras mulai melaju pergi meninggalkan rumah. Setelah Pras sudah tak terlihat lagi, syahira pun mulai beranjak pergi masuk kedalam rumah. Namun, saat pintu terbuka syahira dikejutkan dengan keadaan rumah yang amat sangat berantakan. Pintu lemari tengah terbuka, kursi berantakan tidak sama seperti asalnya, taplak meja tergeletak dilantai dan terdapat serpihan kaca meja yang pecah.
" BAGUS! " sebuah suara mengagetkan syahira yang tengah mengamati keadaan rumah.
" Bapak "
" Mana cepat kesinikan surat tanah itu." Ucap seorang pria yang disebut bapak tadi.
" Maksud bapak surat tanah yang mana ? "
Syahira tidak paham dengan apa yang diucapkan bapaknya, kenapa tiba - tiba meminta surat tanah.
" Ya surat tanah ibumu lah, bapak mau jual tanah itu. Mana cepat ambil. " titahnya
" Tapi pak, ibu bilang tanah itu gak boleh dijual pak, tanah itu untuk biaya ara kuliah nanti pak. Ara gak bisa kasih surat itu ke bapak." Jawab syahira. Ia tak mau memberikan surat itu karena memang ibunya telah memberikan tanah itu untuknya sebagai bekal dan biaya untuk kuliahnya nanti.
" Hah kuliah, KAMU ? Buat apa kamu kuliah, ngabis - ngabisin duit doang. Lebih baik duitnya dipake buat yang lain saja. Lagian kamu itu perempuan buat apa sekolah tinggi - tinggi, sudah sepatutnya kamu itu diam dirumah urus rumah saja atau kalau emang mau kerja, langsung saja kerja supaya bisa ngasilin duit sendiri bukannya nyusahin pake mau kuliah segala. Udah ah mana cepet sini suratnya, bapak lagi butuh duit." Ucap sang bapak memaksa.
" Bukannya dulu bapak ya yang dukung aku buat lanjut kuliah, lalu kenapa sekarang bapak malah bilang kayak gitu ?."
" Dulu sama sekarang itu berbeda semuanya sudah tidak sama. Kini semuanya telah berubah, dan kamu, bapak sudah gak izinin kamu buat kuliah." Ucap sang bapak penuh misteri.
" Apa maksud bapak ? Apanya yang berubah pak ? Semuanya gak ada yang berubah pak masih sama, hanya kehadiran ibulah yang menjadi pembeda pak." Tanya syahira tak mengerti.
" sudahlah kamu pasti tidak akan mengerti, sekarang cepat mana suratnya ?, " ucapnya mengalihkan.
" oh pasti kamu simpan dilemari kamar kamu kan ? " ucap sang bapak dan langsung pergi menuju kamar syahira. Ia membuka pintu lemari syahira dengan kasar tanpa menggunakan kunci terlebih dahulu hingga membuat pintunya rusak. Diobrak-abriknya pakaian yang ada didalam lemari dengan asal sampai berhamburan dilantai. Isak tangis syahira dan permohonannya tak dihiraukan, ia terus fokus mencari hingga akhirnya ditemukanlah sebuah map coklat dibawah tumpukan baju paling bawah.
" Akhirnya ketemu juga." Ucap bahagia unang bapak syahira setelah ia berhasil menemukan apa yang dicarinya sejak tadi.
" Pak, jangan pak. Jangan dijual tanahnya." Ucap syahira memohon, derai air mata sudah luruh membasahi pipinya sejak tadi.
" Diam kamu ! " Bentak unang, kemudian ia mendorong syahira hingga terjatuh.
" Bapak...jangan pak. Ara mohon bapak jangan jual tanah itu." Ucap syahira sambil mengejar bapaknya yang sejak tadi beranjak pergi menuju keluar rumah. Namun, Unang tak bergeming ia terus berjalan tanpa memperdulikan syahira. Sesampainya diluar ia langsung mengendari motornya dan melesat pergi meninggalkan rumah beserta syahira yang memanggil - manggil namanya.
Luruh sudah, syahira ambruk ditanah. Air mata semakin deras turun membasahi pipinya. Sedih dan kecewa itulah yang dirasakannya saat ini. Ia tak menyangka ayahnya akan berbuat seperti ini, dengan mudahnya ia akan menjual tanah yang seharusnya menjadi bekal kuliahnya nanti. Dan yang paling membuat syahira sedih adalah perkataan ayahnya yang tidak memperbolehkannya untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dulu beliaulah yang mendukung syahira untuk menggapai mimpinya. Tapi kenapa sekarang beliau melarang? Dengan dalih bahwa syahira adalah seorang perempuan dan sudah sepantasnya ada dirumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan yang paling membuat syahira bertanya - tanya adalah karena bapaknya berkata bahwa sekarang semuanya telah berubah. Apanya yang berubah? Perubahan apa yang dibicarakan ayahnya, syahira tak mengerti karena menurut dirinya tak ada perubahan yang memungkinkan ia tidak bisa melanjutkan sekolah, yang syahira tahu perubahan yang terjadi sekarang ada 2. Pertama kehadiran sang ibu yang sudah tidak ada lagi dan yang kedua adalah yang paling membuat syahira heran, yakni sikap ayahnya yang tiba - tiba kasar terhadapnya. Tak pernah bapaknya itu berkata kasar terhadapnya tapi apa yang dilakukan bapaknya barusan? Ia bukan hanya berkata kasar tapi juga sampai mendorong syahira. Apa perubahan itu yang dimaksud bapaknya ataukah yang lain? Entahlah syahira pun tidak tau.
Awan tiba - tiba mendung dan rintik hujan perlahan mulai turun membasahi bumi, menemani syahira yang masih setia menangis dihalaman rumah. Hujan itu turun seakan mengerti dan paham apa yang dirasakan syahira saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments