Part 7

#Syahira fov.

Rasa sakit itu masih terasa, begitu pula dengan setiap rangkaian kata yang terus mengusik dalam jiwa. Meski berapa kali pun orang berkata tapi disini aku yang merasa. Cukup sulit bagiku menerima setiap kejadian yang menimpaku akhir - akhir ini. Dan jujur aku tak kuasa menahannya. Namun, aku bisa apa?, aku hanya bisa mencoba untuk terlihat baik - baik saja supaya mas Pras tidak merasa khawatir.

Hari sudah semakin siang, matahari kini mulai beranjak memperlihatkan sinarnya. Begitu pula dengan jam, terlihat sudah memanggil - manggil seakan menyuruhku untuk segera berangkat sekolah. Namun, disinilah aku, masih berdiri dibalkon kamar sambil memandang ke kejauhan. Rasanya enggan diri ini untuk melangkah satu kali pun, apalagi jika harus ke sekolah yang memerlukan banyak sekali langkah, ya walaupun saat ini pasti diantar mas Pras tapi tetap saja tak mau.

Perasaanku masih campur aduk, kesedihan yang sudah mulai membaik pun kini kian bertambah akibat kejadian kemarin. Luka itu semakin dalam tersayat sampai - sampai aku tak tahu kapan luka itu akan sembuh.

" Tok..Tok..Tok... " terdengar suara pintu yang diketuk, namun hal itu tak mengalihkan perhatianku.

" Tok...Tok...Tok... " terdengar suara ketukan pintu yang kedua, tapi aku masih enggan untuk menjawab.

" Tok...Tok..Tok... " ketukan ketiga terdengar dan itu mampu mengalihkan perhatianku.

" Iya mas ada apa? " tanyaku.

" Sekolah dek, ini sudah siang nanti kamu telat. Ayo mas anterin." Jawabnya dari balik pintu.

" Tapi mas Ara lagi males ke sekolah "

" Dek kamu gak boleh gitu, mas tau kamu gak mau sekolah pasti gara - gara kejadian kemarin. Tapi meski begitu kamu harus tetap sekolah dek, kamu harus kuat, ibu pasti sedih kalau liat kamu gak mau sekolah gini. ayo sekolah mas anter berangkatnya. " bujuk Pras.

" Ya sudah mas sebentar Ara siap - siap dulu. " jawabku pada akhirnya, mungkin mas Pras benar jika ibu melihatku tidak mau sekolah seperti ini, ibu pasti sedih banget.

......................

" Ya sudah mas hati - hati dijalan, Ara masuk dulu ya assalamu'alaiku. " pamitku, lalu mencium tangannya.

" wa'alaikumsalam Iya dek, gih sana masuk. "

Setelah mendapat jawaban dari mas Pras aku pun beranjak masuk ke sekolah. Wajah kurang bersemangat, itulah yang tampil dimukaku saat ini.

Aku langsung duduk ketika baru saja sampai dikelas, aku tak menghiraukan teman - temanku yang bertanya perihal diriku yang tiba - tiba terlihat tak bersemangat. Energiku telah terkuras habis oleh kejadian kemarin, dan itu membuatku tak berkeinginan untuk menjawab. Selain itu, aku pun tahu bahwa mereka sebenarnya tidak benar - benar peduli tentang keadaanku, tapi mereka hanya sekedar ingin tahu saja dan itulah alasanku tidak mau menjawab pertanyaan mereka.

" Ra, are you oke? " tanya Bella yang baru saja menghampiriku.

" Hai maneh Bella, ges nyaho si Ara th mukana tos kawas kitu, nya berarti aya naon - naon atuh. " timpal Nada dengan bahasa khasnya yang telah keluar yakni bahasa sunda. Nada adalah sahabatku sama seperti Bella. Kami bertiga sudah beteman sejak duduk dibangku putih biru. Terlahir dikota yang berbeda tak membuat persahabatan kami bermasalah, karena yang terpenting dalam sebuah persahabatan adalah kepercayaan, saling menyayangi dan saling mengerti satu sama lain.

v Aku terlahir di ibu kota negara ku yakni Jakarta, dan Bella terlahir di Jawa. Bella adalah sosok yang baik, perhatian dan juga ceria. Parasnya yang cantik pun menambah daya tarik dalam dirinya, wajah belasteran korea - indo terpatri apik pada dirinya. Tak ayal, banyak pria yang terkagum - kagum kepadanya. Namun, tak pernah ada yang dia suka, entah seperti apa laki - laki yang disukainya.

Sedangkan Nada dia terlahir di Bandung, kedua orang tuanya merupakan asli orang bandung. Maka dari itu Nada sangat pasih berbahasa sunda dan kadang - kadang dia pun memakainya ketika berbicara kepadaku ataupun yang lainnya.

" I'm oke, please tolong biarin aku sendiri dulu ya. Nanti istirahat baru aku cerita. " ucapku yang tak ingin diganggu.

" oke, tapi inget jangan sedih mulu ya. " kata Bella dengan menepuk pundakku pelan.

" Iya benar kata Bella, jangan sedih kita ada disini buat kamu. " timpal Nada.

Mereka berdua pun pergi dan duduk dibangkunya masing - masing, tak lama dari itu guru mata pelajaran pertama pun masuk, mau tak mau aku pun berusaha untuk fokus memperhatikan guru menerangkan meski sebenarnya aku tidak memiliki mood untuk melakukannya.

Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar dari kelas menuju tempat yang ingin mereka kunjungi. Ada yang ke perpus, toilet, ke lapangan atau tempat - tempat lainnya. Ada pula yang pergi ke kantin, seperti aku dan kedua sahabatku. Kini kami sudah duduk dibangku kantin yang biasa kami tempati. Meja yang berada dibawah pohon yang cukup rindang dan mampu menyejukkan siapa saja yang ada dibawahnya.

" Jadi gimana ceritanya Ra? Kamu udah ketemu bapak kamu? Terus apa katanya? Apa vidio kemarin itu beneran? " tanya Bella beruntun.

" Hiji - hiji atuh Bell, karunya Ara pusing denger pertannyaan kamu." Sela Nada dengan bahasa yang campur aduk.

" hehehe... maaf " ucap Bella.

" Oke jadi intinya itu beneran gak Ra? " lagi Bella bertanya kepadaku.

Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Bella, lidahku tak bisa bergerak dan tenggorokanku tiba - tiba tercekat. Air mata jatuh perlahan membasahi pipiku sebagai tanda bahwa aku tak sanggup menceritakannya kepada kedua sahabatku itu.

Mengerti dengan keadaanku, mereka tak banyak bicara dan langsung menghampiriku. Mereka memelukku erat, membiarkan aku menumpahkan seluruh keluh kesah dan kesedihanku di bahu mereka.

Cukup lama aku menangis, dan setelah tenang aku pun melepaskan pelukan keduanya. Sebenarnya malu juga aku menangis seperti itu, apalagi dari tadi semua orang yang ada dikantin terus memperhatikan kearah kami.

" Udah Ra jangan terlalu dipikirkan ya, mungkin itu yang terbaik. Lagian kalau bapak kamu nikah lagi kan bagus, jadinya nanti gak kesepian. " ucap Nada mencoba menenangkanku.

" Iya Ra, kamu harus kuat dan ikhlas ya. Mungkin memang itu yang terbaik saat ini. " timpal Bella pula.

" Udah sekarang kamu jangan sedih ya, senyum dong biar cantik. " lanjutnya

" Iya " jawabku, lalu tersenyum kepada mereka berdua.

" Terima kasih ya karena kalian selalu ada buat aku, dan selalu menguatkan aku ketika aku sedang lemah kayak sekarang ini. " ungkapku jujur kepada mereka.

" Ya ampun Ra, kayak ke siapa aja. Kita kan Best Friend sudah pasti gitulah, bener gak Bell? " ucapnya sambil meminta dukungan dari Bella.

" Iya betul tuh. " timpal Bella.

" Kalian memang sahabat aku yang paling the Best " ucapku, kemudian memeluk mereka kembali.

" ehh guys, gimana kalau pulang sekolah nanti kita ke toko buku. Itung - itung refressing beli buku gitu, sekalian biar kamu juga gak sedih lagi Ra, gimana setuju gak? " ajak Nada antusias.

" emm boleh juga. " jawabku yang memang sedang butuh penyegaran supaya aku tidak terus - terusan terlarus didalam kesedihan.

" Kamu giman Bell, setuju gak? " tanya Nada kepada Bella.

" Emm.. aku gak bisa, ada urusan soalnya. " tolak Bella dengan wajah yang menurutku sedikit menampilkan kegugupan dan kegelisahaan. Namun, aku tak terlalu memperhatikannya, ya karena ku pikir mungkin aku salah liat.

" kamu Bell, gak bisa mulu. Ya udahlah gak apa - apa, kita berdua aja gimana Ra? " tanya Nada meminta pendapat dari ku.

" Iya kita berdua aja gak apa - apa. " putusku.

hai hai author kembali.....

jangan lupa

vote

like

komen

ditunggu ya...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!