“Bukan itu masalahnya, Di. Gue cuma nggak bisa aja terima dia.”
“Lo nggak cinta sama dia?”
Melani mengangkat kedua bahunya,”Entahlah, gue nggak tahu gue cinta sama dia apa enggak? Tapi yang gue tahu, gue sama sekali nggak ngerasain apa-apa waktu deket dia. Perasaan gue selalu biasa-biasa aja, nggak ada yang istimewa.”
Diandra manggut-manggut,”Bener juga ya, Mel. Kalau lo – nya nggak ada rasa apa-apa sama dia, gimana lo bisa suka sama dia?”
“Makanya, gue nggak bisa nerima dia. Gue juga udah berkali-kali jelasin ke dia, kalau kita lebih baik temenan aja. Eh, dia-nya malah marah? Selama ini gue juga selalu bersikap baik kok, sama dia.”
“Mel, Mel!” Diandra menepuk-nepuk bahu Melani,”Itu bukannya si Anthony, Mel?”
“Mana?”
“Itu tuh yang di sana. Itu lho.” Diandra menunjuk ke suatu arah.
Melani melihat di kejauhan, Anthony sedang membentak-bentak Eddy-cowok culun berkacamata tebal. Dan sepertinya Eddy sangat takut sekali dibentak-bentak sama Anthony. Melani nggak tahu ada masalah apa di antara mereka sampai-sampai Anthony bisa semarah itu dan mendorong-dorong kepala Eddy.
“Anthony ngapain sih, kok marah-marah sama si Eddy?” Diandra bertanya-tanya karena bingung melihat adegan itu,”Setahu gue, kayaknya si Eddy itu tipe cowok yang nggak suka cari masalah, deh!”
Melani tampak marah sekali, sepertinya dia sudah bukan yang pertama kali ini melihat adegan kekerasan seperti itu,”Ini salah satu alasan kenapa gue nggak pernah mau nerima dia jadi cowok gue.” Melani berjalan dengan langkah panjang-panjang ke tempat Anthony dan Eddy.
“Lho? Mel, mau kemana?” Diandra buru-buru mengejar.
Sementara itu, Anthony masih tetap marah-marah pada Eddy yang tampaknya sudah sangat ketakutan itu,”Eh, lo kalau mau selamet, jangan macem-macem sama gue! Lo pikir sepatu gue ini harganya berapa?” Anthony menunjuk sepatunya yang kotor karena ketumpahan es krim yang tadi dibawa Eddy. Dan sepertinya hanya karena masalah itu Anthony marah,”Gue yakin, gaji bokap lo setahun juga nggak bakalan bisa ngeganti sepatu gue ini.”
“M-maaf. Aku nggak sengaja.” Eddy berkata gugup dengan tubuh bergetar.
“Maaf, maaf? Lo pikir masalah ini bakalan selesai cuma cukup dengan minta maaf doang, hah? Lo musti ganti sepatu gue!”
“Berapa yang lo minta?”
Anthony dan Eddy kaget mendengar suara seseorang. Mereka menoleh secara bersamaan. Rafa datang dengan langkah santainya dan berdiri di depan Anthony.
“R-Rafa?” seru Eddy kaget yang langsung berlindung di belakang tubuh Rafa.
Anthony nggak kalah kagetnya melihat Rafa. Bahkan Melani dan Diandra yang berjalan ke arah mereka, langkahnya terhenti mendadak melihat kedatangan Rafa yang tiba-tiba dan bersikap seolah siap untuk membela Eddy.
“Lo marah-marah sama Eddy cuma karena dia nggak sengaja numpahin es krimnya ke sepatu lo yang mahal itu?” Rafa berkata sinis.
Anthony mendengus kesal,”Itu bukan urusan lo. Mendingan lo nggak usah ikut campur, deh!”
Rafa tertawa sinis,”Katanya orang kaya? Lo bilang harga sepatu lo aja nggak sebanding sama gaji bokapnya Eddy setahun? Kalau lo orang kaya, ngapain musti repot-repot minta dibeliin sepatu sama orang lain?”
Wajah Anthony memerah. Dia marah sekali dilecehkan seperti itu oleh Rafa. Kedua tangannya sudah mengepal kuat, ingin menonjok Rafa.
“Lagian cuma kotor dikit aja lo udah repot minta ganti rugi? Kenapa? Apa lo nggak mampu bayar tukang semir sepatu buat ngebersihin sepatu lo?”
“Eh, lo kalau ngomong dijaga, ya!” Anthony menunjuk wajah Rafa dengan tatapan yang marah sekali.
Melani dan Diandra hanya bisa terpaku di tempat melihat perdebatan seru dan menegangkan antara Rafa vs Anthony. Melani nggak menyangka kalau orang kaya raya dan cuek seperti Rafa, ternyata juga sangat peduli dengan orang kecil seperti Eddy.
Rafa lagi-lagi hanya tersenyum sinis,”Kenapa? Lo tersinggung? Lo marah? Pengen pukul gue? Ayo pukul kalau berani! Gue sama sekali nggak takut sama lo.”
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments