“Nggg…Cy-Cyntia?” Melani memandang Rafa yang justru terkesan santai-santai saja, lalu kembali menatap Cyntia yang masih belum bicara apa-apa. Saat itu Melani benar-benar sangat berharap kalau Rafa akan mengatakan sesuatu yang akan menyelamatkan dirinya. Tapi Rafa sama sekali nggak bicara apa-apa, bahkan terlihat peduli pun enggak. Apa dia nggak takut kalau Cyntia marah? Dasar cowok nggak jelas! pikir Melani.
“Lo…lo Melani, kan?!” ujar Cyntia tiba-tiba,”Anak Jurusan Sastra?”
Melani manggut-manggut,”I-iya bener.”
“…”
“Nggg…Cyn, lo jangan salah paham ya? Gue nggak ada hubungan apa-apa kok, sama cowok lo. Tadi gue cuma kebetulan ketemu dia di jalan terus nebeng, soalnya nggak ada angkot. Gue takut telat. Sebenernya gue juga nggak mau kok, barengan sama cowok lo. Iya, bener. Jadi lo jangan berpikir yang macem-macem, ya?!” Melani kalang kabut sendiri.
Cyntia menganggukkan kepalanya dengan wajah yang terheran-heran dengan sikap Melani yang bingung sendiri itu,”Iya, gue percaya kok.”
Melani langsung plong, seakan-akan semua beban di kepalanya terangkat begitu saja setelah mendengar jawaban Cyntia,”Aduh, makasih banget ya, lo nggak marah sama gue. Ya udah, gue duluan ya!” Melani segera pergi dari hadapan Cyntia sebelum lama-lama mati gaya di depannya karena panik.
Cyntia memandang Melani sampai Melani nggak kelihatan di antara orang-orang yang berlalu lalang. Lalu Cyntia mendekati Rafa,”Hai, Raf!” sapa Cyntia.
Rafa nggak menyahut sapaan Cyntia, dia malah asyik menekan-nekan keypad HP nya mengSMS seseorang.
Cyntia yang sudah tahu betul sifat Rafa itu, dia pun maklum,”Oh iya, Raf. Lo ngerasa nggak, kalau si Melani itu beda?”
“Beda gimana?”
“Ya, beda aja. Aku itu kan kenal sama semua mantan-mantan kamu. Dan cuma Melani doang yang kayaknya kalang kabut gitu pas ketemu sama aku? Aku juga lihat, dari sekian banyak cewek yang ada di kampus ini, cuma dia satu-satunya cewek yang nggak suka deket sama kamu.” Cyntia memberikan pendapatnya.
“Tahu tuh. Emang cewek aneh. Ayo pergi!” Rafa berjalan duluan meninggalkan Cyntia.
*
Melani bergegas masuk ke dalam kampus dengan tergesa-gesa, mirip kayak buronan lagi dikejar-kejar polisi. Dia masih shock aja gara-gara kepergok sama Cyntia lagi nebeng mobilnya Rafa. Biarpun tadi Cyntia udah bilang nggak apa-apa, tapi tetep aja Melani merasa nggak enak hati. Soalnya Melani kan bukan siapa-siapanya Rafa, beda lagi kalau temen atau asisten gitu kan wajar-wajar aja kalau nebeng mobil Rafa. Karena terlalu panik, Melani sampai menabrak seseorang.
“Aduh!” Melani kaget melihat wajah orang ditabraknya,”Lho? Anthony???”
Anthony tersenyum melihat Melani,”Hai, Mel!”
“Lo…lo kok bisa ada di sni, sih?” Melani bingung.
Anthony langsung memeluk Melani seolah memeluk pacarnya yang sudah lama nggak ditemuinya,”Ya ampun, Mel. Gue kangen banget sama lo. Belum juga sebulan lo pindah ke Jakarta, tapi gue udah kangeeeennn banget sama lo.”
Melani berusaha melepaskan pelukan Anthony yang sangat erat itu, sehingga Melani sesak napas,”Aduh, Thon. Lepasin dong! Malu dilihat banyak orang.”
Namun Anthony tetap nggak mau melepaskan pelukannya terhadap Melani. Dia tetap saja memeluk Melani dengan erat, sampai akhirnya Melani kesal dan menginjak kaki Anthony sekuat tenaga,”Adaoooowwwww!!” Anthony melepaskan Melani, lalu gantian memegangi kakinya sambil lompat-lompat kesakitan,”Mel, lo tega banget sih, sama gue? Ntar kalau kaki gue harus diamputasi gimana?”
“Abis lo ngeselin, sih? Ngapain pake peluk-peluk gue segala?”
“Ya, sorry Mel. Soalnya gue kan kangen sama lo.” Anthony membela diri.
“Iya, gue maafin.”
Senyum lebar mengembang di wajah Anthony,”Makasih ya, Mel.”
“Lo ngapain ada di sini, Thon?”
“Oh itu. Ini lho, gue kan sekarang kuliah di sini Gue juga maba lho, di sini."
Melani kaget,”Hah? Kuliah di sini? Kok bisa?"
Anthony manggut-manggut.
“Kok bisa?” Melani heran, soalnya dia tahu betul kalau kampus di Jogja tempatnya kuliah dulu dengan Anthony adalah kampus terbaik setahu dia. Terus Melani juga tahu betul Anthony bukan tipe orang yang suka pindah-pindah ke tempat baru, soalnya Anthony paling nggak suka merasa asing di tempat baru. Tapi kok sekarang tiba-tiba nongol di sini? Itu merupakan tanda tanya besar bagi Melani.
“Ya bisa, dong! Anthony.” Anthony berkata dengan bangga. "Apa sih yang nggak bisa dilakukan Anthony?"
“Ya udah, kalau nggak mau ngomong.” Melani bermaksud mau pergi, tapi Anthony memegang tangannya dengan buru-buru.
“Tunggu, tunggu, Mel!”
“Apa?”
“Jangan marah, dong!”
Melani pun nggak jadi pergi.
“Gue pindah ke sini dan rela jadi maba karena ikut bokap gue, Mel. Bokap gue jalin kerjasama sama orang Jakarta, makanya sekarang dia juga lebih sering ke Jakarta. Gue juga sekarang ikut ngelola perusahaan, lho. Ya, itung- itung nyenengin papa lah.Daripada gue di rumah sendirian, kan mendingan gue kerja juga aja. Kan kalau gue ada di sini, kita kan bisa sering ketemu kayak dulu lagi. Iya, kan?!”
“Jadi cuma itu alasan lo pindah ke sini? Cuma buat ketemu sama gue? Dan bukan buat belajar?” Melani kelihatan nggak suka dengan jawaban Anthony yang secara garis besar tujuannya kuliah di Jakarta hanya untuk bertemu dengannya.
“Ya enggaklah, Mel.” Anthony buru-buru menjelaskan,”Secara garis besar sih, emang iya buat bisa ketemu lo terus tiap hari. Tapi gue juga kuliah buat belajar kok. Bener!”
Melani menarik napas panjang,”Ya terserah lo, deh! Itu sih bukan urusan gue ya?”
“Nggg…Mel?”
“Apa?”
“Gimana?” tanya Anthony sok misterius.
Melani terlihat bingung, dia memutar bola matanya kemana-mana untuk mencoba mencerna maksud pertanyaan dari Anthony. Tapi tetap saja Melani nggak mendapatkan maksud apa dari pertanyaan Anthony,”Gimana apanya, ya?”
Anthony memegang kedua pundak Melani dan menatap Melani dengan wajah serius,”Gue masih nunggu jawaban lo, Mel.”
“Jawaban? Jawaban apa, ya?” Melani masih terlihat bingung.
“Lo nggak usah pura-pura lupa! Gue tahu lo ngerti maksud gue.”
Melani bingung, dia memang sebenarnya tahu maksud Anthony, tapi Melani pura-pura nggak tahu dengan harapan kalau Anthony akan menyerah dan pergi.
“Lo kan tahu, dari dulu gue suka sama lo. Dan gue masih tetep nunggu jawaban lo sampai sekarang.”
Melani nggak menyangka Anthony akan kembali menyatakan cinta padanya. Apalagi di kampus yang rame seperti sekarang itu. Melani jadi tambah kikuk dan pastinya malu banget ada beberapa pasang mata yang saat itu sedang memperhatikan mereka berdua.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments