“Lo ngapain sih, di sini? Kalau mau bunuh diri jangan di sini, dong! Sana, ke laut aja!” ujar Rafa menegur. Dan ini untuk pertama kalinya Melani mendengar suara Rafa.
“Siapa juga yang mau bunuh diri? Gue tadi mau nyari ojek.” Melani membantah.
“Nyari ojek? Lo tahu nggak apa yang bakal terjadi sama lo kalau tadi gue nggak nolongin lo?” Rafa berkata setengah berteriak.
Melani terdiam. Dia tahu tadi ada motor yang lewat di dekatnya saat Rafa menariknya, dan kalau bukan karena Rafa menolongnya, pasti tadi dia sudah tertabrak motor yang tadi.
“Mungkin sekarang lo udah mati jadi korban tabrak lari kalau gue nggak ada. Emang lo kalau nyeberang nggak lihat-lihat kanan-kiri, apa? Main nyelonong aja? Bahaya tahu?! Ini tuh Jakarta. Kalau sampai lo jadi korban tabrak lari, nggak bakalan ada yang mau nolongin lo!” Rafa marah-marah.
“Iya, iya, gue minta maaf.” Melani merasa bersalah,”Makasih udah nolongin.”
“Iya,” sahut Rafa jutek.
“…”
“Ya udah, ayo!” Rafa menggandeng tangan Melani.
“Eh, eh, eh. Lo mau bawa gue kemana? Jangan berbuat macem-macem ya, mentang-mentang lo udah nolongin gue!” pikiran Melani tentang Rafa sudah terlanjur jelek setelah apa yang didengarnya dari teman-temannya kalau Rafa tipe cowok yang gampang banget nembak cewek seenaknya. Jangan-jangan Rafa juga bakal melakukan hal yang sama dengan dirinya.
“Eh, lo jangan seenaknya ya kalau ngomong!” semprot Rafa,”Lo pasti nyari angkot karena mau ke kampus, kan?! Makanya barengan sama gue aja! Daripada lo telat.”
“Nggak usah. Gue bisa berangkat sendiri, kok.”
“Ya udah, terserah lo! Yang penting gue udah berbuat baik buat ngasih tebengan ke lo, kalau lo nggak mau ya udah, terserah lo! Lo pikir gue bakalan maksa lo buat ikut gue, gitu?” Rafa berbalik dan berjalan menuju mobil merahnya yang terparkir di pinggir jalan.
Melani mendengus kesal, rupanya Rafa memang sungguh-sungguh mau memberinya tumpangan, dan juga sungguh-sungguh meninggalkannya sekarang. Sebenarnya Melani males banget kalau musti berangkat ke kampus bersama Rafa, soalnya pasti semua orang di kampus akan bertanya-tanya kalau melihatnya turun dari mobil Rafa. Dan pastinya nggak akan sedikit yang punya pikiran miring tentang dirinya. Tapi waktu sudah semakin mepet, kalau Melani nggak segera berangkat ke kampus, dia bisa telat di jam kuliah pertama. Melani pun bingung harus bagaimana, sementara tetap nggak ada angkot atau ojek yang lewat untuk dinaikinya.
Satu-satunya pilihan supaya dia cepat sampai ke kampus hanyalah dengan menerima tawaran Rafa. Kalau naik mobil Rafa pasti bakalan cepet sampai ke kampus daripada dia naik ojek.
“Nggg…RAFA?” Melani memanggil Rafa dengan sedikit rasa ragu.
Rafa yang tangan kanannya sudah membuka pintu mobil, mendengar panggilan Melani dia kembali menutup pintu mobilnya, lalu menoleh ke belakang,”Apa?”
Melani berjalan ke tempat Rafa,”Gue bareng lo aja, deh! Boleh, kan?!”
“Tadi katanya nggak mau? Bisa berangkat sendiri?” Rafa meradang.
“Iya, gue minta maaf. Tapi gue nggak mau telat nyampe kampus.”
“Ya udah, ayo masuk!”
***
Di perjalanan, Rafa dan Melani saling mendiamkan diri masing-masing, soalnya emang nggak ada yang perlu dibicarain. Selama ini mereka memang nggak saling kenal, ngobrol aja baru hari ini. Sebenarnya Melani males banget untuk ngobrol dengan Rafa, tapi kejadian tentang beberapa hari yang lalu, saat Rafa menolongnya waktu jatuh dari tangga dan tiba-tiba menjatuhkannya tanpa sebab, belum lagi kejadian waktu Melani dan Rafa bertemu, lalu Rafa tiba-tiba pergi tanpa ngomong apa-apa, membuat Melani harus bertanya sesuatu pada cowok yang ada di sebelahnya itu. Entah kenapa Melani terus-terusan kepikiran tentang hal itu sebelum dia tahu alasan Rafa melakukan itu padanya. Dan Melani merasa sekaranglah saatnya dia menanyakan itu pada Rafa. Karena nggak tahu kapan lagi dia akan berduaan dengan Rafa lagi seperti sekarang, atau mungkin nggak akan pernah lagi.
Melani memandang Rafa yang sedang konsentrasi menyetir. Untuk beberapa saat, Melani sempat kagum juga dengan ketampanan yang dimiliki cowok itu. Pantas saja, banyak cewek yang mau buat dijadiin pacarnya.
“Kalau mau ngomong, ngomong aja!”
Melani kaget,”Eh?”
“Mau ngomong apa sama gue?”
Dasar! Kayaknya dia tahu aja kalau gue mau ngomong sama dia?
“Cepetan kalau mau ngomong! Jadi nggak, nih?” Rafa tetap nggak mengalihkan pandangan dari jalanan di depannya.
Melani memperbaiki posisi duduknya dan menarik napas,”Lo kenapa sih, tiap ketemu gue selalu kabur?”
“…”
“Kayaknya lo itu nggak mau ngelihat muka gue? Emangnya kenapa? Muka gue nyeremin gitu?”
“Iya kali?!”
“Apa???”
“Jadi lo cuma mau nanya itu doang dari tadi?”
“Kenapa? Nggak boleh?” Melani mulai sewot.
“Terserah lo, deh!”
“Yang gue denger dari temen-temen, katanya lo itu playboy ya?”
“…”
“Kata temen-temen lo tuh suka nembak-nembak cewek seenaknya, kata temen-temen lo juga suka mutusin cewek lo seenaknya, terus kata temen-temen dulu sampe ada cewek yang nekat mau bunuh diri cuma gara-gara lo putusin? Lo kenapa sih tega banget sama mereka?”
“Kenapa nggak lo tanya aja tuh jawabannya ke temen-temen lo itu? Kayaknya mereka kenal banget sama gue?” Rafa cuek seolah nggak peduli.
“Idih…” Melani merasa kesal karena sepertinya Rafa nggak terlalu memperhatikan pertanyaannya,”Ya udah, terserah lo. Gue juga nggak bakal nanya-nanya lagi sama lo. Nggak penting buat gue.” Melani mengalihkan pandangannya keluar, kesal dengan sikap Rafa yang terkesan nggak peduli dengan orang.
***
Mobil Rafa memasuki area parkir kampus dan berhenti di dekat sebuah pohon besar. Area parkir sudah sangat padat, sehingga hanya tempat itu yang bisa dipakai untuk memarkir mobil. Setelah Rafa mematikan mesin mobilnya, Melani buru-buru keluar karena nggak mau terlalu lama dekat-dekat dengan cowok itu, apalagi kalau sampai banyak orang melihat, pasti mereka akan berpikir macam-macam tentang dirinya. Dan itu adalah satu hal yang sangat nggak diinginkan oleh Melani.
“Buru-buru banget mau kemana sih?” Rafa keluar dari mobilnya.
“Gue nggak mau lama-lama deket-deket sama lo, dan gue nggak mau orang-orang berpikir macam-macam tentang gue. Gue ini nggak sama ya, kayak semua mantan-mantan lo!”
Saat Melani berbalik, mau pergi, langkahnya terhenti mendadak, jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya gemetar. Dia melihat Cyntia di depannya sedang memandang ke arahnya dengan wajah penuh pertanyaan. Terang saja, pasti Cyntia sudah berpikir macam-macam tentang Melani, karena kelihatannya tadi Cyntia melihatnya keluar dari mobil Rafa. Dan Melani tahu, cewek mana yang nggak akan marah atau curiga melihat ada cewek lain keluar dari mobil pacarnya. Melani kaget dan bingung harus mengatakan apa. Hal yang sangat ditakutinya terjadi juga.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
solin
semangat
2021-10-31
1
IG : @thatya0316
Obsesi Cinta pertama mampir bawa like dengan sukses
2021-10-31
1