Rafa menghentikan langkahnya dan menoleh. Melani berjalan ke arahnya,”Gue mau ngomong sama lo.”
“Mau ngomong apa?”
“Lo ngapain sih, tiba-tiba dateng terus sok-sok jadi pahlawan buat keluarga gue?” Melani nggak suka.
“Kenapa emangnya?”
“Ya, gue nggak suka aja kalau ada orang yang sok baik sama keluarga gue, sok-sok nggak minta imbalan. Padahal di belakang, lo pasti punya maksud tersembunyi kan?!” Melani langsug nyerocos. Nggak tahu kenapa dia merasa senang aja kalau ngata-ngatain Rafa.
“Emang gue punya maksud lain.”
“APA???” Melani kaget. Dia nggak menduga kalau ucapannya yang asal-asalan tadi ternyata benar,”Maksud lo?”
“Gue mau lo kerja sama gue buat bayar utang lo ke gue tadi.”
“Hah?” Melani melotot,”Gue kerja sama lo?”
Rafa mengangguk.
“Nggak mau. Gue nggak mau kerja sama orang kayak lo. OGAH!”
“Orang kayak gue? Emang gue orang kayak apa?” Rafa pura-pura ingin tahu.
“Orang yang judes, aneh, sinting, nyebelin, angkuh, dan lain-lain.”
“Masa sih? Masa gue angkuh?” Rafa bertanya-tanya.
“IYA.”
Rafa tertawa kecil, dan baru kali ini Melani melihat Rafa tertawa, biarpun hanya sedikit,”Jadi gimana? Kapan mau mulai kerja jadi asisten pribadi gue?”
“What??? Asisten??? Gue…asisten lo?” Melani menunjuk ke arah Rafa dan geleng-geleng kepala,”Nggak mau. Nggak mauuuu!!!!”
“Eit, lo musti inget satu hal! Gue udah ngebantuin keluarga lo buat bayar utang ke rentenir itu. Kalau lo nggak mau kerja sama gue, gue bisa kok, memperlakukan lo sama keluarga lo jauh lebih kejam daripada rentenir itu!”
“Jadi lo ngancem gue?”
“Ya, terserah lo sih, nanggepinnya gimana?” Rafa malah berkata sambil duduk di jok depan mobilnya,”Gue sih, cuma sekedar ngingetin aja. Kalau sekarang, lo punya utang sama gue seratus juta rupiah.”
“Lagian nggak ada juga yang nyuruh lo buat bayarin utang-utang keluarga gue.” Melani mulai jengkel dengan Rafa.
“Jadi lo mau kalau orang tua lo dibawa sama rentenir itu?”
“Ya…ya nggak gitu juga, sih.” Melani berkata dengan suara kecil.
“Udah dibantuin bukannya terima kasih malah marah-marah?”
“Kan tadi udah bilang makasih?!” Melani mengingatkan.
“Jadi gimana? Mau nggak lo kerja sama gue?”
Melani berpikir, bingung. Dia sama sekali nggak pernah bermimpi untuk berurusan dengan Rafa, eh sekarang malah disuruh jadi asistennya.
“Iya, iya. Jadi tugas gue ngapain aja? Awas ya, kalau sampai ngasih tugas-tugas yang nggak bener!” Melani langsung curigaan.
“Oke. Lo bakalan kerja jadi asisten pribadi gue selama batas waktu yang nggak ditentukan.”
“Hah? Nggak bisa gitu dong. Harus jelas berapa lama gue kerja sama lo?"
"Melani, denger ya. Utang lo itu banyak. seratus juta. Lo bayangin aja, kalo duit segitu banyak itu berapa lama kira-kura lo bisa lunasin? Jadi mendingan lo nurut aja sama gue dan nggak usah banyak nanya. Oke?"
“Ya iya. Eh, tapi…ini kerjaan gue bukan yang aneh-aneh kan?!” Melani lagi-lagi curiga.
“Iya. Gue suruh lo kerja mandiin gue.”
“APA???” Melani berlonjak kaget,”Enak aja. Nggak mau gue. Emangnya lo itu bayi apa, mandi aja pake minta dimandiin?”
“Ya lagian, lo bawaannya curigaan melulu sama gue? Otak lo tuh udah ngeres aja isinya?” Rafa sebal dan mendorong jidat Melani.
Melani hanya cemberut,”Bercandanya nggak lucu, tahu!”
“Lo dengerin, ya! Kerjaan lo itu cuma nuruti apa aja yang gue suruh dan kapanpun gue butuhin lo, lo musti dateng! Nggak ada protes apapun. Kalau sampai lo nggak nuruti perintah gue, jangan salahin gue kalau gue ngelakuin hal-hal yang buruk sama keluarga lo!” Rafa mengancam.
“Iya, iya. Gue janji. Bakalan nuruti apa aja yang lo suruh. Asal masih dalam batas wajar aja, ya!”
Rafa tersenyum puas,”Oke. Kalau gitu kita mulai kesepakatan kerja mulai besok pagi!” Rafa berdiri dan mengulurkan tangannya,”Ayo salaman!”
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments