13

Mobil merah Rafa berhenti di depan sebuah gedung bertingkat yang sangat tinggi. Di depan pintu, beberapa orang berseragam sudah menunggu kedatangannya. Begitu mobil berhenti, mereka langsung bersiap di posisi masing-masing, dan salah seorang membukakan pintu untuk Rafa.

Rafa sekarang berada di depan ANA Group---sebuah perusahaan besar milik papanya yang sekarang ini dialah ceo-nya. Rafa tampak berbeda hari ini. Dia mengenakan setelan jas lengkap berwarna hitam. Hari ini dia bukan menjadi mahasiswa tapi seorang CEO.

Tak lama kemudian pak Amar yang merupakan sekretarisnya langsung menyambutnya. "Selamat pagi, Pak. Tuan Richard sudah menunggu di ruang meeting."

Rafa mengangguk. Lalu dia berjalan dengan lngkah tegapnya diikuti pak Amar.

*

Di ruang meeting.

"Saya rasa Anda sudah tahu tujuan kita mengadakan meeting hari ini, Pak." Pak Richard berkata. "Ini mengenai proyek kita di Surabaya yang mengalami kendala. Beberapa warga tidak mau memberikan tanda tangannya untuk pembangunan mal yang sudah kita rencanakan."

Rafa tampak sibuk membolak-balik berkas dengan tenang.

"Saya sudah menginvestasikan banyak uang untuk proyek ini. Kalau sampai gagal dijalankan, saya akan rugi besar. Anda tahu, kan?"

"Ya, saya tahu." Rafa menjawab santai.

"Lalu apa yang akan Anda lakukan? Bagaimana Anda akan mengatasi masalah ini? Saya tidak mau proyek ini gagal. Lokasi tersebut sangat strategis untuk bisnis ini. Saya tidak mau tempat lain."

"Pak Amar." Bukannya menjawab apa yang dikatakan pak Richard, Rafa justru berkata pada sekretarisnya.

"Iya, Pak."

"Katakan pada pak Denis yang ada di Surabaya. Kita akan bayar mereka 10 kali lipat asal mereka mau pindah dan menandatangani surat pernyataan itu." Rafa berkata dengan lantangnya.

"Se-sepuluh kali lipat, Pak?" Pak Amar tampak kaget. Itu adalah jumlah yang sangat besar.

"Ya. Sepuluh kali lipat." Rafa mengulangi. "Saya jamin mereka pasti akan setuju dan pindah tanpa banyak bicara."

"Pak Rafa, sepuluh kali lipat itu harga yang sangat besar," kata pak Richard. "Anda yakin?"

"Anda sendiri yang berkata bahwa tempat tersebut sangat strategis untuk bisnis ini dan Anda tidak mau tempat lain. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik sesuai keinginan Anda, Pak Richard."

Pak Richard terdiam.

"Anda tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Saya tipe orang yang tidak akan pernah mengecewakan klien. Jadi saya selalu melakukan apapun demi kepuasan klien-klien saya. Anda juga tak perlu meragukan saya karena saya masih muda. Saya bisa mempertanggungjawabkan semuanya dan saya jamin Anda tidak akan menyesal sudah bekerjasama dengan ANA Group."

"Baiklah kalau memang itu keputusan Anda. Itu hak Anda."

Rafa mengangguk. "Pak Amar, segera hubungi pak Denis."

"Baik, Pak."

Rafa langsung berdiri. "Baik kalau sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi, saya harus pergi sekarang."

Pak Richard berdiri." Baik, Pak. Terima kasih atas waktunya. Saya tunggu kabar baik dari Anda."

***

“Oh, jadi cowok yang namanya Anthony itu temen lo waktu masih di Jogja?!”

Diandra dan Melani sedang membicarakan Anthony di kampus. Soalnya tadi Diandra sempat bertemu dengan Anthony dan Anthony bilang katanya kenal sama Melani. Makanya Diandra mengecek ke Melani.

“Iya, dia temen gue sejak SMP, SMA, sampai kuliah. Ya lebih tepatnya kakak kelas gue gitu, deh. Dia satu tingkat di atas gue. Dulu dia juga pernah beberapa kali nembak gue, tapi gue belum kasih jawaban apa-apa sampai sekarang.”

“Whattt???” Diandra terkejut,”Kenapa sih, nggak lo terima aja, Mel? Kalau menurut gue, tuh cowok tampangnya juga nggak jelek-jelek amat?” Diandra memberikan komentarnya.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!