4.

“Anu Non, saya ke toilet dulu ya, Non? Sebentaarrrr aja! Nanti saya kembali lagi ke sini.”

“Oh ya udah, nggak apa-apa. Pak Sokib ke toilet aja!”

“Ya sudah, Non. Tunggu sebentar, ya Non?!” Pak Sokib bergegas pergi ke kamar mandi.

Nggak lama kemudian, Melani selesai memasang poster itu di dinding. Dia pun menjatuhkan palu ke bawah secara perlahan, takut kalau sampai mengenai kepala orang kan gawat,”Ah, untung aja palunya nggak terlalu gede, jadi nggak sampai ngerusak keramiknya,” Melani lega,”Gue musti cepetan turun nih. Kuliah bentar lagi mulai.”

Melani perlahan menurunkan kakinya satu per satu ke setiap anak tangga sambil berpegangan. Satu sampai dua anak tangga dari atas, aman. Tapi saat menginjak anak tangga ketiga, kakinya terpeleset, dia kehilangan keseimbangan dan tangannya terlepas dari pegangan,”Waaaaa….!!!!!”

Melani jatuh ke bawah dan tanpa sengaja ditangkap oleh seseorang yang kebetulan tadi lewat di bawahnya. Melihat ada orang jatuh, spontan orang tadi menangkapnya. Kini Melani berada di gendongan seorang cowok ganteng, berkulit putih, bermata sipit, berhidung mancung, bibirnya seksi, ya mirip-mirip perpaduan orang Jepang dan Korea gitu deh. Melani kaget dan beradu pandang dengan cowok ganteng itu.

Jantung Melani berdetak sangat cepat, rasanya seluruh dunia berhenti berputar. Saat Melani menatap mata cowok itu, detak jantung Melani semakin tak beraturan, tubuhnya lemas seperti tak bertenaga. Selain kaget dan nggak menyangka ternyata dirinya tidak jadi jatuh ke lantai, dia juga kaget tiba-tiba ada seorang cowok yang datang seolah menjadi malaikat penolongnya. Nggak bisa dipungkiri lagi, Melani juga melihat kekagetan di wajah cowok itu dengan kejadian barusan.

Diandra kebetulan lewat. Dia kaget melihat Melani digendong sama cowok. Buku-buku terjatuh dari pelukannya,”OH MY GOD!” Diandra menutup mulutnya dengan tangannya saking kagetnya.

Mendengar suara Diandra, cowok itu menoleh ke arah Diandra yang terlihat masih kaget. Lalu kembali menatap Melani yang juga masih shock itu. Cowok itu berubah jadi terlihat seperti orang kebingungan. Dia memutar bola matanya kemana saja asal tidak ke wajah Melani. Tiba-tiba cowok itu melepaskan tangannya yang sedang menahan tubuh Melani, dan otomatis Melani jatuh ke bawah.

“Aduuuuhhh!!!!” jerit Melani. Diandra tampak kaget melihat cowok itu tiba-tiba menjatuhkan tubuh Melani.

“Melani!” Diandra buru-buru membereskan buku-bukunya, lalu berlari ke Melani dan sempat bersisipan dengan cowok ganteng tadi yang langsung meninggalkan Melani begitu saja. Diandra ingin menyapa cowok itu, tapi dia lebih mentingin Melani yang jatuh,”Aduh, Mel. Lo nggak apa-apa, kan?!” Diandra membantu Melani berdiri dengan perasaan cemas.

Melani memegangi pinggangnya yang remuk,”Aduh, pinggang gue sakit banget, nih. Rasanya kayak mau patah aja?!” Melani merintih.

“Ya ampun, kasihan banget lo, Mel.” Diandra memandang iba sahabatnya itu.

“Rese banget sih tuh cowok? Siapa sih dia?”

“Harusnya lo merasa beruntung Mel, bisa digendong sama tuh cowok. So sweet banget tahu!” Diandra malah terlihat terkagum-kagum.

“So sweet, so sweet? So sweet apanya? Pinggang gue sakit, nih. Lagian kalau emang nggak niat nolongin gue, ya nggak usah nolongin segala? Gue malah dijatuhin kayak gini? Dia pikir nggak sakit apa?” Melani ngomel-ngomel.

“Eh, lo jangan ngomong gitu dong, Mel! Lo tahu nggak, itu cowok tadi siapa?”

“Ya mana gue tahu? Gue kan nggak kenal sama dia?”

Diandra mendengus,”Makanya kalau orang lagi ngomong itu jangan main potong aja!”

“Ya, lagian lo malah nanya ke gue?”

“Dia itu…cowok ganteng yang tadi itu tuh namanya Beryl Rafael Pradipta. Dia itu cowok paling keren plus paling tajir di kampus ini.”

“Paling yang tajir juga bokapnya, bukan dia kan!” Melani merespon biasa-biasa saja sambil terus memijat-mijat pinggangnya,”Aduh, bisa-bisa gue encok nih, kalau kayak gini caranya?”

“Yeee…biarpun yang tajir itu bokapnya, tetep aja Rafa itu tajir. Kan nantinya juga pasti dia yang mewarisi semua kekayaan bokapnya.”

“Ah, terserah lo deh! Mau tuh cowok kaya atau enggak, itu bukan urusan gue. Yang penting ini nih, pinggang gue sakit banget. Lo bukannya prihatin, malah semangat ngomongin tuh cowok?”

“Iya, iya, maaf. Lagian lo ngapain sih, tadi pake acara gendong-gendongan sama Rafa?” Diandra mengambilkan tas dan buku milik Melani yang tadi diletakkan di lantai.

“Idih, siapa juga yang gendong-gendongan? Kurang kerjaan banget? Tadi itu gue naik tangga ini buat masang poster itu tuh!” Melani menunjuk ke atas, tepatnya ke poster yang baru saja dipasangnya,”Gue bantuin Pak Sokib, kasihan. Katanya dia takut ketinggian. Eh, malah gue jatuh terus ditangkep sama tuh cowok.” Melani menceritakan rentetan kejadiannya pada Diandra.

“Kalau gitu, mustinya lo terima kasih sama Rafa! Kan dia udah nolongin lo tadi.”

“Nolongin apaan? Gue dijatuhin kayak gini, lo bilang nolongin?”

“Ya, tapi kan masih mending Mel, daripada tadi lo jatuh dari atas, kan pasti lebih parah.”

“Ah, udah deh! Terserah lo! Kayaknya gue mau ngomong apa aja soal tuh cowok, lo juga pasti bakalan tetep belain dia?” Melani mengambil tas dan bukunya yang dipegang Diandra.

Diandra nyengir,”Hehehe…ya sorry lagi deh, Mel. Gue itu paling nggak bisa benci sama yang namanya cowok. Apalagi cowok ganteng kayak si Rafa itu.”

“Dasar lo ini! Ya udah yuk, kita masuk kelas!” Melani berjalan dengan rasa sakit di pinggangnya gara-gara jatuh tadi.

***

Rafa berjalan dengan langkah tegapnya menenteng tas dan jaket hitamnya di bahu kanannya. Dia berjalan menuju mobil merahnya yang terparkir manis di antara mobil-mobil lainnya di tempat parkir kampus. Namun dari sekian banyak mobil mewah yang ada di situ, mobil Rafa lah yang terlihat paling bagus dan pastinya paling mahal. Secara, dia adalah anak seorang konglongmerat di Jakarta. Rafa duduk di belakang setir, dan menyetater mobilnya. Dengan atap mobil yang terbuka, itu memberikan kesan tersendiri bagi orang-orang yang melihat Rafa. Apalagi Rafa terlihat cool dan keren banget dengan kacamata hitam yang ia kenakan.

Yakin, pasti semua cowok yang melihat Rafa akan merasa iri setengah mati, soalnya sudah kaya, ganteng pula. Plus, cewek mana sih yang nggak pernah bermimpi untuk bisa menjadi pacarnya?

“Raf, anterin aku pulang, ya?” sebelum Rafa sempat mengunci pintu mobilnya, seorang cewek cantik yang nggak lain adalah Cyntia itu masuk ke dalam mobil Rafa,

“Kenapa sih, nggak pulang sendiri aja?” Rafa menjalankan mobilnya dan bersikap cuek pada Cyntia.

Cyntia yang sudah hafal betul bagaimana sifat pacarnya itu, dia hanya bisa tersenyum dan mencium pipi Rafa dengan lembut,”Kita kan pacaran. Jadi udah kewajiban kamu sebagai cowok aku, buat nganterin ceweknya pulang.”

“Gue pacar apa sopir nih, ceritanya?”

“Ih, Rafa! Please, deh! Aku serius, nih.” Cyntia bermanja-manja dengan menyandarkan kepalanya di bahu Rafa.

Rafa hanya menunjukkan senyum tipis, tanpa berkata apa-apa.

“Raf…?”

“Hm?”

“Kenapa sih, nggak pernah ada kata cinta yang keluar dari mulut kamu buat aku?”

“Emangnya harus?”

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!