"Sekali lagi kamu bilang minta maaf ku cium loh entar" ucap Riki dengan kedua tangannya menarik gemas pipi ku.
"Iya deh (pasrah) tapi sekarang gimana kita pulangnya? motor mu di parkiran kan gak bisa keluar terus kalau kita nyari taxsi sekarang, jam segini mana mungkin ada" ucap ku. "Kita jalan kaki aja" jawab Riki dengan tertawa.
"Ngaco ih" sambung ku yang juga ikut tertawa. Konyol sekali rasanya jika harus pulang ke rumah jalan kaki malam-malam hanya berdua dengan dia.
"Terus gimana ini?" tanya ku lagi
"Bentar, kali aja nih baterai hp aku masih ada nyawanya kita telepon temen mu aja yah buat jemput" ucap Riki sambil mengambil ponsel di saku celananya.
"Terus kamunya pulang sama siapa?" tanya ku
"Aku sih gampang aja, ohiya aku gak ada nomor temen mu sayang cuma ada nomernya Tina aja ini, kita minta tolong dia aja ya?" Riki memberikan ponselnya pada ku.
Ternyata baterai ponsel riki hanya tersisa 3% , jika tidak cepat menghubungi Tina bakalan mampus pulang jalan kaki 35 km dari sekolah ke rumah.
Jadi agak nyesel juga kalau sudah begini andai saja tadi aku juga membawa ponsel ku mungkin gak harus menghubungi Tina.
Tut tut tut (suara loudspeaker)
Aku menelfon Tina dengan meletakkan posisi ponsel ku di depan wajah ku dan Riki mendekati wajahnya tepat di depan ku. Mungkin, maksudnya dia juga ingin mendengar kan suaranya. Tapi kenapa aku malah menjadi malu wajahnya menjadi dekat sekali dengan wajah ku. "Bulu mata riki lentik banget" gumam ku di hati. Tiba-tiba saja sekarang terlintas bayangan Reza di pikiran ku.
Kalau ku pikir-pikir Reza itu kebalikan dari Riki. Kalau Reza alisnya tidak begitu tebal cenderung terlihat seperti "spasi" mirip dengan alis ku seperti tidak memiliki alis. Bulu matanya seperti tidak lentik meskipun aku belum pernah melihat bulu matanya dari deket tapi, selama yang ku tahu setiap memperhatikan dia bulu matanya juga gak jauh beda dengan aku.
"Halo ka riki, kenapa?" ucap Tina di sambungan telepon yang suaranya berhasil menyadarkan lamunan tidak jelas ku barusan.
Kenapa aku masih saja mikirin Reza sih. Kenapa selalu wajah dia mulu yang muncul.
"Halo" ulang Tina lagi dari sambungan telepon.
"Iya halo tin, ini kamu dimana? ini aku Intan bisa minta tolong jemput aku sama riki gak di sekolah sekarang? soalnya ini dah dari tadi nungguin gak ada taxi yang lewat" ucap ku berbicara buru-buru karena baterai ponsel hanya tersisa 2%.
"What, kalian berdua di sekolah? ngapain malam-malam di situ?" tanya Tina penasaran, entah apa yang ada di pikiran dia.
"Duh panjang ceritanya buruan kesini ya jemput aku sama Riki, ini baterai ponselnya dia sisa 2% ku tunggu di depan gerbang sekolah ya" kata ku mulai semakin panik, karena sepertinya ponsel ini sebentar lagi akan mati.
"oke tunggu di situ ya jangan kemana-mana kalian, aku otw kesana sama reza" ucap Tina yang setelah dia berbicara ponsel Riki pun mati.
Aku terdiam sejenak dan melihat ke arah Riki yang juga melihat ke arah ku. Apa tadi aku tidak salah dengar barusan dia menyebut nama Reza, mereka lagi berdua sekarang.
"Ada reza ya" tanya Riki mengagetkan ku. Ah dia ini padahal jelas-jelas dia juga mendengar semuanya tadi apa saja yang aku dan Tina bicarakan masih saja bertanya hal basi seperti itu. "Gak tahu" jawab ku tidak perduli.
"Yaudah duduk sini, emang gak cape berdiri mulu dari tadi" ucap Riki sambil duduk di jalanan di depan gerbang. Aku hanya menuruti apa katanya lumayan cape juga hari ini.
Gak nyangka bakalan jadi kaya gini andai saja tadi siang aku tidak menangis dan ketiduran di atap balkon sama Riki pasti sekarang kita gak akan pulang semalam ini dan sekarang pasti sudah di rumah gak perlu minta tolong Tina apalagi kalau ada si Reza itu buat jemput. Aku dan Riki yang seperti ini sekarang persis seperti gembel.
"Pegel kah kakinya?" tanya Riki padaku
"Engga kok" jawab ku tersenyum padanya. "Ohiya besok udah pemilihan ketua osis ya?" tanya ku mengalihkan pembicaraan.
Sebenarnya di dalam hati ku aku bergumam kalau saja tadi aku mengatakan kalau aku cape banget pasti Riki entar bakalan mijatin kaki aku atau mungkin bakalan menggendong aku sampai di depan rumah aku. Kalau beneran gitu aku pasti malu banget.
"Iya aku udah kelar sibuknya, besok sayang siap-siap ya karena aku bakalan ngasih kejutan" ucap Riki melihat ke arah ku
"Kejutan apa?" tanya ku penasaran
"Jadi wakil osis aku dong" jawabnya santai
"Kejutan apaan di kasih tahu duluan" ucap ku dengan tertawa sambil memukul pelan lengan tangannya.
Dia hanya tersenyum melihat reaksi ku barusan dan kemudian memegang tangan ku sambil mengatakan "aku milih kamu jadi wakil osis aku supaya kita bisa berdua terus jadi kemana pun ada kegiatan aku mau ada kamu juga di situ aku gak mau seperti kemaren lagi ngasih kesempatan ke reza buat deketin kamu aku gak mau waktu kamu habis cuma buat cowok kaya dia" ucapnya menatap ku dengan serius.
Aku hanya membalas ucapannya dengan senyuman. Selama hampir seminggu dia sibuk jujur saja aku juga merindukan dia. Tapi Reza juga menghilang selama seminggu dan baru tadi aku melihat dia lagi. "Suka gak kejutannya?" tanya nya pada ku
"Suka" jawab ku pelan dan menyandarkan kepala ku di bahu nya.
Tit tit titttt (suara klakson mobil) dan lampu sorot mobil mengarah ke arah aku dan Riki. Suara klakson yang sangat berisik sekali apalagi di tambah dengan lampu sorot mobil itu yang menyilaukan mata orang yang mengarah ke arah nya. "Apaan sih tuh mobil ganggu aja" ucap riki kesal dan tak lama Tina pun turun dari mobil itu dan memanggil kita.
"Sini buruan naik mobil, pacaran mulu ih kalian ini" ucap Tina dengan suara khasnya itu.
"Iya bawel" ucap Riki sambil menggenggam tangan ku dan berjalan ke arah mobil.
Siapa yang di dalam mobil itu kenapa dari suara dia mengklakson mobil tadi aku merasa dia sedang kesal ya? kenapa juga perasaan ku jadi tidak karuan seperti ini lagi. Apa benar Tina lagi sama Reza, berarti yang bawa mobil ini Reza dong?.
"Ayuk naik, jangan bengong aja" ucap Tina sambil masuk mobil di bagian depan dan aku dengan Riki masuk ke mobil bagian belakang.
Kesan pertama ketika ku masuk ke mobil ini adalah aroma nya yang membuat aku sangat familiar sekali. Ini aromanya Reza sekarang aku merasa dekat sekali dengan dia. Aku menjadi gugup jantung ku terasa ingin sekali lepas.
"Loh kok pake topi sayang?" ucap Tina bertanya pada seseorang yang menyetir yang sedari tadi tidak memberikan sepatah katapun semenjak kita masuk bahkan menoleh untuk melihat kami pun tidak ada.
"Sayang" ucap tina lagi dengan memegang tangannya lelaki itu, seperti memaksanya untuk menjawab pertanyaannya.
"Iya gapapa pengen pake aja" jawabnya singkat namun bisa membuat ku langsung melihat ke arah kaca di alam mobil yang mengarah ke matanya.
Benarlah dia Reza dan ketika ku melihat ke arah kaca mobil itu dia juga melihat ke arah ku. Meskipun hanya dari kaca di dalam mobil ini aku bisa dengan jelas melihat tatapannya sangat dalam pada ku.
Aku pikir ketika aku berani bertatapan dengan nya, aku sudah tidak memikirkan dia lagi dan perasaan ku sudah hilang untuknya. Tapi ternyata aku malah semakin memikirkan dia, semakin ku berusaha membenci kenapa aku malah semakin terjebak dengan perasaan ku sendiri dengannya.
Aku tidak bisa melupakan Reza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Ida Ismail
dih neng intan, ngayal mulu
2020-07-12
0
Karina Aprilia
si intan gmna ga d remehkan sm eza klw klakuan dua bgtu ga salah eza bkg dia ga ngaca emang bener udh d tolak msh aja ngebet ngarepin ga ada malunya jd cewek bgtu kek ga punya harga diri ajah,,
2020-07-09
0
Esih Kurniasih
ini ko cerita ngomong sendiri Mulu ngomong dlm hati ga seru amat ceritanya
2020-06-25
0