"Intan kamu tidur? capek banget ya" ucap Riki dengan lembut, aku mendengar apa yang dia katakan namun mata ku sangat lelah untuk terbuka.
"Kita udah sampai di rumah mu" ucapnya mengusap lembut kepala ku. Aku pun terpaksa membuka mata ku "kayanya aku tadi belum ngasih tau alamat rumah aku ya?" tanya ku pada riki dengan keadaan masih setengah sadar sambil turun dari motornya.
"aku tau alamat rumah kamu dari biodata peserta mos kemaren, lagian kamu juga kayanya tadi capek banget jadi aku gak mau ganggu" kata riki sambil membukakan helm yang ku kenakan.
Mata ku sangat lelah, aku sangat mengantuk. Berkali-kali aku menguap terus di depan riki "masuk rumah istirahat ya" ucapnya tersenyum dan membelai lembut kepala ku. Aku hanya mengangguk dan berlalu pergi masuk ke dalam rumah, sesampai di kamar aku langsung merebahkan tubuh ku di kasur. Hari yang sangat melelahkan perlahan aku pun terlelap.
******
Aku berlari dengan terburu-buru masuk ke kelas, hari ini ada ulangan di jam pertama. Aku bahkan belum ada membuka buku sama sekali dan sekarang aku bangun kesiangan, habislah jika aku mengulang ulangan sendirian.
Benar, baru saja aku duduk di kursi ku bel jam pertama pun berbunyi. Aku terkejut melihat teman sebangku ku berubah wajah.
Perlahan ku memperhatikan "Tina" ucap ku kaget dan melihat ke tempat duduk dia yang di depan ku ternyata sudah di isi oleh teman sebangku ku.
"aku duduk disini sama kamu gapapa kan?" tanya nya pada ku "oh iya gapapa" jawabku gelabakan karena guru telah masuk ruangan. "duh aku belum ada belajar lagi" ucapku panik dan pasrah.
"tenang kalau kamu gaktau kamu tanya aku aja" ucap tina sambil memperlihatkan sebuah buku di dalam lacinya.
Karena aku tidak belajar sama sekali semalam dan juga aku tidak tahu sama sekali jawabannya aku pun akhirnya bekerja sama dengan tina, dari situlah aku mulai dekat dengan nya.
Saat ulangan telah usai dan jam istirahat telah tiba, tina mulai mengajak ku berbicara hal serius. "Tan, kamu kenal Reza kan?" tanya nya yang membuat jantung ku berdetak lagi.
"iya sekelas sih aku sama dia pas smp" jawab ku berpura-pura santai. "Karena kamu pernah sekelas berarti kamu bisa bantu aku deketin Reza dong?" ucap Tina dengan bersemangat.
"bukan nya kamu udah jadian sama dia?" tanya ku berusaha berpura-pura seperti tidak ada rasa.
"aku belum jadian masih pdkt, tapi kayanya bentar lagi bakalan pacaran cuman ya gitu aku belum punya nomer dia" ucap Tina yang ketika dia mengatakan itu membuat hati ku menjadi terasa sangat sakit dan juga merasa aneh. Tapi aku malah memperpanjang, lagian Reza juga bukan urusan ku.
Aku hanya bilang "iya aku bantu" ucap ku tersenyum dan ekspresi wajah dia berubah menjadi semakin bahagia sekali mendengarnya. Sebenarnya aku sedang bergumam dengan hati ku sendiri "bagaimana aku bisa membantu Tina? sedangkan aku saja tidak tau cara mendekati Reza".
Tina meminta bantuan pada ku untuk mencarikan nomor telepon Reza. Ternyata meskipun dekat, Reza gak pernah meminta nomer teleponnya dan Tina pun gengsi untuk meminta lebih dulu.
Ah iya aku baru ingat, kenapa aku tidak meminta nomernya pada Riki. Bukankah kemaren mereka sangat dekat, dia pasti punya nomernya. Lebih baik aku chat dia saja sekarang daripada aku meminta langsung nomernya pada reza itu mana mungkin.
Untung saja kemarin ketika mengantarkan ku pulang, riki meninggalkan nomer teleponnya di ponsel ku.
Me: Ki,temen ku ada yang minta nomer Reza,kirimkan dong.
Riki: Teman kah teman?
Me : ya iyalah teman
Reza: sini ke kelas kalau mau nomernya
Me: mager
Riki: ku kasih tapi ada syarat ya
Me : pake syarat segala_-
Riki : mau gak nih?
Me : iya dah
Riki: oke,pulang sekolah. nanti kutunggu di depan ruang OSIS
Me :iya, dah ni guru mapel sejarah dah masuk kelas
Riki : oke, semangat belajarnya cantik :)
Spontan hati ku terasa seperti ingin loncat ketika membaca pesan teks yang paling terakhir. Dia ini kenapa sih? kok bilangin aku cantik, Riki kalau di perhatiin dari kenal sampai sekarang kayanya perhatian banget sama aku.
Ohiya ketemu Riki entar sekalian berterimakasih deh kemarin sudah ngantarin aku pulang. Sepanjang jam pelajaran pikiran ku di penuhi oleh bayangan Riki ketika dia pertama kali mendekati ku
Kalau ku pikir-pikir lebih jauh lagi Riki lumayan manis juga dia humoris ketika ku dekat dengan dia selalu dengan pembawaan yang santai. Kemarin juga ketika aku bersandar di pundak nya hati ku terasa nyaman banget. Jika di bedakan dengan Reza tentu saja Riki, masih kalah di hati ku. Tapi soal wajah Riki juga gak kalah manisnya dengan Reza.
Tetttt
Akhirnya jam pelajaran pun berakhir, Tina yang sudah gak sabaran nanya nomer Reza melulu padaku membuat ku kesal dan ingin sekali rasanya memaki teman ku satu ini. Mengertilah kawan "ntar kalau dah dapat nomer Reza, bakalan langsung aku kirim ke kamu kok tin" ucapku menahan emosi.
"haha iya deh, ku tunggu ya sayang makasih" ucap tina sambil berlalu pergi meninggalkan ku yang masih menarik nafas dalam-dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments