Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Arnold. Suaranya terdengar begitu keras dan penuh amarah.
"Velicia aku tidak akan pura-pura lagi, tolong, anggap saja hubungan kita tidak pernah ada. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal. Aku minta maaf mengenai keguguran yang kau alami. Aku meminta maaf. Aku benar-benar merasa bersalah. Aku harap kau mau memaafkan aku.” ucap Arnold.
"Tidak, aku tidak akan pernah memaafkan mu. Mulai saat ini kita sudah putus dan tidak punya hubungan apapun lagi. Jangan pernah menampakkan wajahmu dihadapanku lagi." balasku dengan penuh emosi.
Tuutt!!
Aku mematikan sambungan telepon dengannya, tak ingin lagi mendengar suaranya. Aku tidak akan pernah menerima permintaan maaf darinya. Aku akan membuat Arnold punya beban dan penyesalan saat menikah dengan Viona nanti. Akan ku pastikan itu terjadi.
Aku berlarian ke arah pantai kemudian berteriak sekencang-kencangnya. Hatiku sangat sakit, seperti di tusuk pisau namun tidak berdarah. Lukanya menganga dan begitu perih, tapi kenapa aku tidak bisa mati.
Kali ini aku menangis sejadi-jadinya hingga berlutut di tepi pantai. Aku memang wanita cengeng dan begitu lemah. Di hadapan orang aku berusaha terlihat sangat tegar. Namun pada kenyataannya aku begitu lemah.
Aku berlutut di pantai dengan air mata yang berlinang. Hingga aku menyadari punggungku tengah dipeluk dengan begitu hangat oleh seseorang.
Pelukan hangat yang sangat familiar, mengingatkan aku pada seorang yang sudah lama tak ku temui. Seseorang yang sangat menyayangi dan melindungi ku sepenuh hatinya.
Saat aku membalik tubuh ku, ku lihat Jack tersenyum ke arahku. Sontak tangis ku kembali pecah. Jack kembali memelukku berusaha menenangkan aku.
"Tenanglah sayang..." ucap Jack.
Jack adalah seorang putra yang diadopsi oleh orang tuaku. Kami tumbuh bersama, usia kami yang terpaut 3 tahun membuatnya menjadi seorang kakak bagiku. Namun disaat usianya 15 tahun, dia menemukan kembali orang tua kandungnya dan kembali lagi kepada mereka.
Meski begitu kami tetap berhubungan baik, masih seperti dulu. Layaknya hubungan adik dan kakak. Jarak yang memisahkan kami, membuat kami hanya berhubungan lewat video call.
Sejak kecil, Jack memang selalu perhatian padaku. Ia selalu melindungi aku dari anak-anak nakal yang sering menggangguku. Hingga saat Jack harus kembali pada orang tua kandungnya, aku merasa sangat kehilangan. Tak ada lagi sosok yang bisa melindungi aku.
Tapi, Jack selalu mendukungku, dan mengatakan padaku untuk menjadi perempuan yang hebat dan kuat. Aku mulai mengikuti setiap sarannya. Hingga satu tahun setelah ia kembali pada orang tuanya, justru aku yang kehilangan kedua orang tuaku.
Aku hancur, tak tahu arah. Namun, Jack datang dan selalu mendampingiku. Dia bahkan menawarkan aku untuk ikut tinggal bersamanya dan orang tuanya. Tapi aku menolak, dan menyadari ada tanggung jawab besar di pundak ku untuk terus menghidupkan nama Keluarga Arista.
Kini Jack ada dihadapanku kala semua duka tengah menyelimuti hari-hariku.
Jack kemudian membawaku pulang ke rumah. Dia sangat perhatian padaku. Dia membuatkan aku sup untuk makan malam. Setelahnya kami berdua duduk di ruang tamu, dan mulai mengobrol.
"Jack, usiaku tak lama lagi. Dokter mengatakan aku terkena kanker serviks stadium 3, dan memvonis ku hanya bisa bertahan 3 bulan. Dan sekarang aku hanya punya waktu 1 bulan lagi." Tutur ku pada Jack.
"Kenapa kau tidak pernah memberitahu aku Veli. Kenapa kau menyimpan semuanya sendiri? Apa kau tidak pernah menganggap ku sebagai saudaramu?" Jack mencecar ku dengan banyak pertanyaan.
"Maafkan aku Jack, aku hanya tak ingin menyusahkan mu. Dan mengganggu kehidupan bahagia mu bersama kakak ipar." Ucapku.
Jack memang telah menikah dan tengah mereguh manisnya pengantin baru. Aku tidak mungkin mengganggunya dengan mengatakan semua masalah yang aku hadapi. Aku tidak ingin Jack menjadi khawatir apalagi sampai bersikap berlebihan.
Aku jadi ingat saat kecil dulu, aku terjatuh karena bersepeda hingga membuat lutut ku terluka. Jack begitu panik, dia menggendongku masuk ke dalam rumah dan mulai mengolesi obat di kakiku. Dia memperlakukan aku layaknya orang yang tengah sakit parah, aku bahkan dilarang turun dari ranjang seharian. Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Jack dengan sigap menggendong tubuhku.
Jack memang tipe seorang kakak laki-laki idaman bagi semua anak perempuan.
"Veli dengarkan aku." Aku melihat ke arah Jack. "Aku ini kakakmu, jadi kau itu sudah jadi tanggung jawabku. Jangan biarkan aku merasa bersalah pada mendiang Mama dan Papa karena tidak mengurus mu dengan baik." Jack menggenggam tanganku erat.
Aku tersenyum dan mengelus tangan Jack.
"Terima kasih, Kakak." Ucapku.
Jack kemudian menggendongku kembali ke kamar.
"Aku bisa sendiri Jack." Ucapku berusaha turun dari gendongannya.
"Sudahlah, kau lebih baik diam. Biarkan aku membantumu. Tutup matamu dan tidurlah."
Pagi harinya, aku terbangun karena merasa sakit. Aku meringis kesakitan. Perutku seperti dililit, sakit sekali. Tepat saat Jack masuk membawa nampan berisi roti panggang sebagai sarapan untukku, dia melihatku yang tengah memegangi perutku kesakitan.
"Ya Tuhan, Veli. Ada apa denganmu? Apa kau kesakitan?" Jack terlihat sangat panik.
Aku tak dapat menjawab pertanyaannya, aku hanya meringis kesakitan. Perutku benar-benar sakit sekali.
Dengan cepat Jack menggendong tubuhku. Dia membawa tubuhku dengan cepat. Dia mengangkat tubuhku sudah seperti mengangkat bantal saja. Mungkin karena tubuhku sangat ringan karena memang tubuhku saat ini sangat kurus.
Jack membawaku ke rumah sakit. Setelah dokter menyuntik obat bius padaku, Jack kembali menggendong tubuhku keluar dari ruang ICU dan hendak membawaku ke ruang rawat inap. Tanpa sengaja kami bertemu dengan Viona.
Arnold tampak menemani Viona di sampingnya.
"Lihatlah wanita sok suci itu. Mengatakan aku sebagai wanita penggoda. Padahal dia sendiri lebih parah dariku. Belum resmi bercerai denganmu wanita itu sudah digendong laki-laki lain. Dimana harkat martabat keluarga Arista yang selalu kau banggakan itu. Dasar...."
Belum selesai Viona berbicara, Jack sudah menunjuk wajahnya.
"Jaga bicaramu baik-baik. Kau tidak tahu apa yang...."
"Jack, sudahlah. Ayo kita pergi saja. Tidak ada gunanya berbicara dengan orang tak dikenal." Ucapku menyela Jack.
"Kau yang memintaku sayang." Balas Jack mengelus kepalaku lembut.
Aku semakin menguatkan pegangan ku pada Jack dengan mengalungkan tanganku dilehernya. Sesaat ku lihat raut wajah Arnold yang tadinya bersikap dingin berubah seperti tengah menahan amarah.
"Arnold, aturlah wanita mu agar tidak berbicara sembarangan. Kali ini aku melepaskan kalian berdua. Tapi lain kali aku tidak akan segan-segan." Ucap Jack.
Jack kemudian berjalan melewati mereka berdua. Sesaat pandangan mataku beradu dengan Arnold. Secepat kilat aku mengalihkan pandanganku.
'Sudah cukup, aku tak mau melihatnya lagi.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Queenza
seberna ceritanya sedikit sama sm "pernikahan aliansi" coba author chek, tkt ada yg plagiat apa emng kebetulan ceritanya hampir sama alurnya, sy gatau yg plagiat siapa tp kasian kl emng ada yg plagiat kasian yg mikir cerita nguras otak tp ada yg plagiat. maaf bkn nuduh cma ngasih tau, maaf kl gak berkenan.
2021-10-10
2
Efrida
smgt lah tuk sembuh
2021-09-25
0
Shusila Poetra
Arnold sikapnya gk jelas
2021-09-20
3