Arnold pergi karena Viona, ia pergi karena cintanya pada Viona yang memang besar pada wanita itu. Apalah aku ini dibanding Viona dimata Arnold. Kalaupun saat ini aku sedang sekarat saat bersama Arnold, jika Viona menelepon dan mengatakan ingin bertemu, sudah pasti Arnold akan memilih Viona dan meninggalkan aku sendiri meregang nyawa.
Ironis sekali. Sekali lagi, aku kecewa pada diriku sendiri. Kenapa aku masih saja terlalu bodoh? Kenapa aku bisa percaya padanya? Apakah cinta memang sebuta ini?
Dengan air mata yang berderai, aku meletakkan syal hadiah dari pria yang paling aku sukai sejak kecil di kamar ini. Mulai hari ini cintaku juga berakhir. Kali ini aku sudah benar-benar menyerah, aku tidak ingin percaya dan dibohongi lagi.
Arnold, aku sudah menutup hatiku untukmu, tidak ada lagi ruang untukmu. Aku tidak mau lagi berurusan denganmu. Bahkan untuk bertemu pun aku enggan.
Pagi harinya aku memutuskan pergi check-up ke rumah sakit. Setelah mengurus segala administrasi, aku menuju kamar dimana aku akan dirawat. Ternyata kamar itu bersebelahan dengan Viona.
Arnold melihat ke arahku, namun aku langsung masuk ke dalam kamar. Baru saja aku berbaring dan memejamkan mata, Merry meneleponku. Apa kabarnya sahabatku itu?
"Tolong aku Veli." Hanya mendengar suaranya itu aku sudah sangat cemas.
"Cepat katakan padaku, apa yang terjadi?" Tanyaku pada Merry.
Suara Merry terdengar bergetar. Ia terdengar menangis.
"Aku ditahan di kantor polisi Veli." Jawabnya.
"Apa maksudmu? Jangan bercanda! Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku mencecarnya dengan beberapa pertanyaan.
"Aku baru mengetahui kalau dulu Viona yang menabrak Hansen. Viona yang melakukan tabrak lari itu. Dan kini dia yang membuat Hansen sampai cacat dan kehilangan kedua kakinya." Dari suara Merry terdengar ia tengah sangat marah.
Aku tak percaya dengan apa yang aku dengar. Bagaimana mungkin semuanya menjadi begitu kebetulan. Kenapa harus Viona yang menjadi pelakunya? Ada apa sebenarnya?
"Lalu kenapa kau bisa ditahan polisi? Apa yang sudah kau lakukan?" Aku bertanya dengan lembut mencoba membuatnya jadi lebih tenang.
"Aku pergi mencari Hansen lagi, dan aku tidak bisa menemukannya dimanapun. Aku yang baru saja mengetahui Viona pelakunya menjadi emosi. Semua yang terjadi saat ini adalah kesalahannya. Dia yang membuat aku dan Hansen terpisah. Dia yang sudah membuat Hansen cacat. Karena dibakar emosi, aku itu pergi mencari Viona, lalu menabraknya." Ujar Merry panjang lebar.
"Ya Tuhan Merry.... Apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau bertindak senekat ini?" Ucapku dengan intonasi yang meninggi.
Aku benar-benar tidak percaya Merry bisa melakukan hal sebodoh ini. Karena emosi sesaat, ia malah melakukan perbuatan yang malah akan menjerumuskannya ke dalam hal yang lebih menyulitkan dirinya sendiri.
"Aku minta maaf Veli, aku benar-benar tidak dapat menahan diriku. Wanita itu sangat jahat. Bukan hanya pada Hansen dan aku, tapi dia lebih jahat padamu. Memikirkan semua yang telah dia lakukan pada Hansen ditambah apa yang dia lakukan padamu membuatku gelap mata." Kini suara Merry terdengar melemah.
Aku mengerti apa yang ia rasakan. Pria yang ia cintai terluka dan menghilang bertahun-bertahun karena suatu kecelakaan yang sampai membuatnya cacat seumur hidup. Dan dalang dibalik semua itu adalah Viona.
Aku sendiri sejujurnya setiap bertemu Viona, ingin sekali aku menjambak rambutnya, bahkan mencakar wajahnya yang penuh sandiwara itu. Sungguh, wanita itu benar-benar jahat. Kenapa bisa Arnold mencintai wanita seperti itu.
"Veli! Apa kau masih disitu?" Suara Merry membuyarkan lamunanku.
"I-iya, aku disini." Balasku.
"Veli, Arnold lah yang sudah melapor ke polisi untuk menangkap ku. Pengacara Viona menuduh aku atas dakwaan atas pembunuhan berencana dan sekarang aku akan jebloskan ke penjara. Aku mohon padamu Veli, sekali ini saja. Bantu aku keluar dari kekacauan yang aku buat ini." Ucap Merry terdengar memelas.
Sudah ku duga, pasti Arnold yang akan pasang badan untuk rubah betina itu. Baiklah, aku harus melakukan sesuatu untuk membantu Merry.
"Tenanglah, aku akan melakukan sesuatu agar bisa membebaskan mu." Kataku pada Merry.
"Terima kasih Veli. Kau memang sahabat terbaikku."
Sambungan telepon terputus. Kali ini aku harus bersiap dan menguatkan diriku sendiri untuk mencari Arnold. Meski sebelumnya aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak lagi bertemu dengannya. Tapi demi Merry, aku akan melakukan semuanya.
Aku melangkah keluar dari kamar tempatku dirawat. Aku berjalan pelan menuju kamar yang bersebelahan denganku. Kamar yang merupakan kamar Viona, si rubah licik itu. Tiba di pintu ruangan Viona, aku mendengar percakapan Arnold yang lembut dengan wanita itu.
"Sayang, tenang saja. Aku ada bersamamu. Siapapun yang berusaha menyakitimu, aku akan membuat mereka menderita." Ucap Arnold lembut.
Sesak, aku merasakan sesak yang amat sangat di dada. Arnold memperlakukan wanita itu begitu lembut. Tapi aku sudah bertekad untuk melupakannya. Jadi aku tidak boleh terlihat lemah. Aku harus kuat dihadapan mereka berdua.
Perlahan aku mendorong pintu lalu masuk. Kedua mata pasangan saling mencintai itu melihat ke arahku dengan terkejut.
"Mau apa kau disini ha?" Teriak Viona membuat suaranya menggema di seluruh ruangan.
"Viona, tenanglah." Ucap Arnold berusaha menenangkan wanitanya itu.
"Aku tidak ingin membuang-buang waktuku datang kemari. Jadi aku langsung to the point saja. Aku ingin kalian berdua mencabut tuntutan terhadap Merry. Lepaskan dia dari dalan penjara sekarang juga." Ucapku tegas.
"Hahaha apa kau sudah gila? Lihat apa yang telah dilakukan wanita gila itu terhadapku." Lagi-lagi Viona berteriak.
Aku memang melihat banyak luka di tubuh Viona. Tapi sepertinya tidak terlalu parah, hanya luka memar dan lecet. Tidak sampai mematahkan tulangnya atau bahkan membuatnya cacat seumur hidup seperti yang dia lakukan pada Hansen.
"Aku tahu bahwa Merry itu sahabatmu. Tapi kau tidak bisa membelanya begitu saja atas apa yang dia lakukan pada Viona. Apa kau tidak melihat kondisi Viona sekarang? Sahabatmu itu dengan sengaja menabraknya. Wajar saja jika kami melaporkannya atas tuduhan pembunuhan karena dia memang terbukti dengan sengaja melakukan tindakan menabrak Viona." Kali ini Arnold yang membela kekasihnya.
Dia tidak tahu seperti apa wanita yang dibelanya itu. Tapi, apa peduliku. Biarkan saja dia dibutakan oleh cintanya sendiri. Yang terpenting sekarang, Merry harus bebas.
"Jujur saja, aku tidak mau melakukan hal ini. Tapi demi Merry aku akan melakukan apa saja. Arnold, aku mau kau membebaskan Merry. Kalau tidak aku juga akan melaporkanmu balik atas tindakanmu yang dengan sengaja mencelakai aku hingga aku sampai keguguran dan kehilangan bayiku pada 2 tahun yang lalu. Aku memiliki banyak bukti yang bisa menjeratmu, dengan tuduhan yang sama. Percobaan pembunuhan terhadapku dan juga pembunuhan pada bayimu sendiri." Ujar ku dengan tenang tapi tetap dengan nada yang tegas.
Aku tidak menyalahkan Arnold sama sekali atas kejadian yang membuatku tidak bisa hamil lagi. Aku menggunakan alasan ini agar Merry dibebaskan.
Namun, kenapa Arnold malah terlihat sangat syok, “Velicia, apa maksudmu? Apa yang kau bicarakan?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
arnold pura2 syok... modus ituuu
2021-10-09
0
shaqueena Delima
knpa arnold malah syok??
2021-09-15
1