Selama beberapa hari, Jack merawat ku. Aku telah memintanya untuk pulang, agar tak membuat istrinya marah karena ia tak kunjung pulang.
"Jack, pulanglah. Kau sudah terlalu lama merawat ku. Aku tidak ingin kakak ipar marah padamu." Kataku pada Jack.
"Tidak usah khawatirkan dia. Dia wanita yang sudah dewasa. Tanpa aku dia bisa mengurus dirinya sendiri. Berbeda denganmu yang tengah butuh perhatian dariku." Balas Jack sambil mengusap kepalaku.
Istri Jack, atau lebih sering ku panggil kakak ipar, usianya lebih muda dariku, dia itu emosian dan selalu mempersulit Jack. Meski begitu, Jack sangat mencintainya. Aku tahu itu.
"Jack, dengarkan aku. Aku sudah lebih baik dan bisa merawat diriku sendiri. Kau sudah harus pulang karena kakak ipar pasti sangat merindukanmu." Aku mencoba membujuk kakak ku itu.
Entah kenapa aku lebih senang memanggilnya Jack dibandingkan dengan menyebutnya dengan panggilan Kakak.
"Velicia adikku sayang, yang paling baik, cantik, manis dan yang ter segalanya bagiku. Aku berjanji akan pulang kalau kau mau menemani ku ke pesta malam ini." Ucap Jack.
"Tidak, tidak. Aku tidak suka pesta. Aku tidak mau pergi." Kataku menolak ajakan Jack.
"Kalau begitu aku tidak akan pulang." Balas Jack.
Sejujurnya aku tidak terlalu suka pergi ke sebuah pesta dimana orang-orang berpengaruh di kota ini berkumpul. Akan ada banyak orang yang sok baik terhadap seseorang yang posisinya sangat kuat.
Bukannya sombong, keluarga Arista memang yang paling atas diantara mereka semua. Jadi setiap aku menghadiri sebuah pesta, banyak orang yang tak ku kenal akan berusaha mendekati dan bersikap sangat baik padaku karena status yang ku miliki.
Tapi kalau aku tetap kekeuh tidak ingin pergi, maka Jack juga tidak akan mau pulang. Kalau begitu aku putuskan untuk pergi saja.
"Baiklah, aku akan pergi. Ingat janjimu, karena aku menemanimu ke pesta. Maka kau harus pulang." Ucapku.
"Kau ini, sepertinya sangat tidak suka aku berada di dekatmu. Kau benar-benar mengusirku." Jack berucap dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
Aku bukannya membujuknya agar tak sedih, justru malah tertawa dan mendorong kepalanya dengan keras.
"Akting mu sangat tidak natural kakakku sayang. Kau sangat jelek dengan membuat tampang mu terlihat sedih begitu." Ucapku mengejeknya yang kemudian ikut tertawa bersamaku.
Jack kembali mengusap pucuk kepalaku.
"Berdandan lah yang cantik. Tapi jangan terlalu lama, karena aku tidak suka menunggu. Kau tahu itu kan?" Ucap Jack seraya mengerlingkan matanya padaku.
Aku tersenyum kemudian berjalan menuju kamarku di lantai atas. Seperti yang dikatakan Jack, aku harus cepat. Karena Jack memang tidak suka menunggu. Menunggu adalah hal yang paling dibencinya.
Memakai gaun berwarna biru muda, aku berdandan dengan make-up yang glamour. Tidak bermaksud menyombongkan diri, aku memang termasuk wanita cantik urutan atas di kota ini. Dan akan lebih cantik lagi jika berdandan glamour seperti ini.
Jack dan aku tiba di tempat pesta. Dengan tanganku yang menggandeng tangan Jack kami berjalan masuk. Begitu memasuki ruangan pesta, semua orang yang ingin berhubungan baik dengan keluarga Arista segera datang memuji diriku.
"Selamat malam Nona Velicia, anda terlihat sangat cantik malam ini."
"Selamat malam Nona Velicia, perkenalkan ini putera saya Anthony."
"Hai Nona Velicia, aku Anthony."
"Nona Velicia, kami berharap bisa bekerja sama dengan perusahaan keluarga Arista."
Bla... Bla... Bla....
Dan, masih banyak ucapan basa-basi yang lainnya. Benar-benar para penjilat.
Setelah bertahan dengan menyapa orang-orang, mataku menangkap sosok Arnold yang tengah berdiri di samping Viona. Keduanya berusaha tampil dengan serasi dengan pakaian yang berwarna senada yaitu hitam. Entah kenapa bukannya terlihat seperti tengah berpesta, aku malah berpikir mereka tengah berkabung. Seram sekali.
Niat hati ingin menghindari mereka. Tapi, sepertinya Viona sudah melihatku. Jujur, aku tidak bisa membohongi perasaanku bahwa aku tentu masih sakit hati terhadap mereka berdua. Melihat mereka berjalan berdampingan serasa membuat luka ku kembali menganga.
Meski masih sakit hati. Tapi, aku tidak bisa menunjukkannya. Atau dengan kata lain, aku tidak mau menunjukkannya. Toh untuk apa, yang ada nantinya Viona malah akan semakin bahagia karena dapat memanas-manasi aku.
Jack dan aku berpapasan dengan mereka. Saat aku mengabaikan mereka, Viona malah memanggilku,
“Velicia, tunggu sebentar.” ucapnya.
Aku berusaha untuk tak menggubris nya dengan terus menarik Jack agar menghindar dan memilih berjalan menjauh. Tapi, sepertinya Jack mempunyai suatu rencana. Karena dia tersenyum padaku sambil mengerlingkan matanya.
Aku tahu betul Jack seperti apa. Dia pasti akan melakukan sesuatu yang akan membuat Viona malu.
"Hei Velicia, kau sengaja tak mendengar ku ya?" Lagi-lagi Viona memanggilku, kini suaranya lebih meninggi.
"Oh maaf kamu siapa ya? Apakah kami mengenalmu?" Ucap Jack dengan suara yang dibuat keras.
Semua orang menatap kearah kami. Aku berpikir, apa yang akan dilakukan Jack.
"Jangan sok tidak mengenalku deh Velicia." Ucap Viona lagi sambil menunjuk ke arahku dengan satu tangan. Sementara tangan yang lainnya menggenggam tangan Arnold dengan erat.
"Tentu saja dia tidak mengenalmu. Orang macam apa kamu sebenarnya? Apa pangkat mu? Berasal dari keluarga mana? Perlu kamu tahu semua orang disini memanggilnya Nona atau Presdir Arista. Dan kamu itu hanya si ****** yang merebut suami orang dan tidak berhak menyebut nama Velicia. Kau benar-benar perempuan tak tahu malu."
Perkataan Jack membuat wajah Viona memerah. Terlebih saat orang-orang sekitar mulai berbisik-bisik dan mencibir Viona.
"Hei ******. Asal kamu tahu, aku sangat yakin bahwa Arnold juga tidak setulus itu padamu. Untuk apa dia membuang berlian demi memungut sampah sepertimu." Sambung Jack lagi.
Viona memandang Arnold dengan ekspresinya yang memelas. Ku pikir Arnold akan membelanya. Namun tidak disangka Arnold malah membenarkan ucapan Jack.
"Viona, dia benar. Seharusnya kau tak memanggil Presdir Arista dengan menyebut namanya langsung. Kau harus lebih sopan padanya." Ucap Arnold seraya menatapku.
Hari ini sepertinya Arnold tidak bisa membantu kekasihnya dan malah menjadikan ini sebagai pelajaran untuk Viona.
Jack kemudian menggandengku dan berjalan meninggalkan mereka berdua.
Dari sikap Jack, semua orang pasti bisa melihat kalau dia sangat melindungi aku, siapapun akan mendapat ganjarannya jika berani melukai aku.
"Jack!" Panggilku.
"Kau tenang saja. Aku dan keluargaku tidak akan putus hubungan bisnis dengan keluarga Arista dan keluarga Setyawan. Hari ini aku hanya ingin memberi pelajaran pada Viona saja."
Padahal aku bukan ingin membahas masalah itu.
Memang, sejak kematian Mama dan Papa, Jack sudah lama tidak membela diriku, karena aku sendiri memang tidak mau merepotkan dia dengan memberitahu semua masalah yang menimpaku.
"Terima kasih Kak." Ucapku pada akhirnya untuk pertama kalinya aku menyebutnya Kakak.
Mata Jack terlihat berbinar.
"Velicia adikku, aku selalu berharap dalam hati agar kau bisa sembuh. Apa kau mau aku membawamu ke luar negeri untuk berobat? Atau aku bisa mendatangkan langsung seorang dokter untuk mengobati mu?"
Aku menggeleng, karena sudah tidak ada gunanya. Aku hanya ingin meminta bantuan padanya.
“Merry sedang dipenjara, dia sahabat terbaikku……” ucapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Yanni Sri Hartati Harahap
bgus bnget alur crita dan kata2 nya thor slah satu novel favorite aq,..mksh thor...lanjut
2021-10-31
0
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
nah gtu.veli.. jgn lemah.. jack udah datang...🤧🤧🤧
2021-10-09
0
La-Rayya
jgn lupa like, komen, vote, kasih hadiah, tekan tmbol favorite dan beri rating 5 bintang juga ya 😁🙏
2021-09-20
4