90 Hari Mengejar Cinta Suamiku
Akhir-akhir ini cuaca selalu saja mendung. Seperti hari ini, awan begitu gelap menandakan hari akan hujan. Sejak pagi tadi udaranya sudah begitu dingin, meski tubuhku beberapa hari ini rasanya sedang tidak ingin diajak untuk bekerjasama. Tapi, apa yang bisa aku lakukan? Tidak mungkin aku hanya berdiam diri di rumah. Aku harus bekerja.
Disinilah aku hari ini, duduk di ruang CEO yang bertuliskan namaku di depan pintunya. Sebentar lagi aku akan mengetahui hasil tes yang aku lakukan dengan Dokter Freddy beberapa yang lalu. Semoga hasilnya tidak buruk, mengingat selama ini kesakitan yang sudah aku rasakan.
Dalam beberapa bulan ini, aku memiliki begitu banyak sekali keluhan. Saat berhubungan intim selalu merasakan sakit, bahkan sering diikuti oleh adanya perdarahan. Aku juga sering merasakan sakit pada daerah pinggulku. Bahkan saat buang air kecil, aku juga merasakan sakit. Tamu bulanan ku pun keluar dalam jumlah banyak dan berlebih.
Selain itu ***** makan ku juga menjadi sangat berkurang, berat badanku menjadi tidak stabil. Sekarang aku begitu kurus.
'Kenapa aku tak menyadarinya sejak awal?'
Lagi, aku menatap ke arah luar jendela. Meski sayup ku dengar suara petir dari kejauhan. Namun, hujan belum kunjung turun juga.
Lamunanku buyar saat terdengar suara ketukan pintu dari luar. Hatiku semakin tak karuan saat melihat Dara, asistenku membawakan laporan hasil pemeriksaan yang aku lakukan beberapa hari lalu ke dalam ruangan ini dengan wajah penuh air mata.
Hatiku merasa sudah tak enak, pasti hasilnya buruk dilihat dari wajah Dara yang menangis.
Perlahan aku membuka laporan ini dengan hati yang sudah tak karuan dan entah sudah seperti apa wajahku saat ini. Dan ternyata tertulis jelas bahwa hasilnya : kanker stadium III.
'Ya Tuhan, apa aku akan mati.' aku membatin dengan perasaan yang benar-benar hancur.
Aku mengambil ponsel yang ada didalam tas untuk segera menelepon Dokter Freddy.
"Halo Dokter, jelaskan padaku. Apa hasil tes ini benar adanya?" Aku bertanya dengan perasaan yang begitu cemas.
“Nyonya Setyawan dengan berat hati saya mengatakan bahwa hasil tes itu positif benar adanya. Rahim Anda tidak dibersihkan dengan baik saat keguguran 2 tahun lalu, ditambah lagi dengan infeksi yang terjadi setelahnya menyebabkan kanker rahim berubah jadi…” balas Dokter Freddy berkata dengan perlahan di seberang telpon.
“Berapa lama lagi waktu ku Dokter?” tanyaku langsung menyela ucapan Dokter Freddy dengan air mata yang tak tertahankan.
“Sel-sel kanker sudah menyebar, paling lama 3 bulan.” jawab Dokter Freddy yang membuat jantungku berhenti berdetak.
Deg!
'Ya Tuhan, apalagi ini. Apa aku memang cuma punya waktu tiga bulan? Apa yang harus aku lakukan dalam waktu 90 hari?'
Tak terasa air mata mengalir deras di pipiku. Hancur sudah, aku tidak dapat melakukan apapun lagi.
Di luar hujan turun begitu derasnya, seolah mengerti dengan kesedihanku dan awan pun seolah ikut menangis bersamaku.
Dara yang sedari tadi tak beranjak dari tempatnya berdiri, ikut menangis seraya memelukku.
Ya, selain Merry sahabatku, aku hanya punya Dara seorang asisten yang sudah seperti Kakakku sendiri. Dia sudah bekerja bersamaku sejak pertama kali aku terjun sendiri ke perusahaan ini.
Dalam situasi yang seperti ini, aku jadi merindukan kedua orangtuaku.
'Mah, Pah, sebentar lagi kita akan berkumpul. Kita akan bersama lagi seperti dulu. Tunggu aku Mama Papa.'
Dara semakin memelukku dengan erat, ia sepertinya berusaha menenangkan aku. Tapi apa lagi yang bisa menenangkan hati seseorang kala ia tahu batas usianya hanya tiga bulan?
"Tenangkan dirimu Velicia. Kau akan sembuh." Ucap Dara.
Andai saja bisa, Dokter Freddy bahkan sudah mengatakan sisa waktuku. Aku tidak mau diberi harapan palsu dengan mengatakan aku bisa sembuh.
'Ya Tuhan, apa kesalahanku?'
*************
Arnold, suamiku seperti biasanya langsung beranjak dari tempat tidur untuk mandi setelah melakukan hubungan badan denganku, dan dia selalu saja pergi tanpa perasaan.
Rasa yang tak nyaman pada tubuhku ini setidaknya masih bisa aku tahan, dibandingkan dengan sakit yang aku rasakan pada hatiku selama tiga tahun ini.
Bagaimana tidak, ternyata sejak awal pernikahan yang aku jalani bersama Arnold ini sudah salah. Dia hanya menikahi ku demi uang dan bahkan dia melakukannya demi seorang wanita yang selama ini dia cintai.
Kupikir seiring berjalannya waktu Arnold akan bisa mencintai aku sebagaimana aku mencintai dia. Tapi, nyatanya tidak. Hubungan kami hanya sebatas ikatan diatas sebuah kertas. Meski sudah berjalan tiga tahun, Arnold selalu saja bersikap dingin padaku. Walau begitu dia tetap melakukan hubungan badan denganku walau hatinya malah sibuk memikirkan wanita lain.
Aku memang mencintainya meski dia selalu bersikap dingin, meski pada kenyataannya dia memiliki wanita lain yang sangat ia cintai.
Aku sudah jatuh cinta padanya sejak saat usiaku 14 tahun, yang memang saat itu usianya lebih tua 8 tahun dariku. Dia adalah satu-satunya orang yang pada saat itu tempat aku mencurahkan segala perasaanku setelah kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan pesawat.
Ya, aku anak yatim piatu yang tak memiliki siapapun lagi setelah kedua orangtuaku meninggal.
Aku Velicia Arista, terlahir sebagai puteri tunggal Keluarga Arista. Keluarga Arista adalah keluarga yang paling berkuasa di Kota Ternate. Hingga setelah kedua orang tuaku pergi meninggalkan dunia selama-lamanya, mereka meninggalkan semua kekayaan mereka padaku, puteri tunggal mereka.
Dan sebentar lagi, aku sebagai satu-satunya Keluarga Arista yang tersisa, dalam waktu tiga bulan akan meninggalkan dunia juga karena penyakit yang ku derita ini.
Seharusnya aku sudah memiliki keturunan. Memiliki seorang anak yang akan mewarisi semua kekayaan ini.
Masih sangat jelas dalam ingatanku, bagaimana bahagianya aku saat Tuan Besar Setyawan datang melamar dengan membawa foto Arnold. Padahal sebenarnya aku masih punya banyak pilihan yang lebih baik, tapi aku lebih memilih Arnold.
Tapi, apa yang aku dapat setelah menikah dengan Arnold? Nyatanya dia bukan seperti yang aku harapkan. Dia benar-benar menikahi aku hanya untuk uang dan membantu bisnis keluarganya agar bisa berkembang.
Arnold sama sekali tak memberikan kesempatan pada pernikahan kami agar bisa berjalan baik. Bahkan, 2 tahun yang lalu saat aku sedang hamil, dengan kejinya janinku digugurkan oleh Arnold sendiri. Dia membunuh anaknya sendiri demi wanita yang dia cintai.
"Ya Tuhan sakit sekali."
Aku turun dari tempat tidur dan menatap ke lantai bawah di depan villa tanpa berbalut sehelai benang pun. Arnold sepertinya akan pergi menemui wanitanya.
"Waktuku hanya tersisa 90 hari. Aku harus cepat."
Aku mengambil ponselku yang berada diatas nakas dengan cepat menekan tombol memanggil pada nama Arnold saat ia tengah menyalakan mesin mobilnya.
“Arnold, mari buat kesepakatan.” ucapku singkat.
Hai readers, karya ini sedang on going, author akan update tiap hari ya~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Bunga Syakila
menyimak
2022-05-17
0
lisnaJambi
kayak nya bakal banyak bawang ni cerita nya
2021-11-05
0
Sartika Tika
ni cerita sama bnget dgn cinta dalam luka....alur dn nama tokoh....sama semua
2021-10-14
0