Matahari semakin beranjak tinggi, hari ini benar-benar berbeda dengan kemarin. Jika kemarin hujan turun begitu deras, berbanding terbalik dengan hari ini. Cuaca panas begitu terasa di pipiku saat kakiku melangkah keluar dari dalam mobil. Aku mau makan siang di sebuah cafe yang sedang trending di media sosial.
Aku berjalan menyusuri trotoar melewati beberapa deret cafe yang berbaris rapi, hingga mataku ini tak sengaja menangkap sosok wanita yang tak asing lagi berjalan keluar dari dalam mall.
Kakinya begitu jenjang, kulitnya sangat putih dan mulus. Bentuk tubuhnya begitu indah, rambutnya sangat lurus dan panjang. Dagunya yang lancip dengan wajah yang begitu cantik membuat wanita itu pantas disebut sempurna. Apalah aku jika dibandingkan dengan dirinya. Pantas saja Arnold sangat mencintai dia.
Iya benar, wanita yang tengah ku lihat itu adalah Viona, kekasih yang sangat dicintai suamiku.
Aku lebih baik berbalik saja, aku tak ingin berpapasan dengannya. Saat kakiku baru saja melangkah, terdengar suara seorang wanita memanggil.
"Nyonya Setyawan ya?”
Sudah terlanjur, ya sudah aku layani saja sekalian. Aku kembali membalikkan badanku bersiap memasang tampang yang biasa-biasa saja.
"Ada apa?" Aku berusaha bersikap santai.
"Hah, lihat rupa mu sekarang ini. Pantas saja Arnold sangat jijik denganmu. Aku kasihan padamu, kau itu bisa menjadi seorang Nyonya Setyawan hanya karena kau berada di posisi CEO keluarga Arista. Tapi suamimu sama sekali tidak mencintai dirimu, dia malah mencintai aku."
Semua yang dikatakan wanita ini memang benar adanya, jadi kenapa aku harus merasa sakit hati?
"Apa Arnold pernah memperlakukanmu dengan lembut? Apa Arnold pernah berbicara manis padamu atau memanggilmu sayang? Apakah Arnold pernah membuatkan mu sarapan saat kau terbangun dari tidurmu? Aku yakin pasti tidak pernah. Karena Arnold hanya akan melakukan semua itu padaku wanita yang sangat dicintainya. Bukan pada wanita yang memang berstatus sebagai istrinya tapi tak pernah dia cintai sama sekali. Bahkan aku yakin Arnold sangat jijik berada satu atap denganmu."
Apa mulut wanita ini terbuat dari cabai, semua kata-katanya begitu pedas, membuat telingaku menjadi sangat panas.
Sudah cukup, aku tak tahan lagi. Dari dulu aku tidak akan menahan diri jika ada yang kelewatan menggertak ku. Aku memang tidak punya apa-apa untuk melawan, tapi aku punya uang, selain itu aku juga punya status sebagai Nyonya Setyawan, dan wanita dihadapanku tidak punya apapun yang bisa dia banggakan.
"Seharusnya kau lebih mengasihani dirimu sendiri. Kau memang memiliki hati dan cinta Arnold bersamamu. Tapi apa statusmu dimata semua orang? Apa kau tak malu memiliki julukan sebagai pelakor. Sedangkan aku yang kau kasihani ini nyatanya dimata dunia, aku adalah Nyonya Setiawan dan kau tetaplah wanita simpanannya. Kau memang cantik, dan merendahkan aku dengan mengatakan Arnold jijik padaku. Tapi apakah kau tidak tahu kenyataannya. Atau Arnold yang kau katakan sangat mencintaimu itu tidak jujur padamu?"
Kali ini ucapan ku setidaknya sudah menyakiti wanita yang ada dihadapanku ini terbukti dengan raut wajahnya yang sudah berubah, bahkan air matanya terlihat menggenang.
Hah, ingin sekali aku menertawainya.
"Apa maksudmu hah?" Ucap wanita ini membentak ku.
"Apa kau tahu lelaki yang mencintaimu itu nyatanya menikmati setiap permainanku diatas ranjang."
Skakmat... Air matanya akhirnya tumpah juga, kau pikir hanya kau yang bisa menyakitiku. Kini kau rasakan akibatnya.
"Aku tidak percaya padamu. Kau pasti bohong." Teriaknya.
"Hahaha untuk apa aku bohong. Bukankah hal yang wajar bagi suami isteri untuk melakukan hubungan badan. Justru yang tidak wajar itu, suami orang berhubungan badan dengan seorang wanita yang bukan isterinya. Apa bedanya wanita itu dengan wanita panggilan yang dibayar untuk memuaskan birahi para pria hidung belang."
Lagi-lagi aku ingin tertawa melihat wanita di depanku ini menangis. Puas sekali rasanya.
Sosok yang menjadi akar perdebatan antara aku dan Viona akhirnya keluar juga dari dalam toko. Dia berdiri melindungi Viona di belakangnya. Tatapannya itu sedingin pisau yang siap menancap di tubuhku.
"Kenapa kau ada di sini?" Dia bertanya dengan nada yang begitu kasar padaku.
"Kenapa aku ada disini? Bukankah pertanyaan itu seharusnya aku tujukan padamu suamiku. Apa kau tengah kencan dengan pacar lamamu di belakangku?”
Aku menjawab dengan acuh tak acuh, dan sengaja mengejeknya secara langsung.
Kenapa wajah Viona tiba-tiba jadi sangat pucat? Apa yang ingin dia lakukan, kenapa dia malah berjalan maju ke arahku.
Viona memegang tanganku, sekarang ekspresi wajahnya sudah diatur menjadi tampang wanita yang begitu malang.
'Akting mu sangat tidak natural Viona, hahaha aku benar-benar kesal pada wanita ini.' ucapku dalam hati.
“Nona Veli, jangan salah paham…”
Aku sudah muak, jadi aku menghempaskan tangannya. Wanita itu terlihat sempoyongan. Arnold dengan cepat menopang tubuh wanita itu, dan membuatku terjatuh ke lantai karena tenaga Arnold yang terlalu besar.
Sakit sekali, pergelangan tanganku terluka dan mengeluarkan darah.
'Kau memang ratu akting Viona.' lagi-pagi aku bergumam dalam hati.
Aku hanya menghempaskan tangannya pelan, tapi aku seolah-olah telah melukai dirinya. Jelas-jelas aku yang terluka, tapi Arnold malah lebih memperhatikan Viona. Selama ini yang ada di mata Arnold hanyalah Viona.
Aku ingin menertawakan diriku sendiri saat ini. Aku mungkin sudah gila karena terlalu berharap.
"Arnold....aku terluka.” ucapku dengan lemah, berusaha menarik simpati Arnold.
Sebelumnya aku tidak pernah terlihat lemah di hadapan siapapun, dan Arnold tahu akan hal ini. Sangat jelas dimata Arnold, yang aku lakukan sekarang ini membuatnya bingung.
Namun, meski aku sudah terlihat lemah dihadapan Arnold dia tetap memilih Viona dan tidak menghiraukan aku sama sekali. Sekilas aku melihat senyum kemenangan di bibir Viona.
'Ah ingin sekali aku menarik mulutnya itu.' tapi aku hanya bisa bergumam dalam hati.
************
Malam harinya, aku mandi lebih awal. Setelah mengobati luka di pergelangan tanganku. Aku duduk di depan meja rias, berdandan yang cantik untuk menyambut Arnold.
Sekarang yang ada diatas meja rias ku adalah surat perceraian. Dengan tangan yang bergetar aku menandatangani surat perceraian ini, lalu meletakkannya di dalam laci.
Sudah pukul sepuluh malam, Arnold belum juga pulang. Aku bahkan memasak makanan kesukaannya. Aku ingin makan malam bersamanya. Tapi sampai sekarang dia belum datang juga.
Aku memutuskan menunggu Arnold di ruang keluarga. Karena kantuk yang menyerang, aku merebahkan tubuhku diatas sofa dan tertidur.
Aku terbangun karena mendengar suara deru mobil. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 3 subuh. Dengan cepat aku membukakan pintu untuk Arnold. Ku peluk tubuhnya, dan aku masih dapat mencium aroma tubuh Viona.
Aku semakin mengeratkan pelukanku dan menyandar dengan lembut di dadanya yang bidang.
"Arnold, aku sudah menunggu sejak tadi, aku bahkan belum makan malam. Aku sudah masak makanan kesukaanmu. Aku ingin makan malam bersamamu." Ucapku dengan nada yang sangat manja.
Arnold menggenggam tanganku erat, membuat jantungku berdegup dengan sangat kencang.
“Velicia, ada yang aneh denganmu sejak kemarin!” ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
🍉💜
Hebat banget kamu thor bikin karakter yang pengen aku tabok pake batako😤😤👍 awas aja kalo sampe si Arnold bahagia sama tuh lont*😑
Komen ku marah2 gak jelas dehh🤣🙏
2023-01-10
0
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
dasar arnold geblek... suami geblek.. viona juga.. fix pasangan geblek... 🤮
2021-10-09
1
Ghiie-nae
dasar Viona ja**** udah ngerebut laki orang menghina lagi...
2021-09-24
0