"Aku ingin membuat kesepakatan." Ucapku pada Arnold.
"Katakan!" Suara Arnold terdengar begitu tegas padaku.
"Aku akan bercerai denganmu, memberikan seluruh aset yang aku miliki untukmu. Mengalihkan semuanya atas namamu. Semua itu akan aku lakukan dengan satu syarat yang harus bisa kau penuhi."
Aku berusaha tegar meski sejujurnya hatiku tak sanggup. Suaraku tak boleh bergetar dan terdengar bersedih. Tidak!
"Apa maksud perkataan mu? Apa kau bercanda? Atau mungkin kau sudah gila?"
Lagi-lagi Arnold berkata dengan sangat kasar. Tak bisakah dia bicara sedikit lembut padaku? Aku menghela nafas kasar.
"Aku sedang tidak bercanda Arnold. Aku serius. Kau bisa mendapatkan surat cerai dan seluruh kekayaanku asalkan kau mau menjadi kekasihku selama tiga bulan." Ucapku serius.
"Hahaha apa kau memang benar-benar sudah tidak waras. Apa kau pikir aku akan mau menjadi kekasihmu? Dengarkan aku baik-baik Velicia Arista. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menjadi kekasih yang akan mencintai kamu walaupun hanya satu jam."
Tutt...!
Sambungan telepon terputus, hatiku hancur. Apa aku benar-benar tidak pantas untuk dicintai? Kenapa Arnold begitu kejam? Dia tidak bisa mencintai atau hanya sekedar menjadi kekasihku dalam waktu 3 bulan. Lalu kenapa dalam kurun waktu tiga tahun ini dia selalu meniduri aku?
Ah, aku lah yang bodoh. Meski aku tahu dia tidak mencintaiku, meski aku tahu dia memiliki wanita lain, tanpa paksaan aku malah sangat mencintai dirinya.
Sudahlah! Waktuku hanya tersisa tiga bulan. Dan yang ingin aku lakukan selama tiga bulan itu hanyalah bisa mendapat kasih sayang, dan menjadi seorang wanita yang dicintai oleh suamiku sendiri. Bagaimanapun caranya aku pasti bisa membujuk Arnold.
Malam semakin larut, setelah membersihkan diri, aku memilih untuk mengistirahatkan tubuhku dan juga pikiranku yang sudah sangat letih menjalani semuanya.
Perlahan aku memejamkan mata, berharap masih bisa bangun esok hari. Karena masih banyak hal yang harus aku lakukan.
"Selamat malam Mama, Papa, aku harap kita bisa bertemu di alam mimpi."
***************
Hari ini matahari bersinar dengan begitu cerah, aroma tanah yang basah karena hujan kemarin menguar. Aku bangun tidur pagi-pagi sekali, bergegas mandi dan memilih pakaian terbaikku untuk ke kantor. Tak lupa ku poles wajahku dengan makeup yang senatural mungkin.
Ku pandangi pantulan diriku di cermin. Bukan hendak menyombongkan diri. Tapi, pada kenyataannya aku memang gadis yang cantik. Kulitku putih bersih, bibirku tipis, dan aku memiliki hidung yang lumayan mancung. Semua kecantikan ini sepertinya turunan dari Mama yang memang sangat cantik.
Hanya saja yang terlihat berbeda kini, tubuhku semakin kurus. Mungkin karena penyakit yang menggerogoti tubuhku.
"Ah sudahlah, lebih baik aku berangkat bekerja."
Selama ini aku memang berkendara sendiri dengan mobil sporty yang aku beli saat pertama aku mendapatkan surat izin mengemudi.
Saat tengah fokus menatap jalanan yang mulai padat dilalui kendaraan, suara ponselku berdering. Sekilas ku lirik nama Papa Setyawan tertera dilayar ponsel. Dengan sebelah tangan aku bergegas memasang earphone ke telingaku lalu menjawab panggilan dari mertuaku itu.
"Halo Velicia, kau dimana?"
"Aku tengah dalam perjalanan menuju kantor Pa." Jawabku cepat sambil mata terus fokus menatap ke arah jalanan.
"Velicia, dengarkan Papa baik-baik. Viona Gaulana akan kembali, kau harus lebih memperhatikannya. Jangan biarkan Arnold bertemu dengannya."
Aku terdiam, ya Viona Gaulana adalah wanita yang selama ini sangat dicintai suamiku. Mengingat usiaku yang memang menurut Dokter Freddy hanya tersisa tiga bulan, maka biarlah terjadi. Biarkan mereka bersama, toh sebentar lagi aku akan mati.
"Pa, aku tidak akan menghalangi hubungan mereka lagi. Karena aku sudah memutuskan bahwa aku ingin bercerai dari Arnold." Ucapku dengan tenang.
"Apa yang kau katakan? Kenapa kau tiba-tiba ingin bercerai? Ada apa denganmu? Kalau pada akhirnya kau hanya ingin bercerai, kenapa dulu kau memilih keluarga Setyawan? Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
Aku tertawa mendengarkan ucapan Papa mertuaku itu.
'Kenapa aku memilih keluarga Setyawan.?' pikirku.
“Papa.... Papa.... Apa Papa mendadak menjadi pelupa? Bukankah Papa sendiri yang mengajukan anak Papa untuk menikah denganku?" Ucapku dengan nada yang mengejek. "Kalianlah yang sejak awal hanya menginginkan keluarga Arista, sedangkan aku hanya menginginkan seorang Arnold.” lanjut ku.
Setelah setengah jam perjalanan, aku tiba di kantor dan langsung menuju ruangan ku. Aku masih saja memikirkan bagaimana perasaan Papa mertuaku atas apa yang aku katakan tadi.
Dua buah dokumen sudah berada diatas mejaku. Aku mulai menandatangani dokumen yang pertama. Dokumen tentang surat perjanjian pengalihan saham.
Sebenarnya beberapa tahun belakangan ini Arnold terus mengembangkan bisnis keluarga Setyawan dengan bantuan keluarga Arista, jika aku mati, yang bisa aku andalkan hanyalah Arnold.
Selain menandatangani surat pengalihan saham, aku juga sudah membuat sebuah surat wasiat. Aku tidak menuliskan surat wasiat dengan panjang lebar seperti yang umumnya dilakukan orang-orang. Di dalam surat wasiat ini, hanya ada satu kalimat yang aku wasiatkan untuk suamiku: Arnold, kuharap segala yang kamu mau di kehidupan ini tercapai.
Aku mengambil ponselku yang ada didalam tas, untuk menghubungi pengacara dan memintanya menemui ku untuk menyerahkan kedua dokumen ini.
Tak butuh waktu lama, Pak Heri sudah ada dihadapanku.
"Pak Heri, aku akan menyerahkan dua buah dokumen kepada anda. Isinya merupakan surat pengalihan saham dan surat wasiatku." Ucapku tegas pada pengacaraku itu.
"Apa yang anda katakan Nyonya, kenapa anda tiba-tiba membuat surat wasiat?" Pengacaraku terdengar tak percaya atas apa yang aku katakan.
"Dengarkan aku Pak Heri, aku hanya akan mengatakan satu hal padamu. Aku berharap Arnold bisa memainkan sebuah lagu berjudul 'Sleep in the Deep Sea' dengan piano di depan makam ku setelah aku meninggal nanti."
Aku sangat menyukai lagu “Sleep in the Deep Sea” karena lagu itu adalah lagu yang dimainkan Mama setiap malam untukku sebelum dia meninggal. Setelah Mama meninggal, aku sering mendengar lagu ini dimainkan oleh Arnold di kelas sebelah saat kami bersekolah.
Itulah kenapa aku sampai bisa jatuh cinta padanya. Setelah itu dia menjadi temanku tempat aku berbagi suka dan duka ku. Sejak saat itulah aku terobsesi padanya, aku ingin menjadi istrinya dan menjalani hidupku bersamanya
Kisah cinta kami di masa lalu sebenarnya sangat indah. Meski sekarang semuanya benar-benar berbeda, setidaknya kenangan di masa lalu yang indah bersamanya akan menjadi memori terindah yang aku miliki terhadap Arnold.
Setelah pengacara pergi, aku kembali mengambil ponselku untuk menelpon Arnold.
"Untuk apa kau meneleponku lagi?" Teriak Arnold di seberang telepon.
Arnold andai kau tahu, aku juga tidak ingin menghubungimu. Toh selama setahun ini, aku hanya menelpon mu 2 kali, 1 saat kemarin malam, dan 1 lagi saat ini.
"Aku tidak punya waktu untuk mengobrol denganmu." Teriak Arnold lagi.
Hatiku hancur. Namun, aku harus tegar setidaknya aku masih memiliki waktu tiga bulan untuk mendapatkan cinta Arnold.
"Arnold, aku tahu Viona kekasihmu sudah kembali. Jika kau ingin mendapatkan surat cerai dan harta untuk kebahagiaanmu bersama Viona, maka pulanglah malam ini." Ucapku mengancam Arnold.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Nurmila Karyadi
apa iyaaaa sebodoh itu sih mau ngalihkan harta ke suami durjana
2022-08-15
0
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Aku baru mampir kesini ya ka Author... duuh mewek Bombay sekeluarga bawang ini aku ka 😭😭😭😭😭😭
2021-12-10
0
CheAnggrek Putieh
sakiiitttt banget....terlalu banyak bawang....
2021-10-18
0