Hidupku hanya tersisa 3 bulan lagi, dan aku baru menyadari ternyata akhir-akhir ini perutku memang sering terasa sakit.
"Ah, Arnold sakit sekali..." Lirih suaraku terdengar keluar begitu saja dari mulutku.
Tapi kenapa Arnold malah berpikir bahwa aku mengaduh sakit karena menikmati permainannya. Sepertinya dia sudah gila.
"Kau terlihat sangat menyukai permainanku sekarang. Apa kau menikmatinya Veli?" Bisik Arnold di telingaku.
"Aaahhh sakiit..." Aku sudah tidak tahan lagi.
Arnold mungkin tidak akan berlaku sekasar ini pada Viona. Dia mencintai Viona dan pasti memperlakukan nya dengan sangat lemah lembut. Tapi, aku....
Aku menyadari bahwa, aku memang wanita yang tidak punya harga diri dalam hubungan ini. Arnold jelas-jelas tidak mencintai dan menginginkan aku, tapi apa yang sudah aku lakukan. Aku malah membiarkan dirinya menyentuh tubuhku.
Benar apa yang dia katakan, aku tak lebih dari seorang wanita panggilan yang hanya menjadi pemuas nafsunya saja.
Air mataku kembali mengalir deras. Selain sakit di perut yang amat sangat, hati dan jiwaku juga tak lepas dari rasa sakit itu.
'Tuhan.... Apa aku tak berhak bahagia. Bisa merasakan kasih sayang dari seorang suami layaknya pasangan suami isteri lainnya di luaran sana? Kau memberiku waktu 3 bulan. Apa aku masih bisa merasakan sebuah kasih sayang, walaupun itu hanya kepalsuan. Setidaknya disisa hidupku aku bisa merasakan hal itu.' ucapku dalam hati.
Arnold semakin bertenaga, hingga akhirnya ia menyelesaikan hasratnya padaku wanita yang di anggapnya ikan asin ini.
Tidak pergi seperti biasanya. Setelah berhubungan, Arnold pasti langsung mandi dan, kemudian meninggalkan aku. Kini yang ia lakukan adalah duduk di atas sofa dan mulai mengurus pekerjaannya.
Di layar laptopnya terpampang dokumen keluarga Arista, keluargaku. Belakangan ini keluarga Arista memang menemui banyak masalah, dan semua itu adalah perbuatan Arnold.
Aku tahu itu, tapi waktu ku sudah tidak banyak lagi. Lagipula keluarga Arista juga milik Arnold. Yang penting sekarang adalah, aku bisa menikmati kehangatan sekejap yang selama ini sulit aku rasakan bersamanya.
Suara ponsel Arnold berdering dan menampilkan nama Viona disana. Tidak jelas apa yang dia katakan. Aku hanya bisa mendengar suaranya tengah terisak. Entah apa yang sedang terjadi pada wanita itu.
Kini Arnold malah menatapku dengan raut wajah yang entah apa, sulit untuk aku mengartikannya. Namun satu hal yang pasti, dari sorot matanya dia seperti ingin menerkam ku begitu penuh kebencian disana. Menakutkan sekali!
Arnold berjalan mendekat ke arahku dan langsung mencengkram daguku dengan keras.
"Apa yang kau lakukan,?" Pekik ku karena cengkraman Arnold semakin kuat, rasanya sakit sekali.
"Cepat katakan padaku. Apa kau yang sudah melakukan semuanya pada Viona?" Teriak Arnold memenuhi seluruh kamar tempat dimana kami baru saja berhubungan badan.
"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti sama sekali." Balasku semakin tidak mengerti.
"Jangan berpura-pura bodoh. Cepat akui semua perbuatan mu." Teriak Arnold lagi. Tapi, aku memilih diam karena sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya.
"Kau memang wanita yang licik Velicia. Demi mendapatkan keinginanmu kau melakukan segala cara termasuk menculik Viona dan menyuruh orang memperkosanya."
Aku makin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Arnold.
"Apa maksudmu? Aku menculik Viona? Untuk apa aku melakukannya?"
"Jangan berlagak bodoh dan tidak tau apa-apa? Dasar wanita ******. Kalau sampai sesuatu terjadi pada Viona, kau akan menerima akibatnya."
Arnold tampak membersihkan dirinya berganti pakaian dan hendak keluar rumah. Tidak, aku tidak boleh membiarkan suamiku melakukan semua ini padaku. Dia harus tetap tinggal disini bersamaku.
"Arnold ku mohon jangan pergi. Jangan temui Viona. Tetaplah disini bersamaku. Aku ini isterimu." Aku berucap dengan tanganku yang melingkar di perutnya.
"Arnold tolong, aku mohon jangan pergi. Kau lebih baik menemani aku disini. Tolong jangan pergi..." Aku benar-benar sudah gila karena sampai memohon-mohon padanya.
Arnold melepaskan pelukanku padanya lalu menamparku hingga tubuhku tersungkur ke lantai.
"Dasar ******, jangan halangi jalanku." Teriaknya kemudian pergi meninggalkan aku yang tengah kesakitan ini.
Ini adalah pertama kalinya Arnold memukul ku.
Sudah cukup, aku selama ini selalu mengalah dan menutup mata dengan semua yang Arnold lakukan padaku. Tamparan ini sudah menyadarkan aku. Bahwa aku tidak perlu menginjak-injak harga diriku demi pria seperti Arnold.
"Cukup sudah, aku tidak mau lagi."
Aku kemudian berdiri sambil memegangi perutku yang sakit. Berjalan ke kamar mandi membersihkan diriku lalu mengenakan gaun panjang yang mewah dan berdandan yang cantik.
Ku ambil ponsel yang berada diatas nakas untuk menelepon asistenku.
“Tolong periksa keberadaan Viona untukku.” ucapku pada asistenku.
Kali ini aku akan membereskan semuanya. Aku sudah muak dengan semua ini.
Setengah jam kemudian aku sudah tiba di rumah sakit. Tadi asistenku melaporkan bahwa semua itu hanyalah akting Viona sendiri.
'Kau benar-benar wanita yang licik Viona.' pikirku.
Aku menatap wajah cantik ku yang dikaruniai Tuhan di kaca jendela mobil.
'Sungguh cantik, tapi tidak dapat membuat Arnold luluh.' pujiku dalam hati.
"Segera hubungi Direktur Setyawan. Katakan padanya aku ingin bertemu. Ada satu hal yang ingin aku bahas dengannya." Ucapku memerintahkan anak buah ku.
Meskipun akan bercerai, aku juga harus mengakhiri semua ini tanpa tuduhan apapun. Aku tidak mau dituduh melakukan sesuatu yang tidak pernah aku lakukan. Apalagi sampai difitnah menculik selingkuhan suamiku dan menyuruh seseorang untuk memperkosanya.
"Benar-benar tuduhan yang tidak bermoral."
Aku mulai melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah sakit. Menyusuri setiap lorong hingga sampai ke bangsal dimana Viona dirawat.
Aku sudah berdiri di depan pintu, namun suara isakan Viona membuatku menghentikan langkahku.
"Arnold wanita itu benar-benar jahat. Dia sampai melakukan semua ini demi membuat aku menjadi tidak pantas untuk bersanding denganmu. Dia menyewa seseorang untuk menculik ku bahkan memerintahkan mereka untuk memperkosaku. Wanita itu benar-benar berhati iblis Arnold." Isakan Viona terdengar jelas ditelinga ku.
"Arnold, untung saja aku bisa kabur dan selamat dari cengkraman lelaki biadab itu. Aku selamat, tapi aku masih sangat takut Arnold." sambung Viona.
Cih, wanita itu memang benar-benar sangat pintar dalam berakting.
"Tenanglah Vio, kau sudah aman. Tidak ada yang bisa menyakitimu sekarang. Aku ada bersamamu, kau tenang saja. Aku akan menyelidiki kejadian ini, jika memang itu ulah Velicia, maka aku akan membuatnya meminta maaf secara langsung kepada mu Vio." Suara Arnold terdengar begitu lembut.
Entah kenapa aku malah tersenyum mendengar perkataan Arnold. Kalau itu perbuatan Viona sendiri, lalu untuk apa aku meminta maaf. Tapi biarlah, aku akan mengakuinya dihadapan Arnold.
Aku melangkahkan kakiku berjalan masuk dan mengakui hal itu.
“Itu memang kerjaan ku, kamu mau aku minta maaf dengan cara apa biar tulus? Ar, perlukah aku berlutut kepadanya?” ucapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
AceAI _BG GM
suami seperti itu lebih baik warisan d hibahkan k panti ada juga pahala yg mengalir dari pada d hibahkan k suami seperti itu dan dia akan menikmati kekayaanmu ,jangan bodoh vely...
2023-05-24
1
Joen Marlina Lengkey
🥺🥺😥😥😥
2021-11-08
0
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
astaga veli kamu kenapa...harus pura2 sekuat itu 😭
2021-10-09
1