Aku tak menjawab pertanyaan Arnold, aku memilih diam. Tak ingin lebih lanjut membahas tentang perasaanku padanya.
Namun, Arnold malah semakin menghujaniku dengan sikap manisnya. Ia tak berhenti membelai dan mencium ku dengan lembut. Meski awalnya aku tak membalas ciumannya, namun lama-kelamaan aku yang mulai menikmatinya membalas ciuman Arnold.
Sejujurnya aku merasa sangat aneh dengan situasi saat ini. Hatiku ingin menolak semuanya, karena tak mau dikasihani oleh Arnold. Namun sikap manisnya malah meluluhkan aku.
Bahkan kini ia bertanya apakah aku menyukainya atau tidak. Tapi, aku tidak harus menjawab pertanyaan Arnold dan aku juga tidak mau membuang kesempatan ini. 2 bulan lagi Arnold sudah akan menikah dan sudah tidak berarti lagi jika aku mencintai Arnold atau tidak. Yang terpenting, mimpiku terwujud, sebelum dijemput Tuhan setidaknya aku sudah merasakan cinta dari suamiku.
Arnold semakin menghujaniku dengan ciumannya. Darahku terasa berdesir begitu cepat. Jantungku berdegup tak karuan. Arnold tidak pernah memperlakukan aku semanis ini sejak awal pernikahan. Meski kami bersentuhan fisik, tapi benar-benar tak ada perlakuan layak darinya bagiku yang adalah istrinya.
Dan yang terjadi saat ini aku semakin terikat padanya. Aku semakin mencintainya.
"Aku sangat mencintai mu Arnold. Meski saat itu aku punya banyak pilihan lain untuk menikah denganku, aku tetap memilih mu karena cinta." Kata-kata ku terucap begitu saja dari bibirku.
Arnold terlihat senang mendengarnya.
"Aku juga mencintaimu, Velicia Arista." Balasan Arnold yang tak ku sangka-sangka akhirnya aku dengan dengan kedua telingaku sendiri.
'Apa benar dia juga mencintaiku? Tapi sejak kapan?' pikirku.
Entah bagaimana sudah ekspresi yang ditunjukan wajahku. Mendengar kata cinta dari Arnold membuat perasaanku jadi kacau.
Arnold sepertinya menyadari perubahan yang terjadi pada raut wajahku. Ia malah semakin ketagihan membelaiku, dia lalu memeluk ku dengan erat. Menciumiku beberapa kali.
Arnold kembali bertanya padaku, "Sejak kapan kau mulai jatuh hati padaku?" Tanya Arnold sambil terus membelai tubuhku.
Aku yang sudah tak berdaya dengan polosnya menjawab,
"Kalau itu, hmmm aku sudah menyukai mu sejak dulu."
Arnold sepertinya semakin gemas denganku. Ia kembali melanjutkan belaiannya sampai ia mulai membopong tubuhku menuju kamar. Ia meletakkan tubuhku perlahan diatas tempat tidur.
Lagi-lagi, hal ini adalah pertama kalinya ia lakukan padaku. Ia bahkan menarik selimut dan menutupi tubuhku dengan selimut. Sungguh ini adalah malam terindah bagiku di sepanjang hidupku.
"Izinkan aku untuk menginap." Ucap Arnold dan dengan cepat aku mengangguk.
Kami berdua hanya tidur sambil berpelukan dan tidak melakukan hubungan intim.
Saat terbangun pada pagi harinya, aku mendapati Arnold tengah memandangi diriku sambil berbaring.
"Selamat pagi cantik." Sapa Arnold padaku.
"Selamat pagi juga." Balasku dengan canggung.
"Bersiaplah, aku akan membawamu berkencan ke suatu tempat." Ucap Arnold lagi seraya mengerlingkan matanya padaku.
"Kencan?" Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
"Iya kencan. Cepatlah, aku yakin kau pasti akan senang." Arnold berusaha untuk membujukku.
Aku pun mengangguk tanda setuju kemudian pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Setelah selesai dengan rutinitas pagi, akhirnya kami berangkat. Arnold tak mengatakan kemana tujuan kami. Namun, sepertinya dia akan membawaku ke luar kota. Karena mobil yang dikendarai Arnold mulai memasuki jalan tol dan keluar dari gerbang kota kami.
Arnold bilang mau membawaku pergi kencan. Tapi kenapa malah pergi ke kota kecil ini. Hingga mobil kami berhenti di sebuah rumah yang ternyata tempat orangtuanya tinggal.
Ibu Arnold adalah wanita lemah lembut yang baik hati, dia tampak sangat senang melihat aku dan Arnold datang mengunjunginya.
"Arnold 2 hari yang lalu Andreas, juga baru mengunjungi Ibu" Tutur wanita yang masih terlihat awet muda itu.
Aku pun baru tahu kalau Arnold masih punya seorang kakak yang bernama Andreas Setyawan. Aku sebelumnya tak pernah mendengar tentang dirinya, apalagi bertemu dengannya.
Arnold mengajakku untuk menginap di rumah ibu nya, aku menyetujuinya karena perjalanan ke kota kecil ini cukup melelahkan membuatku membutuhkan istirahat lebih banyak. Akan sangat melelahkan jika harus kembali lagi ke kota kami.
Malam harinya aku dan Arnold menemani ibu nya makan. Rumah ini sangat nyaman, namun terkesan sepi karena memang ibunda Arnold tinggal seorang diri dan ada seekor kucing berukuran cukup besar yang menemani kesehariannya. Kucing yang diberi nama Molly itu, terlihat sangat dekat dengan ibu Arnold.
Di meja makan, semuanya terasa sangat menyenangkan karena hadirnya seorang ibu. Aku memandang ibu Arnold dalam dan teringat akan orangtuaku sendiri, aku iri karena orang tua Arnold masih hidup. Bahkan Arnold terlihat sangat dimanjakan oleh ibunya. Sementara aku, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.
Setelah makan, aku dan Arnold masuk ke dalam sebuah kamar yang sudah disediakan ibu Arnold. Kami berdua nonton film di dalam kamar, saling merangkul dan mengobrol.
Aku masuk ke kamar mandi berniat untuk membersihkan diri. Namun, saat melihat wajahku di cermin, aku urung membasuh wajahku. Aku tidak ingin menghapus make-up ku.
Arnold yang masuk ke kamar mandi melihat aku yang tengah ragu menghapus make-up ku.
"Veli, kau tidak perlu menghapusnya kalau tidak mau." Ucap Arnold padaku.
Aku mengangguk lalu keluar dari kamar mandi disusul Arnold.
Tak ku sangka setelah beberapa saat keluar kamar, Arnold kembali dengan membawa baskom berisi air hangat dan mulai mencuci kakiku dengan air hangat yang ia bawa tadi.
Aku yang merasa sungkan ingin menghentikannya, namun ia terus melanjutkan aktifitasnya tanpa memperdulikan aku.
"Arnold, tolong hentikan. Kau tidak perlu begini." Ucapku berusaha menarik kakiku.
Namun, dengan cepat Arnold menahan kakiku agar tetap berada di dalam baskom. Hingga akhirnya ia selesai membersihkan kakiku. Lalu mengajakku tidur sambil berpelukan.
Pagi harinya kami berpamitan pada ibu Arnold untuk kembali ke Kota Ternate. Dari raut wajah beliau, aku dapat merasakan bahwa sangat berat baginya untuk berpisah dengan Arnold.
"Sering-sering kemari ya nak. Ibu akan membuatkan mu roti panggang seperti yang kamu suka tadi." Ucapnya padaku dengan air yang menggenang di matanya.
Kami pun tiba di kota Ternate. Kehidupan kami berjalan semakin membaik. Beberapa hari ini kami lewati dengan tenang dan bahagia.
Malam ini seperti biasanya, aku dan Arnold duduk selonjoran diatas tempat tidur. Terkadang sesekali Arnold menggodaku, dengan mencium ku, sampai akhirnya suara ponsel Arnold menghentikan aktifitas kami yang tengah berciuman.
Nama Viona tertera di layar ponsel Arnold lengkap dengan emoticon love disamping namanya. Arnold mengangkat panggilan Viona dengan cepat, dan terdengar sangat jelas di telingaku, meski Arnold tak menspeakernya. Viona tengah menangis putus asa, ia berkata, “Arnold, aku sangat merindukanmu.”
Tanpa pikir panjang Arnold keluar dari kamar. Meninggalkan aku tanpa sepatah katapun. Aku menyerah, aku memang terlalu bodoh. Rupanya ini semua hanya kepalsuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Kurasa Velicia salah mengenali orang 😔😔
2021-12-10
0
lisnaJambi
arnold pny kmbaran
2021-11-06
0
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
ya ampun.. begonya yang berkurang ya arnold
2021-10-09
1