Viona berteriak histeris melihat aku muncul di bangsal ini. Dia menunjuk padaku sambil terus memeluk Arnold erat.
"Aaaaa pergi kau wanita jahat, pergiiii.... Arnold tolong aku, dia akan berbuat jahat lagi padaku." Viona berteriak histeris.
Wanita ini benar-benar harus diberikan penghargaan sebagai aktris terbaik. Ingin sekali aku menjambak rambutnya.
"Vio tenanglah, dia tidak akan melakukan apapun, aku ada bersamamu." Arnold terlihat berusaha menenangkan rubah betina itu. Huh dasar.
"Pergiiii...." Teriak Viona lagi padaku.
"Veli, lebih baik kau pulang." Kini giliran Arnold yang mengusirku.
Byurr!!!
Wajahku rasanya terbakar, berani-beraninya rubah betina itu menyiram ku dengan air panas. Ku usap wajahku pelan, yang jelas riasan yang ku kenakan pasti sudah luntur. Sepertinya wajahku terkena luka bakar. Panas dan lumayan perih.
"Veli! Kau tidak apa-apa? Ayo ikut aku, kita perlu mengobati wajahmu." Arnold tiba-tiba menggandeng tanganku, membawaku ke ruang perawatan untuk mendapat pengobatan pada luka bakar yang tidak terlalu parah ini.
Kenapa Arnold tiba-tiba peduli padaku? Apa dia selama ini memang peduli padaku. Sikapnya begitu hangat dan sangat perhatian terhadapku. Sejenak aku dapat merasakan kebahagian karena perhatiannya ini.
Ya Tuhan, andai saja suamiku tetap bersikap semanis ini. Pasti aku akan merasa sangat bahagia.
"Arnold bagaimana keputusan mu tentang kesepakatan yang aku katakan waktu itu. Apa kau mau berpacaran selama 3 bulan denganku?" Aku mencoba bertanya pada Arnold, semoga saja kali ini dia akan menjawab iya.
"Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kau bersikap sangat aneh?" Arnold bertanya padaku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan. Sepertinya dia mulai menyadari sikap aneh yang mulai aku tunjukan akhir-akhir ini.
Ku pandangi wajah Arnold dengan penuh cinta. Wajah yang selama ini aku kagumi. Wajah yang selama ini aku dambakan. Perlahan, aku mulai meraba tulang alis Arnold yang indah, merasakan hangatnya jemariku yang menyentuh wajahnya. Aku lalu bertanya padanya sekali lagi dengan rasa tak rela,
"Apa kamu sungguh nggak mau berpacaran denganku hanya selama 3 bulan?”
“Aku bisa pacaran dengan siapapun. Bahkan, dengan orang idiot sekalipun. Tapi, aku tidak bisa berpacaran denganmu, berhentilah berharap. Karena sampai kapanpun aku tidak akan mau.” Suara Arnold bagaikan sebilah pisau tajam yang menghujam jantungku.
Sungguh sakit aku rasakan, tapi kenapa aku tidak mati?
Aku kembali bertanya padanya,
"Kenapa kau begitu kejam padaku? Apakah kau merasa aku ini tidak pernah merasa sakit hati karena selama ini aku tidak pernah menangis ataupun merengek di hadapanmu? Apa kau tahu, aku selama ini terluka. Tidak pernahkah kau melihat semua itu? Atau kau berpura-pura buta dengan keadaan yang selama ini aku rasakan?"
Semua keluh kesah ku akhirnya aku keluarkan pada Arnold. Aku sudah tak dapat menahannya lagi. Selama 3 tahun aku bersikap dingin dan biasa-biasa saja atas semua perlakuannya padaku.
Aku memang menikah dengan Arnold saat umurku 20 tahun. Usiaku saat itu sangat rentan dengan sikap dingin, rasa diabaikan, dan kebencian, terutama orang itu adalah suamiku sendiri. Namun, aku menutupi semuanya hingga mungkin Arnold berpikir aku adalah wanita yang sangat tegar dalam menghadapi semuanya. Tapi nyatanya aku terluka dan sebenarnya aku tidak setegar yang Arnold pikirkan.
Arnold bukannya menjawab pertanyaan ku, justru dia malah balik bertanya padaku “Kenapa kamu ingin sekali berpacaran denganku?”
Aku tidak dapat menjawab pertanyaannya. Aku tidak mungkin mengatakan, aku ingin berpacaran dengannya hanya karena sisa umurku yang hanya tinggal 3 bulan. Dan, yang aku inginkan adalah mendapat kasih sayang darinya sebelum aku menutup usia.
"Dengarkan aku Arnold. Kau tidak perlu menanyakan apa, dan kenapa aku mau berpacaran denganmu. Aku hanya meminta kau melakukannya selama 3 bulan dan setelah itu kita akan bercerai seperti yang kau mau. Setelah itu kau bisa menikahi wanita yang kau cintai. Aku bahkan hanya ingin uang 11 miliar saja, sisanya akan aku berikan semuanya kepada mu. Kau hanya perlu menjadi pacarku selama tiga bulan dan kau bisa mendapatkan itu semua."
Aku menjelaskan panjang lebar pada Arnold dan berharap dia bisa mengubah pikirannya dan mau berpacaran denganku dalam waktu tiga bulan saja.
"Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi. Sekarang lebih baik kita kembali ke bangsal Viona." Kata Arnold.
Ya sudahlah! Sepertinya Arnold memang sulit untuk diajak berkompromi.
Kami berdua bangkit dan berjalan ke arah bangsal. Kami berhenti di pintu karena mendengar suara Tuan Besar Setyawan sedang berbicara pada Viona.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kenapa kau memfitnah Velicia seperti ini? Padahal kebenarannya kau sendiri yang melakukan semua ini." Ucap Tuan Besar Setyawan.
"Apa maksud anda?" Tanya Viona.
"Kau tidak perlu berpura-pura lagi. Karena, aku sudah mencari pria-pria yang kau perintahkan untuk menculik dirimu sendiri demi memfitnah Velicia. Aku punya bukti transfer antara kau dengan para penculik itu. Aku heran kenapa Arnold bisa menyukai wanita yang penuh kepalsuan seperti dirimu."
Aku dan Arnold mendengar percakapan Tuan Setyawan dan Viona dengan sangat jelas. Aku mencoba menatap wajah Arnold, tapi tidak ada yang berubah dengan ekspresinya.
Kini aku baru mengerti kalau Arnold sudah mengetahui semuanya. Dia hanya tidak mau membongkar kebohongan itu. Dan, membiarkan wanita yang dicintainya itu berulah.
Rasa sakit pada tubuh dan hatiku kembali melanda. Aku kemudian pergi dengan tergesa-gesa, memilih berlari keluar lewat tangga rumah sakit.
Hatiku hancur, kecewa, marah dan sedih menjadi satu. Arnold benar-benar sudah buta. Mata dan hatinya sudah buta, bahkan ia menutup matanya dengan fakta yang ada dihadapannya. Yang ada di kepala Arnold hanyalah Viona dan, tak ruang untuk orang lain.
Kenapa hidungku tiba-tiba terasa lembap? Aku mencoba mengusap hidungku. Ku pikir karena tengah bersedih, aku menangis maka hidungku akan berair. Ternyata aku salah.
Rupanya itu darah....!!!
Waktuku benar-benar sudah tidak lama lagi. Aku kembali teringat akan pertemuan pertamaku dengan Arnold.
Saat itu Arnold bertanya kepadaku, “Gadis kecil, sudah malam kok belum pulang?”
Wajahnya begitu tampan dan masih jelas terbayang dalam ingatanku.
Aku menampilkan senyumanku yang paling indah padanya, dan bertanya, “Boleh mainkan Sleep in the Deep Sea lagi tidak untukku?”
Arnold kala itu membalas ku dengan sangat lembut, “Oke, besok saat jam pelajaran, aku akan memainkannya untukmu.”
Kakiku lemas, aku tak lagi bisa menahan tubuhku dan terjatuh dari tangga. Namun, aku masih punya sedikit kesadaran.
Apa ini benar-benar Arnold? Arnold yang dulu baik dan lembut itu? Dia berdiri dihadapanku dan memohon padaku dengan pelan, “Asal kamu tidak apa-apa, aku akan pacaran denganku, seumur hidup pun boleh.”
Wah, rasanya bahagia sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Mia Sukatmiati
Suami dajjal kata katamya pedas,,kok malah mau dikasih semua hartanya setelah meninggal,,halo,,,,,bucin boleh,,,bodoh jangan
2023-06-02
0
Nanik Harahap
pinisirin dengan sikap arnold
2021-11-08
0
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
kenapa ini... misteri si arnold... ya.. ada apa
2021-10-09
7